belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Sabtu, 26 Juni 2010

UMPAN BALIK DALAM BELAJAR GERAK


I. PENDAHULUAN
”Umpan balik adalah perilaku guru untuk membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil belajar anak sehingga lebih menguasai materi yang diberikan dan telah disampaikan oleh guru”. Sementara itu umpan balik digunakan untuk membantu pelajar dalam mengatasi kesulitan baik secara klasikal maupun secara individual disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik”. Dengan umpan balik maka guru dapat membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar secara individual dengan cara memberikan pujian, kritikan dan arahan serta tanggapan terhadap hasil pekerjaan pelajar selama proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Laurance dalam Tabrani (1994 : 181) yang menyatakan ”guru hendaknya menempatkan diri berdampingan dengan pelajar sebagai senior yang selalu siap menjadi nara sumber atau konsultan” .

II. PEMBAHASAN
A. SUMBER UMPAN BALIK
Wujud paling umum yang sering dilakukan dalam memberikan umpan balik kepada seorang pelajar adalah dalam bentuk uraian-uraian dan demonstrasi-demonstrasi lisan (verbal). Selain itu ada juga sumber-sumber lain yang dapat digunakan untuk memberikan umpan balik, antara lain :

1. Umpan Balik Melalui Pendengaran
Dalam beberapa kejadian umpan balik yang digunakan dapat berwujud indera pendengar (pendengaran). Sebagai contoh, bunyi-bunyian sebagai akibat dari eksekusi merupakan ketrampilan yang dapat membantu para pelajar dalam mengevaluasi kinerja mereka. Informasi tentang irama dapat juga disampaikan melalui tepukan tangan. Sebagai tambahan, dibalik pendengaran, bunyi bel listrik merupakan wujud dan memperingatkan isyarat-isyarat, seperti sistem peringatan terlalu dekatnya tanah dengan pesawat terbang untuk melakukan pendaratan.

2. Umpan Balik Dalam Bentuk Visual
Umpan balik dapat juga diberikan secara visual/pertunjukan. Game Statistics berupa grafik-grafik yang ditampilkan secara terpola dalam bentuk target-target dan potret dalam bingkai kaca, sehingga dapat menampilkan informasi penting dalam berbagai komponen-komponen ketrampilan. Grafik komputer juga telah menjadi alat umpan balik yang bermanfaat dan populer yang diberikan pada anak-anak dalam beberapa kelas-kelas Pendidikan Jasmani. Sekarang mereka dapat menggunakan Handheld PCs saku untuk menguji data yang diperoleh dari laju denyut jantung pada monitor. Kemajuan teknologi juga telah membuat alat analisis ketrampilan dapat diakses berbasis-komputer. Program-program ini menciptakan penyajian-penyajian suatu gerakan yang dapat mengkalkulasi secara nyata dan melukiskan banyak variabel-variabel kinematik, termasuk waktu, jarak, percepatan dan penjuru/sudut-sudut. Sementara penelitian-penelitian tentang efektivitas dari umpan balik kinematik dibatasi, hasil-hasil sampai saat ini sudah menemukan dampaknya untuk menjadi hal positif (Swinnen, Walter, Lee & Serrien, 1993; Wood, Galiagher, Martino & Ross, 1992). Pengembangan terbaru dalam sistem umpan balik kinematik waktu nyata (eg., Hawkins, 2000) perlu menyediakan lebih lanjut pengertian yang mendalam sekitar efektivitas dari wujud ini informasi tentang peningkatan ketrampilan.
3. Umpan Balik dengan menggunakan alat Video Tape
Teknik pemberian umpan balik berikutnya adalah dengan menggunakan alat Video tape, yang bertujuan untuk memudahkan para pelatih dan guru melakukan pengamatan serta memberikan instruksi. Video tape adalah alat yang dapat menangkap penampilan atau gerak seseorang dan dapat merekam gambarnya untuk kemudian dapat disimpan dan diamati sewaktu-waktu. Agar lebih efektif maka para pelajar harus memahami tentang apa yang akan diamati dan bagaimana caranya menginterpretasikan apa yang nantinya akan diamati. Dua hal tersebut sangatlah penting. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Rothstein dan Arnold (1976), tentang kemampuan pelajar yang memakai video tape sebagai salah satu teknik pemberian umpan balik (feedback), disimpulkan bahwa ketika pelajar diberikan tanda untuk menarik perhatian mereka, dan itu merupakan aspek yang sangat penting dari pengulangan penampilan, akibatnya mereka mampu menghasilkan prestasi lebih baik sebagai akibat penggunaan video tape sebagai sebuah sumber informasi untuk memudahkan memahirkan ketrampilan mereka, terutama bagi pelajar-pelajar pemula. Tanpa adanya tanda yang diberikan tersebut, para pelajar pemula mungkin menjadi kewalahan oleh banyaknya informasi yang disampaikan (Newell dan Walter, 1981). Manfaat dari memakai video tape feed back (VTFB) tidak terbatas pada para pelajar pemula saja. Baru-baru ini sebuah penelitian dari ahli senam menggambarkan dengan memberikan tanda dan melalui video tape feed back (VTFB) mampu mengembangkan penemuan-penemuan sebelumnya sehingga menghasilkan prestasi atlet senam yang lebih baik. VTFB ternyata sangat bermanfaat dan juga dipakai dalam dunia seni peran (Menickelli, Landin, Grisham dan Hebert, 2000).
Video tape replay dapat membantu kita menunjukkan hal-hal yang lebih efektif dilakukan, dan juga dapat memberikan informasi tentang kesalahan-kesalahan dasar yang kita buat. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kernodle dan Carlton (1992), perhatian terfokus (contoh : fokus pada tangan kiri pada saat melepaskan bola), dan untuk melihat kesalahan yang dibuat (contoh : mengulurkan tangan kiri pada saat melepas bola) lebih baik daripada penetapan KR (invormasi lisan tentang hasil) dan KP (video tape replay) untuk pelajaran melempar dan pukulan overhand. Sebagai tambahan, peserta-peserta itu menerima informasi terlebih dahulu dari kesalahan-kesalahan dasar yang mereka lakukan, tanpa melepaskan unsur teknik sebagai perbandingannya.
4. Langkah-langkah umpan balik melalui Video Tape
Hebert, Landin dan Mienickelli (1998) memperkenalkan empat langkah terpisah yang diberikan kepada pelajar-pelajar pemula ketika diperkenalkannya video tape sebagai teknik umpan balik. Darden (1999) membagi langkah-langkah pemberian umpan balik melalui video tape ini menjadi 4 bagian, yakni : penampilan awal, deteksi kesalahan, koreksi kesalahan dan perbaikan berdasarkan pada karakteristik dari masing-masing atlet.
Pada tahap penampilan awal, mula-mula para pelajar diperintahkan untuk mengamati gambar mereka sendiri dalam video tape, akibatnya mereka sangat gembira melihat penampilan mereka. Sebelum mereka mulai menggunakan video tape sebagai suatu alat untuk mereview, mereka juga dapat melihat diri mereka melalui media TV dan Video. Setelah itu barulah ditunjukkan aspek teknis dari kesalahan-kesalahan gerak/penampilan mereka.
Pada tahap deteksi kesalahan, para pelajar mulai secara kritis mengamati gerakan praktek mereka dan mencoba untuk mengidentifikasi lebih spesifik kesalahan gerak/penampilan mereka. Pada bagian ini perhatian harus terfokus pada gerakan yang dilakukan, memberikan tanda pada kesalahan yang terjadi, sehingga dapat memudahkan dalam pengembangan kemampuan deteksi kesalahan.
Dalam tahap koreksi kesalahan, seorang pelajar setelah mampu mendeteksi kesalahannya, maka dengan bantuan dan bimbingan dari praktisi berusaha untuk memperbaiki dan menyempurnakan gerakan-gerakan yang masih belum sempurna.
Tahap terakhir yaitu tahap perbaikan berdasarkan pada karakteristik dari masing-masing atlet, praktisi harus memperhatikan karakteristik pelajar/siswanya dikarenakan kemampuan masing-masing pelajar pasti akan berbeda-beda. Seorang praktisi tidak boleh menyama-ratakan proses perbaikan kesalahan gerakan, tetapi harus tetap memperhatikan skill dari masing-masing pelajar.

B. PERALATAN DAN LATIHAN
Latihan dan peralatan merupakan dua aspek yang sangat berhubungan dalam pemberian umpan balik pada suatu gerakan. Sebagai contoh, sebuah perkumpulan telah merancang alat yang dapat ditempelkan pada suatu peralatan olahraga, untuk mendeteksi gerakan yang dilakukan seseorang. Mereka mengambil contoh pada pelajar yang melakukan pukulan golf/shot (Owens &Bunker, 1995). Stick golf disambungkan alat (chip), yang berfungsi untuk mendeteksi kesalahan yang dilakukan oleh pemain tersebut. Ketika tangan pemain itu mengayun terlalu jauh dari tubuh, maka alat yang disambungkan tersebut akan menyentuh badan pemain. Hal itu menandakan pukulan yang dilakukan adalah salah.
Untuk memberikan umpan balik tidak harus berdasarkan alat yang canggih atau modern. Seorang praktisi dituntut untuk dapat memodifikasi pemberian umpan balik agar tidak menimbulkan kejenuhan pada para pelajar. Sebagai contoh, permainan tangkap telur. Dalam permainan ini pelajar A dan pelajar B membuat jarak tertentu. Kedua pelajar tersebut saling melempar dan menangkap telur mentah. Telur yang jatuh atau karena mencengkram telurnya terlalu kuat mengakibatkan telur pecah. Bermain tangkap telur itu juga merupakan suatu latihan keterampilan dan peran seorang praktisi untuk memberikan perbaikan untuk meminimalisir tingkat kesalahan pelajar. Dengan demikian disamping unsur bermain, unsur latihan keterampilan juga terakomodir dan pelajar tidak cepat merasa bosan.
Cheryl A. Cooker, Motor Learning and Control (Sources of Augmented Feedback), 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar