belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Selasa, 29 Juni 2010

ANALISIS BIOMEKANIKA LANGKAH MENDAKI PADA OLAHRAGA REKREASI PENDAKIAN GUNUNG

Olahraga rekreasional pendakian gunung di Indonesia akhir-akhir ini mulai terasa hidup kembali. Setelah puncak prestasi pada pendakian gunung tertinggi di dunia Mt Everest yang dilakukan oleh Pasukan Khusus RI (Kopassus) bersama beberapa petualang Indonesia pada tahun 1997, yang selanjutnya mengalami penurunan drastis setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998.
Ini dibuktikan mulai adanya beberapa ekspedisi yang bertaraf internasional seperti yang dilakukan oleh beberapa wanita Indonesia berusia lebih dari empat puluh tahun dalam ekspedisi ke Kalapatar dan Mt Everest Base camp, Himalaya pada tahun 2006, dilanjutkan ke Mt Kilimanjaro di Afrika pada tahun 2009. Juga pada bulan November pada tahun 2010 ini yang rencananya akan menginjakan kaki di puncak gunung bersalju dengan ketinggian 6300 mdpl di Equador (Mt Shimborazho). Ditambah lagi dengan tersebar berita tentang pendakian tujuh puncak tertinggi (seven summits) oleh Wanadri dan Mapala UI, dan beberapa ekspedisi lainnya.
Sehingga kajian tentang aktivitas pendakian gunung khususnya dari aspek biomekanika latihan dan olahraganya menjadi sangat penting. Karena melalui kajian tersebut akan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan kemampuan para pendaki sehingga dapat membantu mereka untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan

PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul terkait dengan tugas analisa gerak ini adalah; “Bagaimana teknik gerakan langkah pendakian yang baik untuk mengefisiensikan tenaga khususnya pada posisi telapak kaki terhadap permukaan pijakan dalam olahraga rekreasi mendaki gunung,?”
Jadi pembahasan dalam tugas ini dibatasi pada posisi telapak kaki yang tepat dalam setiap langkah pendakian sehingga menghasilkan pengeluaran tenaga yang lebih sedikit dibandingkan posisi yang lainnya.

PEMBAHASAN
BIOMEKANIK DALAM OLAHRAGA

Biomekanik terdiri dari dua kata; bio dan mekanik. Bio mengindikasikan bahwa biomekanik memiliki sesuatu yang dapat dilakukan dalam kehidupan atau sistem biologi. Sementara kata mechanics mengindikasikan bahwa biomekanik memilki sesuatu yang dapat dilakukan melalui analisa terhadap gaya dan efek-efeknya. Jadi, biomkenika adalah suatu studi tentang gaya (forces) dan efek-efeknya dalam sistem kehidupan. Definisi ini sangat persis dengan apa yang diungkapkan oleh Herbert Hatze pada tahun 1974: “Biomekanik adalah sutau studi terhadap struktur dan fungsi sistem biologi melalui metode mekanikanya.
Tujuan paling utama biomekanika dalam latihan dan olahraga peningkatan kinerja (performance improvement) latihan dan olahraga melalui perbaikan atau peningkatan kualitas teknik gerakan dan cara berlatih (training). Melalui biomekanika para pelatih dan guru penjas dapat menentukan langkah-langkah apa yang dapat meningkatkan kinerja. Melalui analisa teknik gerakan yang dilakukan atlit, pelatih atau guru dapat mengidentifikasikan jenis pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan tekniknya.
Banyak orang yang yakin bahwa pencegahan terhadap cidera olahraga dan rehabilitasinya juga merupakan salah satu tujuan utama dari biomekanika latihan dan olahraga, melalui perbaikan teknik dan juga disain peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam latihan olahraga.
Jadi dapat disimpulkan tujuan dari biomekanik latihan dan olahraga adalah untuk peningkatan kinerja dan pencegahan cidera dalam latihan.

PRINSIP-PRINSIP MEKANIKA
Dalam olahraga, prinsip-prinsip mekanika tidak lebih dari aturan dasar mekanika dan fisika yang mempengaruhi setiap aksi yang dilakukan oleh atlit. Dalam hal ini selalu dikaitkan dengan gaya yang mempengaruhi aktivitas atlit. Ada banyak gaya yang berpengaruh terhadap tindakan atlit antara lain; gaya gravitasi, tekanan udara, dan gaya lainnya. Setiap gaya-gaya tersebut bertindak dengan cara yang berbeda-beda.
Gaya
Secara sederhana, sebuah gaya adalah sebuah dorongan atau sebuah tarikan. Gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah posisi, berubah kecepatan, berubah panjang atau volume, dan juga berubah arah. Sebuah gaya disimbolkan dengan huruf F singkatan dari Force. Satuan gaya dalam Satuan Internasional (SI) adalah Newton (N).
Gaya dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu gaya-gaya internal dan gaya-gaya eksternal. Gaya-gaya internal adalah gaya-gaya yang dihasilkan oleh tubuh yang dikenakan pada benda atau objek lain, dalam hal ini otot dalam tubuh kita berfungsi sebagai gaya internal. Gaya-gaya eksternal adalah gaya dari luar tubuh atau gaya yang bekerja pada sebuah objek sebagai hasil dari interaksinya pada lingkungan sekitar. Gaya eksternal dibagi lagi menjadi gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh terjadi saat objek-objek saling bersentuhan. Gaya sentuh dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu gaya normal dan gaya gesek. Gaya tak sentuh adalah gaya yang terjadi meskipun objek-objek tidak saling bersentuhan. Gaya tarik gravitasi bumi adalah salah satu gaya tak sentuh. Gaya tak sentuh lainnya meliputi gaya magnet dan gaya listrik.
Melalui keterangan tersebut di atas, maka pembahasan makalah analisa gerak ini khususnya tentang teknik gerakan langkah pendakian yang baik untuk mengefisiensikan tenaga khususnya pada posisi telapak kaki terhadap permukaan pijakan dalam olahraga rekreasi mendaki gunung. Gaya-gaya yang mempengaruhinya lebih dikhususkan pada gaya sentuh (normal dan gesekan) dalam gaya eksternal.
Gaya-gaya eksternal adalah gaya dari luar tubuh atau gaya yang bekerja pada sebuah objek sebagai hasil dari interaksinya pada lingkungan sekitar. Kita dapat mengklasifikasikan gaya eksternal sebagai gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh terjadi saat objek-objek saling bersentuhan. Objek yang saling kontak bisa jadi benda padat atau benda cair. Tahanan udara dan tahanan air adalah contoh dari gaya sentuh. Gaya-gaya sentuh biasa kita jumpai pada objek-objek padat, sebagai contoh pada saat berlari, untuk menggerakkan tubuh kita ke depan, maka kita harus melakukan kontak dengan tanah dan mendorongnya ke belakang. Gaya reaksi dari tanah mendorong kita dan membuat kita bergerak maju ke depan.
Gaya sentuh dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu gaya normal dan gaya gesek. Kita akan membahas komponen pertama dari gaya normal, dimana istilah normal menunjukkan fakta bahwa garis kerja dari gaya ini tegak lurus pada permukaan bidang kontak. Selama melangkah lari, saat pelari mendorong kebawah dan kebelakang di atas tanah, gaya sentuh normalnya adalah komponen gaya yang bekerja ke atas pada pelari dan ke bawah pada tanah. Komponen kedua dari gaya sentuh disebut gaya gesek. Garis kerja gaya gesek adalah sejajar kedua permukaan bidang kontak dan menahan gerakan atau dorongan antar permukaan. Gaya gesek adalah penyebab utama bagi daya gerak manusia. Gaya gesek muncul dari hasil interaksi antara molekul-molekul permukaan bidang kontak. Saat gaya gesek bekerja di antara dua permukaan yang relatif tidak bergerak satu sama lain, hal ini disebut gaya gesek statis. Saat gaya gesek kering bekerja di antara dua permukaan yang relatif bergerak satu sama lain maka disebut juga gaya gesek kinetis. Ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari gaya gesek, antara lain adalah akibat adanya gaya gesek kita dapat berjalan di atas tanah dengan nyaman, jika tidak ada gaya gesek mustahil kita bisa berjalan karena kita pasti tergelincir.
Hukum Newton
Sir Isaac Newton, ilmuwan Fisika berkebangsaan Inggris berhasil menemukan hubungan antara gaya dan gerak pada tahun 1687. Dari hasil pengamatannya Newton merumuskan tiga hukum mengenai gaya dan gerak yang dikenal sebagai berikut:
• Hukum I Newton
Isi dari hukum ini adalah “Sebuah benda terus dalam keadaan diam atau terus bergerak dengan kelajuan tetap, kecuali jika ada gaya luar yang memaksa benda tersebut mengubah keadaan.” Hukum I Newton juga menggambarkan sifat benda yang selalu mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya yang dinamakan inersia atau kelembaman. Oleh karena itu, Hukum I Newton dikenal juga dengan sebutan Hukum Kelembaman.
• Hukum II Newton
Isi dari hukum ini adalah “Benda akan mengalami percepatan jika ada gaya yang bekerja pada benda tersebut dimana gaya ini sebanding dengan suatu konstanta (massa) dan percepatan benda”.
• Hukum III Newton
Isi dari hukum ini adalah “Dua benda yang berinteraksi akan timbul gaya pada masing-masing benda yang arahnya berlawanan arah dan besarnya sama”. Dalam hukum ini dijelaskan mengenai aksi dan reaksi.
Melalui penjelasan tersebut di atas, terkait dengan analisa yang akan dibahas dalam makalah ini maka hukum newton yang akan digunakan adalah Hukum Newton III yaitu gaya yang dihasilkan oleh permukaan pijakan sebagai reaksi suatu aksi pijakan pendaki pada awal langkah pendakian.


ANALISA TEKNIK GERAKAN LANGKAH PENDAKIAN
Setiap langkah dalam medan pendakian sangatlah penting. Karena akan berpengaruh pada tenaga yang dikeluarkan oleh pendaki. Ribuan langkah yang dilakukan para pegiat olahraga rekreasional pendakian gunung ini akan berdampak pada ketahanan kinerjanya juga pada kemungkinan mengalami cidera atau kelelahan otot atau tidaknya. Perbaikan teknik melangkah dan posisi telapak kaki pada permukaan pijakan diharapkan dapat membantu mengefisiensikan konsumsi energi tersebut dan pencegahan cidera yang dapat menimbulkan masalah dalam pendakian.
Berikut cuplikan gambar dalam langkah pendakian yang baik dengan posisi telapak kaki yang sepenuhnya berada di permukaan pijakan:

Teknik Mekanika
1. Awal langkah mendaki yang baik adalah dengan meletakkan posisi telapak kaki secara keseluruhan pada permukaan pijakan 1. Semakin bertambahnya gaya gesek pada permukaan pijakan akan membantu efisiensi tenaga/gaya dorong yang dilakukan untuk penempatan kaki berikutnya.
2. Kaki yang berada pada posisi atas melakukan aksi untuk memindahkan posisi berat badan dalam kondisi seimbang (Stability) 2. Gaya yang bekerja pada permukaan telapak kaki (pada posisi pijakan di atas) akan membantu tubuh untuk tetap bertahan pada posisinya sehingga daya dorong yang dilakukan oleh kaki selanjutnya dapat maksimal
3. Kaki yang berada di permukaan pijakan yang lebih rendah mulai beraksi secara cepat untuk menempatkan diri pada pijakan berikutnya pada posisi yang lebih tinggi 3. Kecepatan gerak pada kaki selanjutnya membantu pengurangan beban kaki yang berada di atasnya
4. Penempatan posisi kaki berikutnya menjadi konsentrasi selanjutnya sehingga posisi badan berada dalam kondisi istirahat 4. Peralihan konsentrasi pada kaki berikutnya akan membantu proses peralihan pusat beban dengan baik
5. Posisi kedua telapak kaki berada pada kondisi normal 5. Kedua telapak kaki menjadi tumpuan beban massa tubuh dan gaya gravitasi

Perhatikan pada gambar berikut dengan posisi penempatan telapak kaki yang salah saat menempatkannya pada permukaan pijakan

A.Kesimpulan
Teknik pendakian gunung khususnya pada setiap langkah pendakian sangatlah penting untuk diperhatikan. Kesahan teknik yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan pada penggunaan energi yang berlebihan dan kemungkinan cidera yang akan terjadi. Kajian tentang langkah pendakian secara mekanika merupakan kajian yang sangat penting sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi dnegan baik secara ilmiah.
Pengaruh gaya eksternal khususnya dalam gaya gesek yang juga disana berlakuk hukum newton III menjadi landasan analisa gerak secara mekanis dalam tulisan ini. Reaksi yang dilakukan oleh permukaan pijakan sebagai akibat dari aksi yang dilakukan para pendaki pada setiap langkah awal pijakannya dapat membantu memberikan stabilitas dan pengurangan konsumsi tenaga yang harus dilakukan pada tahap langkah kaki berikutnya. Selain itu juga dapat memberikan beban massa tubuh yang cukup merata sehingga dapat mencegah terjadinya cidera pada tungkai dan lutut pendaki.

B.Saran
Diharapkan penulis dan juga bagi rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Olahraga yang membuat atau membaca tulisan ini dapat melengkapinya dengan analisa yang lebih mendalam dan detail sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah yang dapat dijadikan sumber yang baik dalam peningkatan teknik pendakian gunung.

Daftar pustaka

1. Gerry Carr, Sport Mechanics for Coaches, second edition, USA: Human Kinetics, 2004
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_(fisika). 3 June 2010 by Google Search
3. Kuswahyudi, Karsono, & Krismaryadi, Force (Gaya), Tugas Makalah Biomekanik, Jakarta: Pendidikan Olahraga, PPS – UNJ, 2010
4. Peter M. McGinnis, Biomechanics of Sport and Exercise, second edition, USA: Human Kinetics, 1998
5. Soedarminto, Kinesiologi, Jakarta: Depdikbud Dirjen DIKTI, 1992
6. Wasis, Ilmu Pengetahuan Alam SMP & MTs Kelas VIII, Jawa Barat: Departemen Pendidikan Nasional, 2009

ANALISIS BIOMEKANIKA CABANG OLAHRAGA FUTSAL (PASSING)

I. Sejarah Futsal
Kata Futsal berasal dari bahasa Spanyol, yaitu Futbol (sepak bola) dan Sala (ruangan), yang jika digabung artinya menjadi “Sepak Bola dalam Ruangan”.
Menurut FIFA, asal mula Futsal ini mulai pada tahun 1930 di Montevideo, Uruguay. Pertama Futsal ini diperkenalkan oleh Juan Carlos Ceriani, seorang pelatih sepak bola asal Argentina. Hujan yang sering mengguyur Montevideo membuatnya kesal, karena rencana yang Ia susun jadi berantakan karena lapangan yang tergenang air. Lalu Ceriani memindahkan latihan ke dalam ruangan. Pertama Ia tetap menggunakan jumlah pemain 11 orang, namun karena lapangan yang sempit, Ia memutuskan untuk mengurangi jumlah pemain menjadi 5 orang tiap tim, termasuk penjaga gawang.
Ternyata latihan didalam ruangan itu sangatlah efektif dan atraktif. Sehingga mampu menarik minat banyak masyarakat Montevideo. Lalu banyak penggemar bola di kota itu yang mencoba permainan baru ini, dan jadilah Futsal olahraga yang digandrungi masyarakat luas.
II. Peraturan Futsal
Lapangan permainan:
1. Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m
2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos
4. Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
5. Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang
6. Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif
Bola:
1. Ukuran: #4
2. Keliling: 62-64 cm
3. Berat: 390-430 gram
4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)
Jumlah pemain:
1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga gawang
2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
4. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
5. Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit)
Perlengkapan pemain:
Kaos bernomor, celana pendek, kaus kaki, pelindung lutut, dan alas kaki bersolkan karet
Lama permainan:
1. Lama: dua babak 20 menit; waktu diberhentikan ketika bola berhenti dimainkan. Waktu dapat diperpanjang untuk tendangan penalti.
2. Time-out: 1 per regu per babak; tak ada dalam waktu tambahan
3. Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit

B. RUMUSAN MASALAH
I. Kenapa kita perlu mempelajari biomekanika di bidang olahraga?
II. Kenapa kita menerapkan biomekanika khususnya dalam cabang olahraga futsal?

C. TUJUAN
1. Mengetahui manfaat mempelajari biomekanika di dalam cabang olahraga futsal
2. Mengetahui seberapa besar manfaat biomekanika dalam penerapan gerak pada cabang olahraga khususny futsal

PEMBAHASAN
A. TEKNIK DASAR PASSING
Dalam futsal ada beberapa elemen dasar yang harus dipahami ketika bermain futsal, secara umum, tidak berbeda jauh dengan bermain sepak bola konvensional. Namun ada beberapa yang perlu dilakukakan dengan keahlian khusus. Berikut teknik-teknik dasar dalam futsal yang mutlak harus di kuasai oleh setiap pemain futsal:
1. Passing
Dalam mengoper bola kepada teman, disahakan dengan kaki bagian dalam disahakan bola cukup kencang. Karena lapangan rumput futsal relatif kecil, apabila passing terlalu lambat akan sangat mudah dipotong oleh lawan. Bola futsal lebih bantet (pantulan tidak terlalu besar dibanding bola lapangan besar), sehingga sekencang apapun passing dari teman masih memungkinkan untuk dikontrol.
2. Menconcong Bola
Mencocong adalah menendang bola namun menggunakan ujung kaki/sepatu. Biasanya bila kita sudah berhadapan dengan kiper, saat posisi kita kurang bagus untuk melakukan shoot (karena posisi bola sudah terlalu ke depan), maka menconcong bola akan mencari salah satu cara efektif untuk menghasilkan gol. Karena dengan teknik ini, bola akan melesat cukup kencang (seperti di shooting), dan bola juga akan tetap bergerak lurus. Beda dengan bola lapangan besar, apabila diconcong maka larinya bola akan tidak terkontrol.
3. Tips mencetak gol
Karena gawangnya kecil dan celah nyetak ga besar.. usahakan bola ngeluncur seperti pisang tp mendatar. bila dari sisi samping kita giring bola ke tengah sebelum nyampe ditengah langsung tendang aja.. klo dari kanan lawan berarti nendang ke pojok kiri kiper.
4. Jaga stamina
Lapangan futsal relatif kecil, baik itu lapangan indoor/outdoor biasa maupun lapangan yang menggunakan rumput sintesis tapi kadang kita terlalu asyik lari kesana kemari sehingga terlalu banyak gerak yg mengakibatkan kita cepet lelah. Lebih baik ada pembagian yang tertata dalam menyerang ataupun bertahan.
Dalam permainan futsal tentunya sering kali melakukan umpan, dan jika kita dapat melakukannya dengan baik sehingga kawan akan mudah menerimanya.
Tipe Passing berdasarkan jarak terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
1. Jarak pendek (short pass) natara 0 meter sampai dengan 4 meter atau 10-12 feet
2. Jarak menengah (medium pass) 4 meter sampai dengan 10 meter atau 10-30 feet
3. Jarak jauh (long pass) diatas 10 meter atau lebih dari 30 feet
Mengumpan adalah merupakan salah satu tekhnik dasar permainan futsal yang sangat dibutuhkan oleh setiap pemain, karena dengan adanya lapangan yang rata dan ukuran lapangan yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat karena bola yang meluncur sejajar dengan tumit pemain, sebab hampir sepanjang permainan futsal menggunakan passing. Untuk menguasai keterampilan passing diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan tercapai.
Keberhasilan mengumpan ditentukan oleh kualitasnya, 3 hal dalam kualitas mengumpan:
1. Keras
2. Akurat
3. Mendatar
Perlu diketahui bahwa perkenaan (impact) kaki denagn bola menentukan arahnya, arah dari bola tergantung dari bagian mana bola yang bersentuhan denagn kaki. Berikut ini jalannya bola sesuai dengan lokasi yang dikenai:
1. Bola bergulir mendatar kearah kanan penendang
2. Bola bergulir mendatar lurus kearah depan penendang
3. Bola bergulir mendatar kearah kiri penendang
4. Tidak ada pergerakan bola
5. Bola bergulir keatas dengan putaran bola kebelakang pabila bola ditendang bagian bawahnya bola akan melambung, bila bola ditendang pada bagian tengahnya maka bola akan berjalan mendatar dan apabila bola ditendang pada bagian sebelah kiri maka akan bergulir disebelah kanan atau sebaliknya.

Yang perlu diperhatikan dalam mengumpan dengan menggunakan kaki bagian dalam antara lain:
1. Tempatkan kaki tumpu disamping bola
2. Pada saat mengumapan selalu lihat bola
3. Gunakan kaki bagian dalam untuk mengumpan
4. Perhatiakan kaki ayun (kaki yang akan digunakan untuk mengumpan)
5. Ayun kaki dari arah belakang sekuat-kuatnya kearah depan
6. Angkat tangan kedepan untuk menjaga keseimbangan
7. Kunci atau kuatkan tumit pada saat sentuhan dengan bola agar lebih kuat
8. Pada saat sentuhan (impact) kaki bagian dalam dari atas diarahkan ketengah bola (jantung) dan ditekan kebawah agar bola tidak melambung
9. Diteruskan dengan gerakan lanjutan, dimana setelah sentuhan dengan bola dalam mengumpan ayunan kaki jangan dihentikan

Peranan passing sangat penting dalam permainan futsal dikarenakan dua alasan, pertama kesempatan mengolah bola sehingga daerah pertahanan lawan terbuka, kedua mempertahankan bola agar tetap berada dalam penguasaan tim. Jika kondisi tersebut terjadi maka kendali permainan dapat dikuasai. Passing yang akurat dan tepat akan memberikan peluang terjadinya skor bagi timnya. Agar bola dalam jangkauan untuk melakukan tembakan maka operan yang akurat.
Kegiatan pelatihan dan pembinaan cabang olahraga futsal merupakan suatu proses yang kompleks dan sebuah rangkaian sistem yang tak dapat berdiri sendiri hanya satu keilmuan saja. Oleh karena itu pembinaan olahraga harus ditunjang oleh berbagai disiplin ilmu antara lain: Biomekanika, anthopometri, fisiologi, belajar gerak dan kepelatihan. Dengan demikian diharapkan dapat dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan kualitas dan kapasitas fisik yang dimiliki. Untuk itu diperlukan pembinaan olahraga yang menggunakan pendekatan ilmiah, yang ditetapkan oleh para pelatih atau Pembina dalam proses pelatihannya.
Seorang pembina harus memiliki pengetahuan tentang ilmu biomekanika dalam penyusunan program latihan, baik secara mikro ataupun makro yang diwujudkan dalam metode latihan dan diterapkan dalam sesi latihan. Mempelajari suatu teknik menjadi bagian sangat penting dalam proses latihan dimana harus mengkolaboarasikan berbagai bidang ilmu. Seorang pembina harus mampu mengidentifikasi segmen-segmen dalam suatu rangkaian gerak teknik tertentu.
Kajian biomekanika harus dilakukan oleh pembina olahraga dalam mempelajari teknik tertentu baik teknik dasar, menengah maupun teknik tingkat tinggi. Dalam cabang olahraga permainan futsal dikategorikan dalam keterampilan yang sangat kompleks, sebab dalam melakukan gerakan permainan harus melibatkan semua segmen otot dan sendi secara efektif dan efisien yang dilakukan secara benar.
Mengingat begitu pentingnya permainan futsal maka kami selaku mahasiswa program studi Pendidikan Olahraga (S-2) Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta mencoba menganalisis gerakan teknik passing yang didasarkan pada kajian secara biomekanika.
B. ANALISIS BIOMEKANIKA GERAKAN PASSING
1. FORCES

No Komponen Biomekanika Ada Moment Kejadian Anggota Tubuh Analisis
Ya Tdk
1 Forces/gaya yang di gunakan √ Saat menendang bola Tungkai, kaki Proses dari saat awalan, menendang bola, gerak lanjutan
2 Vector/arah gaya √ Gerakan menendang Tungkai, kaki Arah gaya yang terjadi searah dengan arah ayunan tungkai
3 Internal Forces/tenaga dari dalam √ Ayunan tungkai Tungkai, kaki Menendang bola yang tadinya diam kemudian bergerak lurus searang ayunan tungkai
4 Compressive Forces/gaya tekan √ Tumbukan kaki dengan bola Kaki Saat tumbukan kaki degan bola hingga gerakan lanjutan

2. LINEAR KINEMATICS


No Komponen Biomekanika Ada Moment kejadian Anggota tubuh/letak Analisis
Ya Tdk
1 Linear Motion/gerak lurus √
2 Rectilinear Translation/gerak lurus beraturan √
3 Curvilinear Translation/gerak kurva √ Ayunan tungkai Pinggang Gerakan mengayunkan tungkai dari awalan hingga gerakan lanjutan
4 Angular Motion/gerak melingkar √ Ayunan tungkai Pinggang Gerakan mengayunkan tungkai dari awalan hingga gerakan lanjutan
5 General Motion/gerak secara umum √ Semua rangkaian gerakan passing Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Secara keseluruhan gerakan passing mulai dari awal sampai akhir
6 Position/posisi
√ Posisi awalan, posisi menendang bola, posisi setelah menendang bola, Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Posisi diam, awalan berlari, ayunan tungkai, menendang bola, gerakan lanjutan
7 Distance Traveled/jarak perubahan
√ Dari posisi diam sampai gerakan lanjutan Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Perubahan jarak terjadi mulai dari posisi awalan sampai gerakan lanjutan
8 Displacement √ Dari posisi siap sampai menendang bola Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Posisi siap dilanjutkan gerakan passing dan diakhiri dengan gerakan lanjutan
9 Resultante Displacement/perubahan posisi √ Dari posisi diam di tempat sampai melangkahkan kaki kedepan Tungkai, kaki Sikap berdiri dalam posisi diam di tempat, kemudian berlari sambil mengayunkan tungkai untuk menendang bola hingga terjadi perubahan posisi dari diam menjadi berubah karena ada ayunan dan langkah kaki ke depan
10 Speed/kecepatan √ Laju bola Tungkai, kaki Terjadi kecepatan bergeraknya bola setelah di tendang sampai diterima oleh rekan satu tim
11 Velocity/percepatan √ Bergeraknya bola yang masihdiam di lapangan sampai di tendang dengan kaki Tungkai, kaki Bola yang masih diam di lapangan bergerak ke depan karena di tendang, kemudian terjadi percepatan ketika bola mendapat benturan dari kaki


3. LINEAR KINETICS
No Komponen Biomekanika Ada Moment kejadian Anggota tubuh/letak Analisis
Ya Tdk
1 Newton's Law I/hukum newton1 √ Bola dari posisi diam sampai bergerak Tungkai, kaki Bola yang masih diam di lapangan sampai ada sampai gaya yang bekerja pada bola tersebut yaitu dengan di tendang oleh kaki maka bola tersebut bergerak ke depan
2 Newton's Law II/hkm newton 2
Rectilinear Translation/gerak lurus beraturan √
3 Gravitational Acceleration/ perubahan kecepatan grafitasi
Curvilinear Translation/gerak kurva √

Senin, 28 Juni 2010

Teknik Menangkap Bola di Udara (Diving to Save “Air Ball)

Ilmu pengetahuan sebenarnya adalah perwujudan dari “rasa ingin tahu”. Rasa ingin tahu ini selanjutnya mencari kebenaran. Tugas ilmu pengetahuan tidak lain adalah mencari kebenaran itu sendiri. Sedangkan secara populer dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dapat dibuktikan kebenarannya. Umumnya ilmu pengetahuan dinyatakan sebagai pengetahuanyang sistematis dan tertulis.
Ilmu pengetahuan itu pulalah yang menjadi dasar teknologi dan dari teknologi ini pulalah orang membuat eksplorasi sehingga terjadi kemajuan dalam bidang olahraga. Bila teknologi ketinggalan, eksplorasi yang dibuat manusia akan ketinggalan pula. Sehingga dalam salah satu ceramahnya Prof. Dr. Sumitro mengatakan bahwa: “bila tidak didukung oleh ilmu pengetahuan secara terus menerus, maka dalam tempo 4-6 tahun teknologi akan ketinggalan zaman”.
Salah satu cabang pengetahuan yang berhubungan dengan gerakan adalah biomekanika olahraga. Biomekanika ini adalah penerapan hokum-hukum mekanik terhadap srtuktur hidup, terutama system lokomotor tubuh. Dengan kata lain, biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fungsi dan proses mekanik pada gerakan. Misalnya, bagaimana terjadinya proses gerakan orang sedang berjalan, berlari, melempar, melompat, mengangkat, membanting dan sebagainya. Jadi dalam hal ini biomekanik adalah ilmu pengetahuan yang mengembangkan nilai-nilai yang relevan dalam proses pergerakan dan penguasaan gerak.
Olahraga mempunyai arti yang penting dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Olahraga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena kehidupan manusia terdiri dari dua aspek, yaitu aspek jasmani dan aspek rohani yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Jika kedua aspek tersebut berkembang dan tumbuh secara berselaras maka akan timbul kehidupan yang harmonis dalam pertumbuhannya. Keselarasan kehidupan jasmani dan rohani pada manusia dapat dicapai dengan melakukan olahraga. Salahsatu olahraga itu adalah renang.
Salahsatu olahraga yang terdapat dalam UU No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Republik Indonesia adalah olahraga prestasi yang merupakan suatu proses kompleks dan panjang yang harus ditunjang oleh berbagai disiplin ilmu. Disiplin ilmu itu antara lain: Biomekanika, anthoropometri, fisiologi, belajar gerak, psikologi dan kepelatihan. Penerapan disiplin ilmu ini mempunyai tujuan dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kualitas dan kapasitas fisik pada setiap cabang olahraga. Pada tatanan pembinaan prestasi pendekatan ilmiah dan penerapannnya mutlak diketahui oleh para pelatih atau Pembina di cabang olahraga.
Kajian biomekanika harus dilakukan oleh pelatih dalam mempelajari teknik tertentu baik teknik dasar, menengah maupun teknik tingkat tinggi seperti pada cabang sepakbola khusunya pada penjaga gawang, untuk mendapatkan teknik penyelamatan yang baik, faktor yang terpenting dalam program latihan adalah pengembangan kondisi fisik. Ada beberapa unsur kondisi fisik yang harus dibangun dalam diri seseorang untuk mendukung penguasaan teknik secara baik, hal ini dikemukakan oleh Sajoto yaitu: kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentuk, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi.
Seorang penjaga gawang akan mencapai prestasi yang maksimal apabila menguasai teknik yang baik, seperti tangkapan, Menepis, memblokir ,reaksi, melompat, terbang melayang, gerakan kaki, Selain itu penjaga gawang harus mempunyai kondisi fisik yang baik. Ada tiga kelompok unsur utama agar seorang penjaga gawang dapat melakukan unjuk kerja yang baik yaitu Kemampuan melompat yang baik, lincah, keseimbangan serta memiliki kemampuan reaksi dalam mengantisipasi perubahan yang cepat dimulut gawang .
Penjaga gawang memiliki peranan yang sangat penting dalam pertandingan sepakbola. Penjaga gawang atau sering disebut Kiper (dalam sepak bola) adalah salah satu posisi dalam berbagai olahraga berkelompok seperti sepak bola, hoki dan polo air. Tugas seorang penjaga gawang adalah mencegah bola masuk ke gawang. Penjaga gawang adalah palang pintu terakhir bagi lawan sebelum memasukkan bola ke gawang. Penjaga gawang harus memiliki:
• Insting terhadap lawan
• Refleks yang sempurna
• Bakat,
tanpa salah satu dari tiga kriteria di atas, sulit untuk menjadi seorang penjaga gawang.

PEMBAHASAN

I. Teknik Menangkap Bola di Udara (Diving to Save “Air Ball)
Keberanian dalam menjaga gawang adalah sangat penting, banyak aspek yang menyebabkan orang tidak berani menjadi seorang penjaga gawang. Terkadang anda akan ditendang dibagian yang orang waras tentunya tidak ingin ditendang, tetapi itulah bagian dari resiko pekerjaan. Anda diharuskan bermain di tiap pertandingan dengan percaya diri, kepercayaan diri yang kamu tunjukan saat berhadapan pemain lawan. Anda harus punya aura “Semua yang di dalam kotak penalti berada dibawah kendaliku sekarang!”. Setiap tangkapanmu harus mantab, janganlah ragu katakan bahwa andalah penguasa kotak penalti!, kebanyakan penjaga gawang melakukan ini. Jangan ada keraguan saat diri anda menjadi penjaga gawang, anda harus mau bekerja lebih keras. Latihan bagi penjaga gawang memerlukan ketahanan fisik dan menyakitkan. Anda secara terus menerus akan menghantam tanah, bersegera bangun dan melakukan diving untuk melakukan penyelamatan. Anda harus menjadi pemain yang terbugar dalam tim karena latihan yang berbeda dengan pemain lain, pergerakan kiper lebih dari senam aerobik biasa mungkin lebih dan anda harus bangga akan hal ini. Anda harus menjadi pelari jarak jauh seperti teman-temsn setim walaupun anda hanya menjaga sebuah gawang. Menjadi seorang kiper terkadang juga menyakitkan apabila harus berhadapan dengan tendangan jarak dekat pemain yang punya tembakan yang cukup keras.
Terkadang penjaga gawang mengambil keputusan yang sangat berani diantara berjibaku untuk menankap, menghalau atau bahkan melompat disertai menjatuhkan diri (Diving) ketika bola ditembak ke udara mengarah ke muka gawang.
Teknik Diving yang bertujuan menghalau bola di udara, ada banyak kejadian penjaga gawang melakukan penyelamatan yang spektakuler unakan gerakan kaki yang cepat untuk melakukan gerakan Diving dalam penyelamatan.. Patut dingat bahwa semakin dekat penjaga gawang bisa mendapatkan bola, merupakan kesempatan baik untuk sukses dalam usaha penyelamatan .” Remember that the closer you can get to the football, the better chance you have of making a successful save”
Untuk menghasilkan lompatan yang maksimal dan menangkap bola diudara terlebih dahulu seorang penjaga gawang memulai dengan latihan-latihan dasar kekuatan otot tungkai, kecepatan.kelincahan, reaksi dan tangkapan
Kunci sukses untuk menampilkan Diving to Save Air Ball
1. Posisi Siap
2. Gerakan melangkah dengan kekuatan otot
3. Menolak dengan kaki yang paling dekat dengan bola
4. Dorong lengan yang berlawanan (Paling jauh dari bola) keatas dan angkat kepala untuk membangkitkan kecepatan dalam menjatuhkan tubuh
5. Panjangkan lengan dan tangkap bola di ujung jari
6. Rangkaian sentuhan dengan tanah: bola,lengan bawah,bahu, pinggal dan kaki
7. Menangkis bola jika bola sulit di tahan
8. Ambil Bola dengan menjatuhkan badan, jangan salah melakukan gerakan back-ward
Beberapa penjelasan cara melakukan Diving to save Air Ball dengan analisis mekanika gerakan, akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:

Penjelasan :
a. Gravitasi (Center Of Gravitasi)
Gravitasi memberikan pengharuh yang besar pada lompatan, penjaga gawang selalu menggunakan lompatan dalam usaha untuk menyelamatkan gawang dari kemasukan. Beberapa kekuatan diaplikasikan dalam arah vertical dan beberapa lainnya di arah horizontal, kombinasinya disebut resultan.
Karena aksi penjaga gawang beserta massa tubuhnya dengan obyek yang juga memiliki massa terjadi tarik menarik. Penjaga gawang di ibaratkan menaruh massa tubuhnya bertumbu pada kaki, kemudian melakukan lompatan sejauh mungkin dengan melemparkan massa tubuhnya kebagian perut, disinilah terjadi gaya tarik menarik tubuh dengan gravitasi, dimana gravitasi selalu menarik obyek jatuh kebawah, dorongan kuat dari penjaga gawang sehingga mencapai jarak terjauh disebut juga dengan kekuatan reaksi dasar
Hukum Newton Mengenai gravitasi, menyatakan bahwa,
“berat badan kita banyak dipengaruhi oleh massa bumi dan gravitasi yang ada di bumi. Misalnya, jika astronot berada pada jarak dua kali radius dari bumi (missal 2 x 3, 958 mil) jarak dari inti bumi, maka berat mereka hanya ¼ dari berat mereka di bumi. Jika mereka berada di 3 x 3,958 mil) maka berat mereka 1/9 dari berat badan ini karena semakin jauhnya mereka dari gravitasi yang ada dibumi. Mereka menjadi sangat ringan hingga bisa melayang
Momentum terjadi akibat peningkatan kuantitas gerakan, peningkatan massa dan atau percepatan keduanya yang kemudian meningkatkan momentum. Proses gerak dari awalan sampai saat melayang di udara pada penjaga gawang telah terjadi momentum
b. Gaya (Force)
adalah Besaran yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah momentum suatu obyek.
Gaya Eksternal (External Force) adalah gaya yang terjadi pada suatu obyek yang dipengaruhi dari lingkungan
• Gerak seorang penjaga gawang yang melakukan penyelamatan bola yang mengarah pada sisi pojok atas mistar gawang.
• Gerakan tersebut terjadi karena penjaga gawang telah dipengaruhi oleh faktor luar yaitu bola.
,
c. Hukum Newton yang terjadi pada gerakan ini adalah, di awali dengan hukum Newton I (kelembaman) pada saat sebelum melakukan gerakan awalan, Kemudian Hukum Newton II (Percepatan) pada saat lompatan tubuh mengalami percepatan sehingga mampu mempertahankan posisi tubuh di udara beberapa detik dan Hukum Newton III (Aksi Reaksi) pada saat kaki melakukan tolakan atau gerakan melangkah dan melompat serta pada saat gerakan merebahkan diri di tanah.

d. Gesekan ( Friction)
1. Gesekan adalah gaya yang terjadi pada sebuah benda bergerak di bidang lain.
2. Gaya ini bersifat melawan atau menghambat dari gaya yang dilakukan.
3. Semakin besar gaya gesekan maka semakin besar gaya yang diperlukan.
4. Gaya gesek suatu benda biasanyaditentukan oleh bidang gesek dan koefisien gesek.
5. Apabila permukaan kontak kasar maka gaya gesek yang dihasilkan akan semakin besar, dan begitu pula sebaliknya.
6. Gesekan yang terjadi adalah gesekan statis dan gerakan meluncur adalah gaya yang ditimbulkan gesekan dari dua benda dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Penjaga gawang pada saat merebahkan badan terlihat diam namun karena ada percepatan dan gaya yang ditimbulkan sehingga ada kekuatan yang menekan dua permukaan secara berurutan

7. Gesekan pada saat tangkapan. Seorang penjaga gawang mampu meredam gaya yang di timbukan dari bola yang datang, ini terjadi karena gesekan berputar dari bola dengan tangan yang digerakan searah gaya yang dating sehingga terjadi gesekan dinamis (terjadi hukum Newton I)

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka apabila perenang ingin memperoleh keuntungan melakukan Penyelamatan tembakan bola di udara adalah menggunakan teknik Diving to save Air ball berdasarkan tujuan mekanika, utamanya adalah termasuk keterampilan melontarkan tubuhnya sendiri untuk mencapai jarak horizontal maksimal tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: Jarak Take Off (saat menolak), Jarak saat melayang, Jarak saat mendarat hingga mampu menguasai bola sepenuhnya . penjaga gawang dalam melakukan tolakan untuk melompat harus melakukannya dengan tepat dan memiliki daya jangkau jauh dan cepat hendaknya pada saat melakukan start perenang memperhatikan sikap aerodinamis dimana berusaha ketika saat melakukan melayang diudara dengan mengurangi resiko tahanan yang seminimum

DAFTAR PUSTAKA

Gerry Carr. Sport Mechanics for Coaches. Second edition. (Human Kinetics. 2004)

Josep A. luxbacher & Gene Klein. The Seccoer Goalkepeer, teqniue,tactique training (Human kinetics.2002)

M. Sajotto, Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga (Semarang: Dahara Price,1998)

http://www.mastersport.co.uk/Skills/Diving%20Save.html di unggah pada tanggal 29 Mei 2010
Henny Kormelink. Ducth Soccer Drills. (Reedswain INC 2000)

ANALISIS BIOMEKANIKA GERAKAN TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN



Tolak peluru merupakan salah satu nomor perlombaan atletik. Nomor ini diperlombakan untuk kategori pria dan wanita. Berat peluru untuk kategori wanita adalah 4 kilogram dan untuk kategori pria 7,26 kilogram. Peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain dan tidak boleh lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materil lain.
Dalam perlombaan tolak peluru, gerakan-gerakan atlit dalam usahanya untuk melaksanakan tolakan harus dilakukan di dalam sebuah lapangan yang dibatasi oleh sebuah lingkaran dengan garis tengah 2,135 m. Peluru harus jatuh di dalam sebuah sektor yang dibatasi oleh dua garis lurus yang ditarik dari pusat lingkaran ke ujung-ujung bususr pada lingkaran dengan besar sudut 40 derajat.
TEKNIK TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN
1. Teknik Awalan.
1.1 Berdiri Tegak membelakangi arah tolakan
1.2 Peluru dipegang dengan tangan kanan dan jari-jari terbuka.
1.3 Jari kelingking dan ibu jari menjaga agar peluru tidak menggeser ke samping.
1.4 Peluru diletakkan atau ditempelkan diantara bahu dan leher dibawah rahang dengan telapak tangan terbuka ke atas.
1.5 Siku bengkok dan lemas di samping badan.
1.6 Lutut kaki kanan dibengkokan, berat badan pada kaki kanan, tungkai kiri lurus ke belakang rileks

2. Gerak Meluncur
2.1 Lengan kiri dilipat di depan badan untuk membentuk keseimbangan.
2.2 Tarik tungkai kiri ke depan, lutut dilipat di bawah perut di samping tungkai depan (kanan)
2.3 Luruskan kembali tungkai kiri
2.4 Bersamaan dengan meluruskan tungkai kiri ke belakang, tolakan kaki kanan kuat dan pindahkan kaki kanan searah dengan gerakan tubuh sejauh-jauhnya sehingga kaki kiri menyentuh balok tolakan.
2.5 Gerakan melentur diakhiri dengan sikap lutut tungkai kiri lurus, lutut tungkai kanan bengkok, berat badan pada kaki kanan
3. Teknik Tolakan
3.1 Bersamaan dengan kaki kiri menyentuh balok, luruskan lutut tungkai kanan dan tolak atau dorong peluru dengan cepat dibantu dengan putaran pinggul, putaran lengan kiri, lenturan togok dan ekstensi pergelangan tangan kanan.
3.2 Sudut tolakan kira-kira 40 derajat dengan bidang horisontal.
3.3 Setelah menolak lengan kanan tetap lurus.
3.4 Berat badan ke depan, supaya tidak keluar lingkaran pindahkan kaki kanan ke depan.

PEMBAHASAN
Menurut pandangan Biomekanika, tolak peluru termasuk jenis keterampilan yang diklasifikasikan dalam : Melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal. Selain tolak peluru, termasuk dalam klasifikasi ini adalah , lempar cakram, lempar lembing, lontar martil dan lompat jauh.
Melontarkan peluru berarti menggerakkan benda/objek, dan agar objek bergerak ke suatu jarak tertentu diperlukan tenaga (force). Tenaga (force) ini diperlukan untuk melawan gaya grafitasi yang bekerja pada setiap benda yang berada di bumi. Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi ini bekerja menarik setiap benda kea rah pusat bumi. Untuk menggerakkan sebuah benda makin menjauhi pusat bumi maka makin besar juga tenaga yang harus dikerahkan. Lintasan peluru dalam tolak peluru dalam konsep biomekanika bisa disebut sebagai proyektil dalam olahraga. Atau bisa juga disebut sebagai gerak parabola.
Berdasarkan keterangan di atas Faktor-faktor yang mempengaruhi jauhnya tolakan dalam tolak peluru :
1. Besarnya kecepatan awal peluru pada saat lepas dari tangan,
2. Besarnya sudut tolakan
3. Ketinggian peluru saat lepas dari tangan.
Untuk memperjelas hal ini, berikut disajikan gambar faktor-faktor yang berhubungan dengan jarak horisontal benda yang menjalani gerak parabola.

a. Jika peluru atau benda ditolak dengan kecepatan yang sama, tetapi pada saat lepas dari tangan dengan ketinggian yang berbeda (h1 dan h2), maka akan menghasilkan jarak horisontal yang berbeda (h2 > h1). Perbedaan ketinggian saat peluru lepas dari tangan terutama tergantung pada postur tubuh atau tinggi badan atlit dan teknik menolak.

Untuk membuktikan hal tersebut berikut ini diberikan contoh soal; Dalam tolak peluru, diketahui kecepatan awal peluru saat lepas dari tangan (Vo)= 10m/d, sudut tolakan  = 450
Dan percepatan grafitasi g= 10m/d2. Tolakan pertama ditolak pada ketinggian 1.70 m dan tolakan kedua pada ketinggian 2 m, maka jarak yang terjauh dari kedua tolakan adalah pada ketinggian?
Pada ketinggian 1.70 m
- Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x
V02 Sin 2 102 Sin 90 100
Xh = = = = 5 m
2g 2 x 10 20

- Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak (1.70m) sampai puncak parabola.
Vo2 Sin2 102 X 0.5 100 x 0.5 50
Yh = = = = = 2.5
2g 2 x 10 20 20

- t =  2 ( Y + Yh ) =  2 (1.7 + 2.5) = 0.92 dt
g 10

- Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos  x t = 10 x 0.71 x 0,92 = 6.53 m

- Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 5 + 6.53 = 11.53 m
Pada ketinggian 2 m
- Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x
V02 Sin 2 102 Sin 90 100
Xh = = = = 5 m
2g 2 x 10 20

- Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak ( 2 m) sampai puncak parabola.
Vo2 Sin2 102 X 0.5 100 x 0.5 50
Yh = = = = = 2.5
2g 2 x 10 20 20

- t =  2 ( Y + Yh ) =  2 (2 + 2.5) = 0.95 dt
g 10

- Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos  x t = 10 x 0.71 x 0,95 = 6.75 m

- Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 5 + 6.75 = 11.75 m
Jadi menolak pada ketinggian 2 meter akan menghasilkan jarak tolak yang lebih jauh dari pada menolak pada ketinggian 1.7 m terbukti.
Pada gambar b. Jika peluru ditolak dari ketinggian yang sama, tetapi dengan kecepatan saat lepas dari tangan berbeda (V1 < V2) maka lintasan parabola akan meyebabkan benda jatuh pada titik yang berbeda yaitu V2 > V1. Benda yang ditolak dengan kecepatan awal lebih besar akan jatuh pada tempat yang lebih jauh. Eksplosif power yang dapat dikerahkan oleh pelempar akan menentukan besaran kecepatan awal peluru saat lepas dari tangan. Eksplosif power adalah hasil kali antara kekuatan dengan kecepatan gerak.
Dari contah soal di atas jika tolakan pertama Vo = 10 m/dt dan tolakan kedua 15 m/dt pada ketinggian 2 m, maka yang lebih jauh adalah tolakan dengan kecepatan awal ….?
Sekarang kita tinggal mencari jarak tolakan dengan kecepatan awal (Vo) 15 m/dt.
- Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x
V02 Sin 2 152 Sin 90 225
Xh = = = = 11.25 m
2g 2 x 10 20

- Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak ( 2 m) sampai puncak parabola.
Vo2 Sin2 152 X 0.5 225 x 0.5 112.5
Yh = = = = = 5.6
2g 2 x 10 20 20

- t =  2 ( Y + Yh ) =  2 (2 + 5.6) = 1.23 dt
g 10

- Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos  x t = 10 x 0.71 x 1.23 = 8.73 m

- Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 11.25 + 8.73 = 19.98 m

Pada gambar c. Jika peluru ditolak dari ketinggian yang sama dengan kecepatan awal sama, maka jarak horisontalnya ditentukan oleh sudut elevasinya, yaitu sudut yang dibentuk oleh arah tolakan dengan bidang horisontal.
Sudut elevasi yang akan mengahsilkan jarak horizontal terjauh dari suatu benda yang bergerak menurut lintasan parabola tergantung pada letak bidang tempat mendaratnya. Ada tiga model tempat mendarat dalam gerak lintas parabola :
1. Tempat mendarat sama tinggi atau satu bidang horisontal dengan titik lepas benda. Sudut yang paling baik adalah 45 derajat dengan bidang horisontal.
2. Tempat mendarat lebih rendah dari titik lepas benda atau sama tinggi dengan bidang tempat melempar maka sudut yang paling baik adalah 40 derajat.
3. Tempat mendarat lebih rendah dari pada tempat tumpuan pelempar, maka sudut yang paling tepat adalah 30 derajat. Lihat gambar berikut :


Analog dengan Contoh di atas dengan ketinggian tolak 2 m pada sudut tolakan 40 derajat.
- Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x
V02 Sin 2 102 Sin 80 100x0.98
Xh = = = = 4.9 m
2g 2 x 10 20

- Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak ( 2 m) sampai puncak parabola.
Vo2 Sin2 102 X 0.4 100 x 0.5 40
Yh = = = = = 2
2g 2 x 10 20 20

- t =  2 ( Y + Yh ) =  2 (2 + 2 ) = 0.89 dt
g 10

- Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos  x t = 10 x 0.77 x 0,89 = 6.85 m

- Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 4.9 + 6.85 = 11.75 m
Ternyata dari perhitungan di atas bahwa menolak dengan sudut tolakan 40 derajat dengan menolak pada sudut elevasi 45 derajat dengan kecepatan awal yang sama mengahasilkan jarak tolakan yang sama. Dari literature lain sya mendapatkan bahwa sudut tolakan yang paling baik adalah kurang dari 45 derajat atau sekitar 42 derajat.
ANALISIS GERAKAN TOLAK PELURU
Untuk menganalisa gerakan tolak peluru dibutuhkan alat bantu video atau gambar cinematografi. Hal ini dikarenakan gerakan tolak peluru dilakukan dengan sangat singkat kurang lebih 2 detik dari persiapan sampai proses menolak. Dengan alat bantu gambar kita bisa menganalisa gerakan tolak peluru secara detail. Di bawah ini disajikan gambar grerakan tolak peluru dari fase persiapan sampai gerakan lanjutan (followstrought). Dari rangkaian gambar tolak peluru gaya O’Brien di atas, Fase persiapan terjadi pada frame 1 sampai dengan frame 12. Fase ini berlangsung lambat. Pada fase persiapan ini kecepatan bagian anggota badan tidak terlalu penting, sebab gerakan-gerakan hanya bertujuan untuk memantapkan kesetimbangan tubuh.
Fase Gerakan dimulai dari frame 13 sampai frame 32. Sedangkan Fase Gerak lanjutan terjadi mulai frame 33 sampai 39. Kecepatan gerak tertinggi terjadi pada fase gerakan.
Dari tinjauan Biomekanika, sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa peluru harus dilepaskan pada saat kecepatan maksimum, ketinggian maksimum dan juga pada sudut tolakan kurang dari 45 derajat. Ketiga hal ini mutlak penting untuk mencapai tujuan tolak peluru yaitu melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal.
Gerakan Lutut dan Pinggul
Lutut dan pinggul merupakan titik-titik kritis dalam tolak peluru. Lutut kanan dan sendi pinggul fleksi dalam posisi sudut optimum sehingga peregangan otot cukup untuk menghasilkan tenaga maksimum. Hal ini perlu diperhatikan pada fase akhir persiapan. Bila regangan otot tidak mencapai titik kritis maka pada saat akstensi lutut tidak akan terjadi kekuatan rotasi maksimum. Kemudian pada saat peluru lepas, lutut harus dalam keadaan ekstensi penuh. Jika ini tidak dilakukan maka ketinggian peluru saat lepas dari tangan tidak berada pada ketinggian maksimum yang akan dapat mengurangi jarak tolakan horisontal.
Gerakan Pinggang dan Persendian Pinggul
Pada fase persiapan, pinggang dan persendian pinggul berada di atas bidang tumpuan yang mantap, sehingga kesetimbangan dapat dipertahankan. Pada frame 7 sampai frame 12 pusat masa badan (center of gravity) letaknya lebih rendah oleh karena pengaruh fleksi lutut kanan sebagai kaki tumpuan. Otot ekstensor kaki tumpuan berada dalam keadaan diregang untuk kontraksi dengan kekuatan penuh pada saat dimulainya fase Gerak. Keadaan pinggul tetap dalam kesetimbangan gerak seperti terlihat pada frame 12 hingga frame 20. Tenaga terbesar dihasilkan pada saat dimulainya putaran pinggul. Pada saat putaran putaran pinggul harus terlihat adanya urutan perpindahan kedudukan pusat masa badan. Peluru lepas pada saat mencapai ketinggian maksimum seperti terlihat dalam frame 32. Kecepatan gerak peluru dalam menjalani lintasannya sangat menentukan hasil tolakan.
Bidang tumpuan yang mendukung kesetimbangan gerak ke depan pada tolak peluru ditunjang oleh satu titik tumpu dan dua titik tumpu secara bergantian. Pada fase persiapan kesetimbangan tubuh ditumpu oleh satu kaki yaitu kaki kanan. Keadaan ini berlangsung sampai sampai permulaan fase gerakan. Pada fase gerakan kesetimbangan bertumpu pada dua titik (kaki) sehingga tingkat kesetimbangannya lebih stabil. Akibatnya rotasi pinggul dapat berjalan tanpa merusak kesetimbangan tubuh.
Kepala dan Leher
Kedudukan kepala dan leher atlit tolak peluru tetap dalam keadaan ekstensi dari awal sampai akhir gerakan.
Gerak Lengan dan Gerak Tangan
Pada saat terakhir dari fase gerak maju, gerak lengan kiri memberikan sumbangan terhadap mekanisme refleks fleksor–ekstensor dan memelihara kesetimbangan pada saat peluru lepas. Terjadi abduksi jari tangan dan fleksi pergelangan tangan pada saat peluru lepas.
Otot Penggerak, Sumbu gerak dan Pengungkit (Tuas)
a. Tahap Persiapan
1. Cara Memegang
Tangan menggenggam peluru dan di tempelkan pada leher bagian samping
Sendi: - Articulatio Intercarpea
- Articulatio Carpometacarpea II – V
- Articulatio Carpometacarpea I
- Articulatio Metacarpo Phalangea
Otot: - M. Bicep Brachii
- M. Coracobrachiali
- M. Supraspinatus
Jenis Pengungkit Ke 3
2. Posisi Punggung
Punggung membungkuk
Sendi :
• Articulatio lumbalo sacralis
Otot : - M. Psoas Minor
- M. Psoas Mayor
3. Posisi Tungkai
Posisi lutut fleksi
Sendi : - Articulatio Genue
- Articulatio Coxae
Otot : - M. Bicep Femoris

b. Tahap Pelaksanaan
1. Gerakan kaki
Kaki kiri diayunkan ke depan dan ke belakang
Sendi : - Articulatio Coxae
- Articulatio Genue
Otot : - M. Gluteus Maximus
- M. Iliacus
Sumbu : Frontal
Bidang : Sagital
Gerakan : Abduksi
Jenis Pengungkit ke 1

2. Gerakan Melangkahkan Kaki
Kedua Kaki di langkahkan atau digeser ke belakang
Sendi : - Articulatio Talotartalis
- Articulatio talocal Caneonavicularis
Otot : - M. Extensor digitorum longus
- M. Gastroknemeus
Sumbu : Sagital
Bidang : Frontal
Jenis Pengungkit ke 2

3. Menolak Peluru
Posisi pinggang diputar kemudian peluru dilepas
Sendi : - Articulatio Intervertebralis
- Articulatio Humeri
Otot : - M. deltoideus:
- M. Obliquus Eksternus abdominis
- M Pectoralis mayor

c. Tahap Gerakan Lanjutan
Setelah Peluru dilepas kaki kanan dilangkahkan kedepan
Sendi : - Articulatio Coxae
- Articulatio Genue
Otot : - M. Quadricep Femoris
- M. Rectus femoris
Sumbu : Lateral
Bidang : sagital
Gerakan : Abduksi
Pengungkit 1

Hukum-Hukum Newton yang Bekerja Pada Tolak Peluru Gaya O’Brien
Hukum Newton I (Hukum Kelembaman)
Bunyi Hukum Newton I : “Setiap benda akan tetap berada dalam kedaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya luar yang mempengaruhinya.”
Terjadi pada fase persiapan dan fase gerak lanjutan
Hukum Newton II (Hukum Momentum/Percepatan)
“Perubahan kecepatan gerak sebanding dengan besarnya tenaga yang bekerja pada benda tersebut, arahnya searah dengan arah tenaga yang bekerja”.
Hukum percepatan ini terjadi pada saat fase gerakan. Semakin besar percepatan semakin pula jarak tolakan.
Hukum newton III (Hukum Aksi Reaksi)
“Setiap aksi selalu akan menimbulkan reaksi yang samabesar dengan arah yang berlawanan”
Terjadi pada saat tungkai menjejak tanah untuk gerakan ekstensi agar dapat menolak peluru sejauh-jauhnya. Semakin besar tenaga yang digunakan untuk ekstensi lutut semakin besar pula tenaga yang dihasilkan untuk menolak peluru.

Momen Inersia
Momen Inersia merujuk pada sebuah kecenderungan untuk mempertahankan posisinya. Benda dalam keadaan diam cenderung susah untuk bergerak tetapi jika sudah bergerak maka susah untuk menghentikannya. Momen inertia ini terjadi pada fase persiapan dan fase gerak lanjutan.

C. PENUTUP

Demikanlah analisis biomekanika cabang olahraga Atletik nomor Tolak Peluru gaya O’Brien.
Hal paling mendasar yang menentukan jauhnya tolakan adalah ketinggian peluru saat lepas dari tangan, kecepatan peluru saat lepas dari tangan dan sudut elevasi tolakan peluru.


ANALISIS BIOMEKANIKA
GERAKAN : TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN
CABANG OLAHRAGA: ATLETIK
No.
Komponen Biomekanika Ada Moment Kejadian Anggota Tubuh/Letak Analisis Keterangan
Ya Tdk
A. . FORCES

1
Forces/gaya yang di gunakan

Pada saat fase gerakan
Kedua tungkai kaki, putaran pinggul, lengan dan tangan
Proses pada fase gerakan , khususnya pada saat memutar pinggul menghasilkan tenaga yang paling besaruntuk menolak peluru.


Vector/arah gaya √ gerakan menolak peluru lengan dan tangan kanan
Arah gaya yang terjadi pada setelah peluru ditolak adalah : membentuk sudut antar arah horisontal dan arah vertikal (gerak para bola)
. No.
Komponen Biomekanika Ada Moment Kejadian Anggota Tubuh/Letak Analisis Keterangan
Ya Tdk
B. LINEAR KINEMATICS
1.


LinearMotion/gerak lurus
v Pada saat fase gerakan terutama saat Melakukan gerakan bergeser mundur Tungkai kaki kanan Gerakan mundur ke belakang untuk awalan adalah gerak lurus dan juga pada saat gerakan lanjutan.


Tangan, lengan, tungkai Gerakan memutar pinggul dan pinggang akan mengahasilkan kecepatan dan tenaga yang besar

Secara keseluruhan anggota badan dari mulai anggota badan bawah sampai anggota badan atas.


jika fase gerakan mundur dilakukan dengan cepat maka akan terjadi juga percepatan pada saat memutar pinggul
Dari dorongan tangan dan bahu akan memberikan percepatan terhadap laju peluru.

Analisis
Pada fase persiapan dapat bergerak dari posisi diam karena pengaruh maju mundurnya kaki. Dan pada fase gerak lanjut gerakan dapat menghentikan gerakan dengan cara memindahkan kaki kanan ke depan.
jika mulai fase persiapan sampai
fase gerakan terjadi percepatan maka pada saat peluru lepas dari tangan juga terjadi percepatan.

Semakin kuat tungkai menjejak tanah untuk gerakan ekstensi makin besar pula tenaga yang diperoleh untuk mendorong peluru ke atas.
Untuk memudahkan gerak kaki di ayun ke depan dan belakang. Untuk menghentikan gerak . kaki kanan melangkah ke depan.
Tuas Jenis I
Gerakan abduksi pada saat langkah kaki
Gerakan mengayunkan kaki ke depan dan belakang.
Tuas Jenis II
Kedua kaki geser ke belakang.
Tuas Jenis III
Tangan menggenggam peluru dan diletakan samping leher.


DAFTAR PUSTAKA
Peter M. McGinnis, Biomechanics of Sport and Exercise, Second edition, Human Kinetics, USA
Pate Rotella McClenaghan, Dasar-Dasar Ilmiah kepelatihan,(Terjemahan), IKIP Semarang Press, Tahun 1993
PASI, Pedoman Dasar Melatih Atletik, Program Pendidikan & Sistem Pelatih Atletik PASI, 1993
Dadang Masnun, Kinesiologi , FPOK IKIP Jakarta, 1993
Yustadi, Rangkuman Fisika Untuk SMU , Jakarta, 1998

Sabtu, 26 Juni 2010

BIOMEKANIKA OLAHRAGA


A. Pengertian Biomekanika
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika. Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo adalah peletak dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi.
Mekanika teknik atau disebut juga denagn mekanika terapan adalah ilmu yang mempelajari peneraapan dari prinsip-prinpsip mekanika. Mekanika terapan mempelajari analisis dan disain dari sistem mekanik.
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran.
B. Tujuan Biomekanika
Tujuan mempelajari biomekanika dalam penerapan ilmu olahraga adalah :
1. Mengetahui konsep ilmiah dasar yang diaplikasikan dalam bentuk gerak manusia.
2. Memahami suatu bentuk/model gerak dasar dalam olahraga sehingga mampu mengembangkannya dengan baik.
3. Mampu memahami perkembangan gerak dasar.
4. Mampu menerapkan suatu bentuk yang sesuai dengan karakteristik fisik seseorang dalam berolahraga, dengan baik dan benar

C. Fungsi Biomekanika Terhadap Guru Pendidikan Jasmani dan Pelatih Olahraga
Biomekanika erat kaitanya dengan ilmu keolahragaan sehingga, biomekanika memiliki fungsi penting bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga, dalam hal ini fungsi dan kegunaan biomekanika bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga menurut Arma Abdulah ( 1994 : 202 ) dijelaskan bahwa; (1) pemahaman biomekanika akan menghasilkan peningkatan pengetahuan tentang kerumitan fungsi anatomis – fisiologi – dan mekanika dari tubuh manusia dan akan membantu meniadakan kesalahan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar keterampilan, sehingga dapat meningkatkan perkembangan unjuk kerja keterampilan khusus lebih cepat dan sempurna; (2) pengetahuan biomekanika juga penting bagi atlet karena ia akan menyadari kekeliruan untuk mencoba meniru gaya atlet lain karena gaya tersebut memberikan keberhasilan bagi atlet tersebut, sehingga atlet harus mengembangkan gayanya sendiri, sebab pada umumnya tidak ada dua manusia yang sama dalam karakteristik jasmani, seperti kekuatan otot, kelentukan, tipe tubuh dan begitupula karakteristik psikologis. Dengan demikian pada penyampaian yang kedua dapat gigunakan oleh para pelatih olahraga untuk mengenal karakteristik dan kemampuan atlet, sehingga memiliki cara untuk mengembangkan kemampuan dan prestasi atlet.
Secara garis besar fungsi dan kegunaan biomekanika pada guru pendidikan jasmani maupun pelatih olahraga, yakni;
1. Memberikan dasar ilmu pengetahuan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan keterampilan dan gerak dasar pada olahraga.
2. Sebagai dasar untuk memperoleh jawaban tentang masalah dalam unjuk kerja ( Praktek ) olahraga.
3. Pirinsip serta asasnya dipakai dalam meberikan assasment dan koreksi terhadap unjuk kerja yang dilakukan oleh peserta didik / atlet.
4. Mampu dalam mengembangkan gerak dasar olahraga yang lebih efisien dan manfaat guna.

D. Asas Dan Prinsip Biomekanika
Pada pembahasan dasar – dasar asas dan prinsip biomekanika, hayan didiskusikan aspek – aspek dalam pendidikan jasmani yang berkenaan dengan biomekanik. Sedangkan pengkajian sejara mendalam akan dipelajari dalam mata kuliah tersendiri. Pada asas dan prinsip biomekanika ini, dipelajari tentang penggolongan gerak manusia. Menurut Broer, penggolongan tugas gerak manusia terbagia atas; (1) tugas menggantung; (2) tugas mendukung; (3) tugas berkaitan dengan gerak tubuh atau objek; (4) tugas berkenaan dengan tenaga. Salah satu nilai dari penggolongan gerak adalah untuk memahami hubungan antara berbagai aktivitas dalam satu kategori tertentu. Berikut akan dipaparkan mengenai tugas gerak manusia; 1) Tugas Menggantung Menurut Arma Abdoelah ( 1994 : 203 ) Tugas menggantung memainkan pran yang menonjol dalam evolusi kehidupan manusia. Kebanyakan tugas menggantung berhubungan dengan aktivitas dengan beberapa jenis cara bergantung dengan sepotong besi. Aktifitas menggantung yang umum dijumpai pada senam, aktivitas kesegaran jasmani, permainan anak yang menggunakan alat bergantung. Karena tubuh biasanya bergatung bebas gaya tarik bumi bekerja tidak berlawanan dengan aktifitas bergantung.
Beberapa asas biomekanik terlibat dalam berbagai macam aktivitas menggantung dengan berayun. Contoh yang paling mudah dipahami adalah asas pada pendulum ( bandul / anak lonceng ) serta gerak melingkar. Gerakan pada asas berayun dan menggantung dapat dijumpai pada aktivitas olahraga senam pada palang tunggal dan palang sejajar. Pada dasarnya, gerak pendulum atau bandul dikontrol oleh daya tarik bumi. Bila pendulum berayun, gerak keatas bergantung pada momentum yang dihimpun pada waktu gerakan kebawah. Gerakan berayun keatas dan selama berayun keatas mengurangi pengaruh gaya tarik bumi dan diperpanjang pada waktu berayun kebelakang dan kedepan bawah. Prinsip yang sama juga dapat dilihat melalui ilustrasi gambar berikut ini; 2) Tugas Mendukung Menurut Arma Abdoelah ( 1994 : 204 ) Gerak tubuh yang berkenaan dengan tugas mendukung atau menyanggah tubuh dalam atu posisi khusus, pada umumnya diperlukan untuk tugas gerak yang lain. Posisinya pun bervariasi dari vertical ke horisontal, dan pada umumnya berkaitan dengan sikap berdiri, berjalan, berlari, duduk, berlutut, dan sejenisnya. Posisi kepala berada dibawah pada aktivitas senam, merupakan bentuk aplikatif dari hukum mekanikal.
Keseimbangan atau stabilitas ( balancing ) digunakan dalam pelaksanaan asas mekanika. Keseimbangan tubuh dapat dibagi menjadi 3 jenis, yakni; keseimbangan stabil, keseimbangan labil, keseimbangan normal.
Keseimbangan stabil terjadi bilamana : (1) Kontak dengan dasar/permukaan pijakan luas; (2) Pusat gravitasi terletak redah dan garis pusat gravitasi terletak didalam benda; (3) Pusat gravitasinya naik jika diberi gaya; (4) Munculnya gaya pemulih yang menyebabkan kembali ke posisi semula; (5) Tenaga potensial bertambah.
Keseimbangan labil terjadi bilamana; (1) pusat gravitasinya turun bilamana diberi gaya; (2) posisi benda akan mengalami perubahan; (3) tenaga potensial berkurang; (4) garis pusat gravitasi jatuh diluas garis penyokong, dan dasar penyokong terlalu kecil.
Keseimbangan tubuh yang labil terjadi bila mana kita mengangkat salahsatu kaki dalam gerakan olaharaga atau pada gerakan penguluran. Saat salah satu kaki diangkat maka luas garis penyokong lebih kecil sehingga akan terjadi keseimbangan yang labil.
Keseimbangan normal terjadi bilamana; pusat grafitasinya tidak berubah apabila diberi gaya; tenaga potensial bermabah
Disisi lain keseimbangan tubuh tercapai dan meningkat bila: (1) Letak pusat gravitasi direndahkan, spt posisi duduk atau berbaring. (2) Peningkatan luas permukaan penyangga, spt posisi tidur, posisi duduk, berjalan dengan telapak kaki. Dan berkurang bila: (1) Menaikkan pusat gravitasi, dgn cara angkat tangan ke atas, menjunjung barang di atas kepala; (2) Mengurangi dasar permukaan penyangga, seperti berjalan menjinjit atau berjalan dengan satu kaki, atau keaadaan pada saat berlari cepat, dengan menggunakan ujung kaki sebagai tumpuan. 3) Tugas Berkenaan Dengan Gerak Tubuh Atau Objek
Penggolongan tugas gerak ke-tiga menurut Broer ini berkenaan dengan tenaga yang timbul dalam tubuh ( syaraf, otot, atau kerangka ) untuk menggerakan tubuh atau bagian tubuh atau objek di luar tubuh. Tenaga yang diberikan oleh otot bekerja sama dengan sejumlah pengungkit yang deibentuk oleh persendian tubuh manusia. Asas –asas yang berhubungan dengan masalah tenaga ini termasuk diantaranya Hukum Gerak Newton, yang terdiri dari; (1) Hukum inersia; (2) Hukum percepatan; (3) Hukum aksi sama dengan reaksi. Secara lebih detail mengenai prinsip hukum tersebut dijelaskan dalam penjelasan berikut;
Hukum Inersia, Hukum inersia merupakan hukum pertama Newton, menyatakan bahwa sebuah benda tetap dalam keaadaan diam atau gerak teratur dalam satu garis lurus, sekiranya tidak dipengaruhi oleh tenaga luar yang cukup untuk mengubah keaadaan semula. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa kekuatan konstan diperlukan untuk menjaga sesuatu tetap bergerak. Hukum NEWTON I (Inertia = kelembaman) dapat disimpulkan bahwa; (1) benda bersifat mempertahankan keadaan; (2) semua benda/ obyek akan bergerak bila ada gaya (force) yang mengakibatkan pergerakan.
Hukum Akselerasi, hukum akselerasi merupakan hukim kedua Newton. Menyatakan bahwa benda digerakan oleh suatu tenaga, momentumnya ( m x a ) adalah proporsional atau sebanding dan satu arah dengan tenaga dan berbanding terbalik dengan berat ( mass / m ) benda. Sebagai contoh perbedaan antara jalan dan lari pada dasarnya disebabkan perbedaan jumlah tenaga yang digunakan oleh otot untuk mendorong tubuh kedepan. Begitu pula, bola golf yang berhenti diatas rumput dipukul dengan tongkat golf, ia akan bergerak searah dengan gaya yang diberikan. Semakin besar gaya yang diberikan maka akan semakin besar akselerasi dan kecepatan nya. Semua gerak adalah hasil dari tenaga atau gaya tarik / gravitasi atau kedua duanya., dan deselerasi ( perlambatan ) adalah hasil dari gesekan atau gravitas. Jadi kombinasi dari tenaga – tenaga luar seperti halnya tahanan udara, gravitas, dan gesekan dengan rumput, menghambat gerak bola golf sehingga menghasilkan deselerasi ( perlambatan ) dan pada akhirnya berhenti.

Hukum aksi reaksi, hukum ini merupakan hukum ketiga Newton yang menyatakan setiap ada aksi maka aka nada reaksi, yang arahnya berlawanan. Contoh yang dapat dilihat dalam olahraga adalah prinsip pada gerakan renang dan dayung, yakni gerakan dayungan renang arah belakang, maka akan menyebabkan dorongan yang besarnya sama kearah depan.
Dalam tugas yang berkenaan dengan gerak tubuh dan objek ini juga mempelajari prinsip kerja pengungkit yang diaplikasikan dalam gerak pengumpil dan sendi pada manusia, macam pengungkit terdiri dari tiga jenis, yakni pengungkit jenis I, II, dan II, masing masing dijabarkan sebagai berikut; Pengungkit Jenis I, yakni Titik tumpuan terletak di antara gaya berat (W) dan gaya otot (M). contoh dalam gerak manusia adalah pada posisi diam/ tegak.
Pengungkit Jenis II, Gaya berat (W) di antara titik tumpuan dan gaya otot (M), contoh dalam gerak manusia adalah pada posisi jinjit
Pengungkit Jenis III, Gaya otot (M) di antara titik tumpuan dan gaya berat (W), Contoh: Posisi tangan mengangkat beban. Keuntungan Mekanis, “Perbandingan antara gaya otot (M) dan gaya berat (W)”
Serta, 4) Tugas Berkenaan Dengan Tenaga. Dalam banyak aktivitas olahraga, tubuh menerima satu tenaga dari satu objek seperti sebuah bola atau meberhentikan tubuh seperti mendarat dilantai pada senam pada palang tunggal.

E. Teknik Analisis Biomekanika
Biomekanik akan lebih efektif bila asas dan hukum mekanika dapat didemonstrasikan dan dipelajari dalam laboratorium. Tekinik analisis biomekanik dapat diterangkan melalui penjabaran sebagai berikut;
1. Sinematografi
Teknik-teknik sinematografi menjadi sangat esensial untuk proses mengajar ,melatih dan untuk penelitian. Namun Taylor menyatakan bahwa banyak film dibuat bukan untuk tujuan penelitian (1971:51). Meningkatnya penggunaan fotoografi untuk mengumpulkan, menganalisis dan menilai data gerak, sedikit demi sedikit mengambil alih teknik observasi konvensional, sebab apa yang diamati tidak teliti karena hanya sebagian kecil dari gerk keseluruhan dapat diamati pada satu saat.
2. Elektromiografi
Elektromiografi adalah satu metode mempelajari kerja dari otot-otot tertentu atau kelompok otot. Dengan menggunakan alat pencatat, rangsang elektris diberikan kepada otot agar otot berkontraksi dapat dicatat secara grafik, diukur dan dianalisis untuk sejumlah kebutuhan, termasuk informasi tentang koodinasi, kelelahan dan relaksasi.
3. Goniografi
Suatu aspek penting dalam gerak manusia yang berhubungan dengan system otot – rangka ( musculoskeletal ) adalah berkenaan dengan kerja pengumpil pada persendian. Teknik gonigrafik digunakan untuk mengukur posisi dan gerak dari persendian. Alat ini terdiri dari satu mekanisme engsel dan dua tangan, yang diikatkan pada persendian yang diteliti.

3. Peran Pembelajaran Motor Learning dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional


A. PENDAHULUAN
Undang-Undang dasar Negera Republik Indonesa Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara hukum.Segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintah harus senantiasa berdasarkan atas hukum.
Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional.
Selama ini olahraga hanya diatur oleh peraturan perundang-undangan yang bersifat parsial atau belum mengatur semua aspek keolahragaan nasional, secara menyeluruh dan belum mencerminkan tataran hukum yang tertib di bidang keolahragaan.
Permasalahan keolahragaan nasional semakin kompleks danberkaitan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan bangsa serta tuntutan perubahan global sehingga sudah saatnya Indonesia memiliki suatu undang-undang yang mengatur keolahragaan secara menyeluruh dengan memperhatikan semua aspek terkait, adaptif terhadap perkembangan masyarakat sekaligus sebagai instrument hukum yang mempu mendukung pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional pada masa kini dan masa yang akan datang.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas inilah pemerintah dalam hal ini Kemenegpora membuat suatu terobosan untuk mangatur keolahragaan di Indonesia dengan di bentuknya Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai landasan yuridis bagi setiap kegiatan keolahragaan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam prosesnya sistem keolahragaan nasional ini merupakan penggabungan beberapa komponen subsistem dari stakeholder olahraga yang saling terkait secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Subsistem yang dimaksud terdiri dari pelaku olahraga, organisasi olahraga, anggaran keolahragaan, prasarana dan sarana olahraga, peran serta masyarakat. Selain itu, hal yang dianggap lebih penting adalah penunjang keolahragaan yakni dukungan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga.
Pada makalah ini dibatasi pada pembahasan aspek penunjang keolahragaan yaitu ilmu pengetahuan. Namun dalam ilmu pengetahuan ini pula, hanya terbatas pada bidang ilmu Motor Learning sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ilmu olahraga lainnya, hal ini di maksud guna mengkaji secara mendalam guna memahami pentingnya ilmu tersebut untuk mendukung program pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang Keolahraga Nasional.

B. PEMBAHASAN

1. Motor Learning.
Gerak manusia pada manusia tidaklah semata-mata sebagai rangkaian gerak tubuh atau anggota badan dalam ruang dan waktu. Gejala tersebut tidak cukup kita tinjau dari sudut fungsi psikologis manusianya. Akan tetapi, tetapi yang terpenting adalah tinjauan tentang gerak sebagai sari olahraga adalah sebuah tinjauan dari aspek biologisnya. Misalnya, para ahli ilmu faal memahami gerak manusia sebagi satu kaitan dari kelompok sebuah fungsi di dalam system anatominya. Karena tubuh manusia membutuhkan waktu pemulihan guna untuk mendapatkan keseimbangan antara yang dimasukan dengan yang dikeluarkan.
Manusia bergerak atau berolahraga sebagai sebuah kegiatan totalitas dari fungsi jasmaniah dan kepribadiannya. Bahkan dapat dikatakan, gerak fisik merupakan media bagi dimensi psikis untuk ada kontak dengan dunia sekitar. Gerak pada manusia bukan sekedar aktivitas jasmani tanpa adanya kesadaran, tapi lebih banyak berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Untuk dapat melakukan gerak yang baik didalam olahraga atau kegiatan fisik lainnya kita sangat membutuhkan proses belajar motorik. Dengan belajar motorik inilah kita akan mendapatkan penampilan yang lebih dan sempurnah.
Gallahue menyatakan bahwa motor learning adalah Motor learning is a relatively permanent change in motor behavior resulting from practice or past experience. Dari teori tersebut dapat artikan sebagai berikut, bahwa belajar motorik adalah terjadinya perubahan relative permanent dalam tingkah laku dari hasil pengalaman latihan. Dengan kata lain, apabila kita melakukan belajar motorik, maka akan terjadi perubahan pada diri kita, dimana perubahan tersebut akan menetap secara relative, karena didasarkan pengalaman pada waktu belajarnya. Dan yang kalah pentingnya pada waktu belajar motorik adalah stimulus yang diberikan bagaimana adanya. Kalau stimulus yang datang baik, maka respon yang di dapat baik pula.
Untuk memaknai dari pendapat tersebut diatas maka menjadi tanggungjawab guru /pelatih untuk dapat membawa anak didik ke arah yang lebih baik yang berdasar pada beberapa konsep dalam motor learning yang diantaranya, tahapan belajar, belajar gerak, fase, periode, tahap perkembangan anak maupun pemahaman terhadap karakteristik anak. Sehingga ketercapaian tujuan keolahragaan nasional akan segera terwujud.
2. Sistimatika dan Arah Kebijakan UU SKN
Di dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional terdiri atas 24 Bab dan 92 pasal. Rincian Bab dan Pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut :

Bab i Ketentuan umum
Bab ii Dasar, fungsi dan tujuan
Bab iii Prinsip penyelenggaraan keolahragaan
Bab iv Hak dan kewajiban
Bab v Tugas, wewenang, dan tanggungjawab pempus & pemda
Bab vi Ruang lingkup olahraga
Bab vii Pembinaan dan pengembangan olahraga
Bab viii Pengelolaan keolahragaan
Bab ix Penyelenggaraan kejuaraan olahraga
Bab x Pelaku olahraga
Bab xi Prasarana dan sarana olahraga
Bab xii Pendanaan keolahragaan
Bab xiii Pengembangan iptek keolahragaan
Bab xiv Peran serta masyarakat
Bab xv Kerjasama dan informasi keolahragaan
Bab xvi Industri olahraga
Bab xvii Standarisasi, akreditasi dan sertifikasi
Bab xviii Doping
Bab xix Penghargaan
Bab xx Pengawasan
Bab xxi Penyelesaian sengketa
Bab xxii Ketentuan pidana
Bab xxiii Ketentuan peralihan
Bab xxiv Ketentuan penutup

Setelah mempelajari lebih lanjut dari sekian bab dan pasal yang terdapat dalam UU SKN, penulis berkesimpulan bahwa sepanjang kita berbicara dalam konteks keolahragaan seperti yang termaktub dalam semua bab dan pasal-pasal SKN, tentulah memiliki keterkaitan antara ke duanya. Akan tetapi dari keterkaitan tersebut terlihat ada 1 bab yang terdiri atas beberapa pasal yang memiliki keterkaitan secara fungsional. Salah satu Bab dan Pasal yang dimaksud adalah Bab VI terdiri atas 3 pasal yakni 17,18,19 dan 20 yang mencakup tentang Ruang Lingkup Kegiatan Olahraga. Artinya kajian Ilmu Motor Learning tersebut harus dipandang sebagai ilmu yang turut berperan dalam mendukung pencapaian tujuan keolahragaan nasional dalam SKN. Lebih jelasnya akan di bahas pada pokok bahasan selanjutnya.
3. Peran Pembelajaran Motor Learning dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional
Sebelum membahas lebih jauh tentang peranan motor learning dalam undang-undang sistem keolahragaan nasional, maka terlebih dahulu akan di bahas Bab VI yang terdiri dari 3 pasal yakni 17,18,19 dan 20 UU SKN yang mencakup Ruang Lingkup Kegiatan Olahraga, sehingga dari uraian ini akan mengantar kita untuk dapat menarik suatu benang merah atau peran Ilmu Motor Learning terhadap UU SKN ini. Berikut petikan UU SKN Bab VI yang terdiri dari 4 pasal, adalah sebagai berikut:
BAB VI
RUANG LINGKUP OLAHRAGA
Pasal 17
Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan:
a. olahraga pendidikan;
b. olahraga rekreasi dan
c. olahraga prestasi.
Pasal 18
(1) Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan.
(2) Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
(3) Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini.
(4) Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan.
(5) Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
(6) Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dibimbing oleh guruldosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
(7) Setiap satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berkewajiban menyiapkan prasarana dan sarana olahraga pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan.
(8) Setiap satuan pendidikan dapat melakukan kejuaraan olahraga sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara berkala antarsatuan pendidikan yang setingkat.
(9) Kejuaraan olahraga antarsatuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dilanjutkan pada tingkat daerah, wilayah, nasional, dan internasional.
Pasal 19
(1) Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran.
(2) Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga.
(3) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:
a. memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan;
b. membangun hubungan sosial; dan/atau
c. melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban menggali, mengembangkan, dan memajukan olahraga rekreasi.
(5) Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang mengandung risika terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib:
d. menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan jenis olahraga; dan
e. menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis olahraga.
(6) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pads ayat (5) harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perkumpulan atau organisasi olahraga.
Pasal 20
(1) Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
(2) Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi.
(3) Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berkewajiban menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan olahraga prestasi.
(5) Untuk memajukan olahraga prestasi, Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat mengembangkan:
a. perkumpulan olahraga;
b. pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan;
c. sentra pembinaan olahraga prestasi;
d. pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan;
e. prasarana dan sarana olahraga prestasi;
f. sistem pemanduan dan pengembangan bakat olahraga;
g. sistem informasi keolahragaan; dan
h. melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional sesuai dengan kebutuhan.
6. Untuk keselamatan dan kesehatan olahragawan pada tiap penyelenggaraan, penyelenggara wajib menyediakan tenaga medis dan/atau paramedis sesuai dengan teknis penyelenggaraan olahraga prestasi.
Dari kutipan tersebut di atas, terlihat secara jelas bahwa pada Bab VI ini memberikan penjelasan tentang Ruang Lingkup Olahraga yang terdiri atas 3 ruang lingkup kegiatan yakni Olahraga Pendidikan, Olahraga Rekreasi, Olahraga Prestasi. ke 3 aspek yang di maksud dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Olahraga pendidikan
- Sebagai bagian proses pendidikan
- Dilaksanakan pada jalur pendidikan formal/ non formal (intra/ekstra kurikuler)
- Di mulai usia dini
- Dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Olahraga rekreasi
- Sebagai bagian proses pemulihan kembali sehat & kebugaran
- Dilaksanakan setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan/ organisasi olahraga
- Untuk sehat, bugar, gembira, hubungan sosial, lestari dan budaya
3. Olahraga prestasi
Sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa
Setelah mencermati dari beberapa penjelasan pada bab dan pasal-pasalnya seperti yang tersebut di atas, maka penulis berkesimpulan dan tanpa mengabaikan pada aspek ruang lingkup lainnya, bahwa motor learning/belajar gerak akan lebih dominan terlihat dan berperan pada pencapaian tujuan keolahragaan nasional pada aspek ruang lingkup olahraga pendidikan, sungguhpun pada aspek lainnya juga memiliki dampak positif terhadap tujuan keolahragaan nasional. Untuk mencapai prestasi yang gemilang, akan sangat mustahil apabila proses pembelajaran/pembinaan gerak anak pada jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal dilakukan secara tidak terarah dan tidak mengikuti ketentuan logis pada beberapa tingkatan lembaga pendidikan yang ada. Artinya anak mulai di didik dan diajarkan gerak yang sebenarnya sesuai dengan ciri dan karakteristik anak sejak pembelajaran gerak mulai dari TK, SD, SMP, SMA, LS, maupun pada tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan pengamatan dan pemikiran yang kami lakukan, beberapa kasus yang menyebabkan atlet pelajar gagal dan drop-out atau mengalami kemandegan prestasi sisebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini:
1. Mendorong atlet untuk latihan “spesilaisasi dini” menyebabkan atlet tereksploitasi tanpa keserasian dan keseimbangan pertumbuhan dan perkembangannya sehingga terjadi “burn out” diusia muda.
2. Cedera yang banyak terjadi karena kesiapan fisik dan mental yang belum memadahi untuk suatu latihan yang spartan pada usia muda.
3. Kemandegan dan kelemahan perkembangan teknik dasar dan lanjutan karena keterbatasan pengetahuan pelatih dan kurangnya alat analisis teknik yang memadahi.
Dari 3 hal ini di atas, memiliki arti bahwa pembelajaran dan pembinaan yang dilakukan tidak berdasar pada aspek keilmuan dalam pembelajaran gerak. Sehingga menyebabkan anak gagal dan kurang berhasil dalam pembelajaran.
Jika mencermati pasal 18 ayat 3 dan 8 pada SKN yang mengatakan bahwa pendidikan di mulai sejak usia dini. Hal ini berarti bahwa pembinaan anak dimulai dari jenjang usia dini sampai kepada jenjang yang lebih tinggi, yang tentunya dalam pelaksanaannyapun harus menyesuaikan dengan fase, periode maupun tahapan perkembangan motor anak. Ciri dan karakteristik anak usia dini berbeda dengan anak usia remaja maupun dewasa. Olehnya, merupakan tugas dan tanggungjawab bagi para pendidik/guru, pelatih/pembina untuk dapat lebih memahami ciri dan karakteristik dalam fase, periode maupun tahapan perkembangan motor anak sesuai dengan usianya sebelum proses pembelajaran berlangsung. Sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan bakat masing-masing anak. Tak dapat di sangkal bahwa hal ini merupakan keharusan sebagai bentuk pertanggungjawaban guru, pembina, pelatih terhadap tugas negara guna pencapaian tujuan keolahragaan nasional, yakni memelihara dan meningkatkan, kesehatan & kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral & akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan & kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, mengangkat harkat, martabat, kehormatan bangsa.
Selain itu, guru/pelatih harus mengetahui tahapan belajar yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pelaksanaan pembelajaran.Hal ini dimaksud untuk memahami secara lebih jelas tentang bagaimana tahapan belajar yang terjadi pada diri anak, artinya tidak hanya menekankan pada sisi motoriknya saja, akan tetapi pada sisi kognisi dan afektif juga sangat utama dalam membentuk seorang anak guna menanamkan nilai moral & akhlak mulia, sportivitas, disiplin. Dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung secara terstruktur dan sistimatis. Dalam pembelajaran motor Learning dikenal 3 tahapan belajar yakni :
a. Langkah yang pertama, cognitive stage. Pada tahapan ini, siswa pertama kali diperkenalkan dengan ketrampilan gerak yang baru, dan tugas yang utama itu untuk mengembangkan satu pemahaman persyaratan-persyaratan gerakan itu. Seorang siswa di dalam cognitive stage ini mungkin punya banyak pertanyaan-pertanyaan.
b. Tahap yang kedua atau associative stage, ditandai oleh perbaikan-perbaikan gerakan yang ditandai. Setelah mencoba banyak gerakan yang mungkin dengan strategi gerakan, seorang siswa pada tahap ini menjadi merasa terikat dan memilih pada pola gerakan tertentu. Gerakan menjadi lebih konsisten, dengan sedikit kesalahan. Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/ kejadian dari luar dan juga memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan siswa untuk mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan. Dalam tahap ini, kemampuan siswa menjadi terus meningkat tidak hanya mendeteksi penyebab kesalahannya tetapi juga tentang pengembangan strategi yang sesuai untuk kebaikan mereka.
c. Sedangkan tahap ke tiga adalah Autonomous stage. Di dalam tahap automatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi dingotomatiskan. Perhatian siswa selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Akhirnya, siswa-siswa di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan.
Gallahue mengatakan bahwa fase, periode maupun tahapan perkembangan motor anak sebagai proses tahap yang berkelanjutan dan saling melengkapi dapat di lihat dalam sebuah gambar yang menyerupai jam pasir. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam pembinaan atau pembelajaran gerak anak peserta didik pada lembaga pendidikan baik formal maupun non formal guna tercapainya tujuan pada aspek ruang lingkup olahraga pendidikan. Gambar tersebut adalah sebagai berikut:

PERIODE FASE TAHAP
Janin – 4 bulan Fase Gerak Fundamental Penguraian informasi
4 Bulan – 1 Thn Penerimaan informasi
Lahir – 1 Thn Fase gerak belum sempurna Hambatan refleks
1 – 2 Thn Prakontrol
2 -3 Thn Fase gerakan dasar Tahap Awal (Initial)

4 – 5 Thn Tahap Sederhana (Elementary

6 – 7 Thn Tahap Kematangan (Mature)

7 – 10 Thn Fase gerak khusus Tahap peralihan
11 – 12 Thn Tahappenerapan
14 Thn Ke atas Tahap pemantapan/pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.
Table Tahap Perkembangan Motorik
Dalam tahapan gerak seperti yang tersebut di atas, masing-masing memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda. Sebagai salah satu contoh pada usia 2-6 tahun, Karakteristik Masa perkembangan Gerak dan Implikasi Program Perkembangan Gerak memiliki Banyak peluang untuk permainan gerak kasar yang harus yang ditawarkan di dalamnya di buat ada yang tidak diarahkan dan yang diarahkan, Pengalaman gerak perlu menelusuri tekanan gerakan dan memecahkan masalah.aktivitas untuk memaksimalkan kreativitas dan keinginan anak dalam menjelajah, Program pendidikan gerakan perlu termasuk banyak dari penguatan yang positif untuk mendorong penetapan dari suatu konsep diri yang sehat dan untuk mengurangi takut akan kegagalan, Tekanan harus ditempatkan pada pengembangkan berbagai macam gerak dasar lokomotor, manipulatif, dan kemampuan-kemampuan kesimbangan, secara bertahap dari sederhana ke kompleks sampai anak menjadi "siap.", Minat dan kemampuan-kemampuan anak laki-laki dan anak perempuan bersifat sebangun, selama periode ini tidak dibutuhkan aktivitas yang terpisah., Banyak model aktivitas yang dirancang secara rinci yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi gerak perseptual bersifat, Daya imajinasi anak yang besar harus dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas, termasuk drama dan perumpamaan, Oleh karena anak-anak sering kali canggung dan gerakan-gerakan tidak efisien, yang pasti untuk mencocokkan gerakan melalui taraf kematangan mereka, Menyediakan berbagai macam aktivitas yang banyak memerlukan penanganan obyek dan koordinasi mata dan tangan, Mulai untuk memadukan aktivitas yang melibatkan dua sisi bersamamaan (kanan-kiri) dan aktivitas satu sisi, seperti mencongklang (berlari kencang) dan skipping, setelah gerakan-gerakan yang secara sepihak seperti loncat telah cukup baik dibentuk/ mapan, Dorongan pada anak-anak untuk membantu agar tidak diperdaya kecenderungan untuk bersifat malu dan malu mengambil satu bagian untuk aktif di dalam program pendidikan gerak untuk "mempertunjukkan" dan "mengesankan" orang lain apa yang mereka dapat lakukan, Aktivitas perlu penekanan pada bagian lengan, bahu, dan melibatkan tubuh bagian atas, Tanpa menekankan melakukan koreksi gerakan pada suatu cakupan luas dari gerakan-gerakan pokok adalah tujuan yang utama, tanpa penekanan pada standar-standar kerja, Jangan menekankan koordinasi bersama antara kecepatan dan ketangkasan, Kebiasaan-kebiasaan lemah dimulai dengan penampilan sedang. Kuatkan penampilan yang baik dengan perkataan-perkataan yang positif, Sediakan akses menyenangkan pada fasilitas-fasilitas kamar kecil dan beri dorongan kepada anak-anak untuk dapat menerima tanggung jawab dan rasa memiliki, Memperhatikan perbedaan-perbedaan tiap individu dan mempertimbangan kemajuan anak pada daftar mereka sendiri-sendiri, Tetapkan patokan-patokan untuk perilaku yang bias mereka diterima dan mentaati. Sediakan bimbingan yang bijaksana dalam penetapan pada suatu pengertian tentang apa yang benar dan wajar daripada apa yang salah dan tak dapat diterima, Program gerakan untuk pengembangan harus menentukan dan berdasar pada masing-masing tingkatan individu yang akan dikembangkan serta Suatu pendekatan multisensory harus digunakan; yaitu ,di mana menyatukan pengalaman-pengalaman yang luas, sesuatu dilakukan menggunakan dengan beberapa cara yang berhubungan dengan perasaan.
Pada pasal 18 ayat 2 bahwa Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler. Dalam implementasinya, bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan Standar Kompotensi dan Kompetensi Dasar, guru dalam penyusunan Silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sedangkan pelatih dapat diimplementasikan pada pembuatan Program Latihan. Semua hal ini di maksud untuk mencapai prestasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Jika hal ini telah terlaksana dengan baik maka, satu keyakinan bahwa tujuan Ruang Lingkup Olahraga yang terdiri dari 3 aspek tersebut dapat di capai sehingga akan mampu mengangkat harkat dan martabat Indonesia di dunia Internasional.
Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa belajar gerak memiliki nilai strategis dalam mendorong pencapaian tujuan keolahragaan nasional yang telah menjadi wewenang pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembinaan/pengembangan kegiatan keolahragaan, peningkatan mutu pelayanan minimal keolahragaan, peningkatan efektifitas/efisiensi manajemen keolahragaan dan peningkatan kesehatan, kebugaran, dan prestasi olahraga. Yang pada akhirnya beberapa PANJI OLAHRAGA aan tumbuh kembali yaitu: “MEMASYARAKATKAN OLAHRAGA DAN MENGOLAHRAGAKAN MASYARAKAT” yang pernah dipayungi TAP MPR, digaungkan tahun 80 an yang kini nyaris menghilang.
C. PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, sesuai dengan hasil diskusi kelompok kami. Disadari secara substansial masih membutuhkan penyempurnaan. Olehnya kritik dan saran dari relasi, teman-teman seperjuangan sangat kami butuhkan guna penyempurnaan yang dimaksud. Namun satu harapan kami bahwa dengan makalah ini dapat menambah wawasan berpikir kita untuk dapat lebih memahami bahwa penntingnya Ilmu Motor Learning sebagai faktor penunjang dalam menyokong tujuan Sistem Keolahragaan Nasional.
Terima Kasih

ANALISIS KURIKULUM SD DITINJAU DARI ASPEK GERAK DAN KARAKTERISTIK ANAK MENURUT KONSEP DAVID J. GALLAHOE


A. PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih dan direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memiliki sasaran paedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Dalam rangka mendukung pendidikan nasional, sekolah dasar (SD) merupakan suatu jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya. Sehingga peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Kedudukan SD dianggap sangat penting keberadaannya karena beberapa hal diantaranya adalah : (a). tanpa menyelesaikan pendidikan pada jenjang SD, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti pendidikan di SMP; (b). melalui SD anak dibekali kemampuan dan keterampilan dasar agar mampu mengantisipasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan olahraga, serta keterampilan hidup lainnya (life skill); (c). Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang membekali atau dasar-dasar dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
Memperhatikan betapa penting dan peranannya yang demikian besar, maka pendidiakan dasar (SD) harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, baik secara social institusional maupun fungsional akademik.
Belajar gerak dan belajar melalui gerak pada anak dengan maksud agar memiliki keterampilan, aktivitas bermain yang merupakan bentuk alternatif utama sebagai pendekatan model pembelajarannya. Karena permainan berperan sebagai kendaraan pertama untuk mempelajari diri sendiri dan dunia sekitarnya. Maka dari itu, dalam pemberian materi ajar pendidikan jasmani di SD sebaiknya dikondisikan dalam bentuk permainan. Namun dari pengamatan dilapangan dan informasi dari para guru pendidikan jasmani di SD khususnya. Keterlaksanaan pola-pola permainan dalam penyampaian materi ajaran sewaktu kegiatan pembelajaran penjas berlangsung memiliki beberapa kendala. Kendala yang dianggap paling krusial dan mungkin bisa dikatakan klasik yakni perlengkapan pembelajaran dan kemampuan kreatifitas guru dalam menciptakan atau mengembangkan model-model pembelajaran, khususnya dalam bentuk aktivitas keterampilan permainan.

B. PEMBAHASAN
1. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Penjasor SD
Menurut Gallahue (1989) implikasi untuk program perkembangan gerak bagi anak – anak usia antara 6 - 10 tahun meliputi beberapa aktivitas, antara lain: (1). Aktivitas untuk memperhalus kemampuan gerak dasar dalam daerah lokomotor, manipulasi , dan kestabilan, (2). aktivitas gerak khusus, (3). aktivitas penemuan dan pengalaman dalam obyek lingkungan , (4). aktivitas penyesuaian diri dengan tempat bermain dan lingkungan, (5). aktivitas imajinasi dan meniru-niru, (6). aktivitas memanjat dan menggantung, (7). aktivitas dalam kelompok kecil, (8). aktivitas berirama untuk memperhalus koordinasi, dan (9). aktivitas macam-macam cabang olahraga atau keterampilan.
Terkait dengan program perkembangan gerak di atas, Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) menambahkan bahwa gerak yang diperlukan oleh anak-anak berdasarkan pada sifat-sifat dari perkembangan geraknya meliputi : (1). aktivitas yang menggunakan keterampilan, seperti pengenalan keterampilan olahraga, bermain perlombaan, aktivitas pengujian diri dan aktivitas yang menggunakan alat-alat, berlatih dalam situasi drill, (2). aktivitas secara beregu atau berkelompok. Seperti aktivitas bermain secara berkelompok, menari berkelompok, (3). Aktivitas mencoba-coba.seperti aktivitas mengatasi masalah menurut cara dan kemampuan anak masing-masing, aktivitas gerak tari kreatif, aktivitas latihan gerak untuk pengembangan, dan (4). Aktivitas untuk meningkat kemampuan fisik dan keberanian .seperti permainan combatives, program latihan untuk perkembangan kemampuan fisik, dan latihan relaksasi.
Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan gerak siswa SD, menurut Wall dan Murray (1994) dapat dilakukan latihan melalui aktivitas : (1) menari (dance), (2) permainan (game), dan (3) senam (gymnastic). Kemudian Ateng (1992) menyatakan bahwa penyajian pembelajaran olahraga di SD sebaiknya dilaksanakan melalui bentuk permainan karena bermain merupakan dunianya anak-anak. Dimana menurut Monks dkk. (1989) menyatakan bahwa usia SD adalah usia masa kanak-kanak.
Dalam buku “Homo Ludens” yang ditulis oleh Huizinga (Soekidjo dan Sitoemorang, 1952) menyatakan bahwa permainan adalah perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam batas-batas, tempat dan waktu yang telah ditentukan, diiringi oleh perasaan senang dan merentangkan kesadaran berbuat lain dari kehidupan yang biasanya. Kemudian Werner (1979) menyatakan bahwa aktivitas permainan adalah aktivitas kompetitif yang dilakukan secara individual atau kelompok dengan menerapkan aturan dan penilaian yang obyektif terhadap penampilan kemampuan keterampilan gerak yang memiliki strategi dengan maksud untuk mencapai kemenangan. Begitu juga yang dinyatakan oleh Saunders (1969) dan Stanley (1977) yang dikutip oleh Wall dan Murray (1994) bahwa permainan adalah aktivitas kompetitif secara individual atau kelompok dengan maksud untuk menang, dengan menggunakan strategi dan keterampilan untuk menjaga lawan secara individu atau kelompok dari kemenangan.
Permainan merupakan bagian dari bidang kajian pendidikan jasmani yang mempunyai banyak sekali kegiatannya. Karena permainan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang bersifat jasmani, koordinasi gerak, kejiwaan, dan sosial. Melalui permainan akan terkondisikan dan mempersiapkan anak untuk mampu melakukan aktivitas-aktivitas olahraga lainnya, seperti atletik, sepakbola, bola voli, bola basket, senam, dan berenang (Sutoto, Mukholid, dan Aminah, 1991). Menurut Ateng (1992) dunia SD adalah dunia bermain sehingga penyajian dalam pembelajaran pendidikan jasmaninya haruslah dalam bentuk permainan. Permainan berperan sebagai kendaraan pertama untuk memperlajari diri sendiri dan dunia sekitarnya. Melalui permainan, individual atau kelompok, aktif atau diam, anak-anak mengembangkan pemahaman dasar dari dunia tempat mereka hidup. Bahkan orang yang melarang anak bermain sebenarnya berbuat suatu kejahatan yang besar terhadap anak. Bermain dikalangan manusia, didalam kehidupan bermasyarakat merupakan latihan untuk dapat hidup sebagai manusia. Makin banyak kesempatan bermain, makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap kebutuhan hidup dalam masyarakatnya dikemudian kelak (Soekidjo dan Sitoemorang, 1952).
Menurut Soekidjo dan Sitoemorang (1952) pertanyaan yang hakiki yang perlu kita renungkan, sehingga menjadi bahan kajian dalam pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani di SD yaitu “mengapa anak-anak suka bermain ?” Anak suka bermain (1) karena melihat contoh yang melakukan permainan sehingga timbul hasrat untuk melakukannya, (2) karena melihat bentuk-bentuk permainannya dirasakan sesuai dengan karakteristik jiwa dan badannya sendiri, (3) karena tertarik oleh teknik-teknik yang ditampilkan dalam permainan itu atau cara bermain seorang pemain, (4) atau karena tertarik oleh suasana persaudaraan, kegembiraan, keperwiraan, kegagahan yang nampak pada suatu permainan yang baik. Disamping sebab-sebab tersebut, ada pula sebab lainnya yang dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran antara lain : (1) ingin bergaul dengan orang lain, (2) ingin tahu akan kemampuan berprestasi dari dirinya dibandingkan dengan prestasi orang lain atau dengan prestasi dirnya di masa yang lalu, (3) ingin mengalami suatu kejadian yang tidak sungguh-sungguh yaitu dalam permainan fantasi dan permainan meniru, (4) ingin mengadu keterampilannya, keberaniannya, dan untung nasibnya dengan orang lain.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di Sekolah Dasar harus dikemas secara lengkap dengan memperhatikan aspek gerak melalui permainan, karena dunia anak adalah dunia bermain. Guru harus mampu mendesain model pembelajaran penjasor SD dari sisi karakter anak, karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik serta keterampilan anak, maka ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak.


2. Asas Pengembangan Pendidikan Jasmani dilihat dari Karakteristik Anak
Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat 3 tahapan, yaitu:
a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5 – 7 tahun)
b. tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood), dan
c. tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun)
Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia SD mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia-usia 5 – 8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative).
Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang.
Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4) karakteristik serta minat anak.
3. Dasar-Dasar Pengembangan Program
Ada beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pengembangan program pendidikan jasmani, yaitu:
1. Kurikulum Pendidikan Jasmani haruslah berorientasi kepada anak dan tingkat perkembangannya. Pemilihan kegiatan dalam penjas harus di dasarkan pada tuntutan dan karakteristik anak dan dilengkapi dengan pertimbangan tentang tingkat-tingkat perkembangan mereka. Anaklah yang menjadi pusat kurikulum, dan karenanya pengalaman-pengalaman yang dipilihkan juga harus sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Setiap anak berbeda-beda dalam hal kebutuhan dan kemampuan belajarnya. Setiap anak mempunyai hak untuk mencapai potensinya masing-masing sehingga kurikulum harus memberikan kesempatan agar anak memperoleh pengalaman semacam itu. Anak-anak harus berkembang dalam kecepatan yang sesuai dengan iramanya, dan kurikulum harus mampu meningkatkan perkembangan mereka. Perbedaan-perbedaan individual harus menjadi pedoman dalam menerapkan kurikulum, sehingga tujuan, kegiatan, dan pengalaman belajar lebih memenuhi kebutuhan individual daripada kebutuhan pokok.
3. Anak harus dilihat sebagai manusia yang utuh. Kurikulum hendaknya bertanggung jawab dalam mengembangkan aspek-aspek yang lengkap dari anak-anak, bukan saja keterampilan fisik dan kebugaran jasmani, tetapi mencakup keterampilan kognitif dan keterampilan sosial. Dalam wilayah kognitif misalnya, pembelajaran yang terpadu harus sejalan dengan perkembangan dari kebugaran fisik dan keterampilan. Demikian juga dalam wilayah afektif, pencapaian keberhasilan yang bersifat fisik memainkan peran yang amat penting dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Anak-anak yang mencapai efisiensi gerak dan berhasil dalam keterampilannya, akan lebih mudah menyesuaikan dirinya dalam kehidupan sekolahnya daripada yang kurang mampu secara gerak.
4. Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan anak harus diajarkan melalui pendidikan jasmani. Kegiatan pelajaran harus dilaksanakan dalam sifat yang meyakinkan bahwa tujuan-tujuan dari pendidikan jasmani dapat dicapai. Nilai-nilai yang dikandung dalam pendidikan jasmani tidak dicapai secara otomatis atau kebetulan saja. Sifat-sifat seperti kejujuran, fair-play, disiplin diri, dan kerjasama kelompok bukanlah hasil ikutan dari kegiatan fisik. Pendidikan jasmani harus menjadi suatu program pengajaran utama, yang memanfaatkan strategi mrngajar yang bernuansa pendidikan.
5. Gerakan merupakan dasar bagi pendidikan jasmani. Mutu program penjas dapat dinilai berdasarkan mutu pengalaman gerakan yang dialami oleh anak-anak. Pendidikan jasmani memang terdiri atas kegiatan fisik yang harus dilakukan secara aktif. Anak-anak tidak akan dapat mengambil manfaat hanya dari berbaris, menunggu datangnya alat-alat atau mendengarkan penjelasan guru yang panjang. Pendidikan jasmani harus menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk menimba pengalaman gerak.
6. Pembelajaran bukan merupakan kepentingan sesaat, tapi harus memberikan keterampilan yang berguna untuk seumur hidup. Dalam masyarakat modern dewasa ini, pemeliharaan kebugaran jasmani dan kesehatan dipandang sebagai kebutuhan utama. Dengan demikian pendidikan jasmani harus memberikan program yang cukup dinamis agar mampu mengembangkan kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran merupakan dasar untuk pencapaian keterampilan gerak. Pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan anak dan beban latihannya disesuaikan dengan kesangupan setiap siswa.

4. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga SD
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Muatan wajib kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.


Keterangan :
*) Diajarkan sebagai kegiatan pilihan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah
**) Materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia
***) Diajarkan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam semester 1 dan atau semester 2

Karakteristik Masa Anak-anak usia 6 Sampai 10 Tahun ditinjau dari Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi Program Perkembangan Gerak
A). Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak
1. Anak laki;laki dan perempuan memiliki tinggi badan dari sekitar 44 sampai 60 inci (111,8-152,4 cm) dan memiliki berat badan 44 sampai 90 pounds (20.0-40.8 kg)
2. Pertumbuhan melambat, terutama dari usia 8 hingga terakhir dari periode ini. Ada saat pertumubuhan melambat tetapi masih ada kenaikan-kenaikan, tidak seperti keuntungan kecepatan penambahan tinggi dan berat selama masa pra-sekolah.
3. Tubuh mulai bertambah tinggi, dalam satu tahun tingginya bertambah dari 2 sampai 3 inci (5.1-7.6 cm) dan dalam satu tahun berat badan bertambah dari 3 sampai 6 pounds (1.4-2.7 kg).
4. Cephalocaudal (dari kepala ke kaki) dan proximodistal (pusat ke batas luar) prinsip-prinsip dari perkembangan di mana pada kenyataannya otot-otot yang besar dari tubuh itu lebih cepat perkembangannya dibanding otot-otot yang kecil.
5. Anak perempuan secara umum sekitar satu tahun di depan anak laki-laki di dalam perkembangan fisiologis, dan membedakan minat mulai muncul pada akhir periode ini.
6. Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan kiri
7. Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan.
8. Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar.
9. Mekanisme-mekanisme perceptual visual secara penuh dibentuk/mapan pada akhir periode ini.
10. Anak-anak memiliki penglihatan jauh selama periode ini dan secara umum tidak siap bagi periode untuk pekerjaan yang dekat .
11. Kemampuan-kemampuan gerakan yang paling pokok mempunyai potensi menjadi baik digambarkan oleh permulaan dari periode ini.
12. Keterampilan-keterampilan dasar penting bagi keberhasilan permainan menjadi modal untuk dikembangkan.
13. Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan.
14. Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan dan ketrampilan-ketrampilan atletis.

B). Karakteristik-Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif
1. Tahap perhatian adalah secara umum masih singkat pada awal periode ini, tetapi secara berangsur-angsur akan meluas. Bagaimanapun juga, anak laki-laki dan perempuan dari usia ini akan sering kali memanfaatkan jam untuk aktivitas yang menjadi minat besar mereka.
2. Mereka bersiap-siap untuk belajar dan untuk menyenangkan orang dewasa (orang di sekitarnya), tetapi mereka masih membutuhkan bantuan dan bimbingan di dalam membuat keputusan-keputusan.
3. Anak-anak mempunyai imajinasi yang baik dan penampilan kreatif yang sangat baik; bagaimanapun rasa malu kelihatan untuk menjadi suatu akhir dari periode ini.
4. Mereka sering tertarik akan televisi, komputer-komputer, game-game video, dan membaca.
5. Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih banyak kemampuan-kemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir periode ini.
6. Anak-anak dengan beralasan curiga dan ingin mengetahui "mengapa."

C). Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Afektif .
1. Minat dari anak laki-laki dan anak perempuan bersifat sebangun pada awal periode ini tetapi segera mulai untuk berbeda/ menyimpang.
2. Anak adalah berpusat pada diri sendiri dan bermain dengan kurang baik di dalam kelompok-kelompok yang besar untuk periode waktu yang lama selama tahun yang utama, situasi-situasi kelompok kecil dengan ditangani dengan baik.
3. Anak sering agresif, membual, kritis, reaksi yang berlebih, dan menerima kekalahan dan memenangkan dengan kurang baik.
4. Ada satu tidak konsisten tingkat kedewasaan; anak itu sering lebih sedikit bersikap dewasa di rumah dibanding di sekolah.
5. Anak mau mendengarkan yang berwibawa, "adil" hukuman, disiplin, dan penguatan.
6. Anak-anak bersifat ingin/gembira dan senang bertualang untuk dilibatkan dengan seorang teman atau kelompok para teman di dalam "berbahaya" atau "rahasia" aktivitas.
7. Konsep diri anak itu menjadi dengan kuat dibentuk/mapan.

D). Pelaksanaan untuk Program Perkembangan Gerak
1. Harus ada peluang untuk anak-anak untuk menyuling kemampuan-kemampuan gerakan pokok di dalam bidang-bidang lokomotor, manipulasi, dan stabilitas sampai batas di mana mereka cairan dan efisien.
2. Bantuan kebutuhan anak-anak di dalam membuat transisi dari tahap gerakan pokok sampai tahap gerakan yang khusus.
3. Penerimaan dan pernyataan mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka mempunyai kelompok dan mengamankan tempat-tempat di dalam sekolah mereka dan rumah mereka.
4. Peluang besar untuk dorongan dan penguatan positif dari orang dewasa adalah perlu mempromosikan pengembangan yang dilanjutkan dari konsep diri yang positif.
5. Peluang dan dorongan untuk menjelajah dan eksperimen melalui gerakan dengan tubuh dan obyek mereka di dalam lingkungan meningkatkan efisiensi gerak perceptual.
6. Harus ada praktek agar merasakan di mana ada tanggung jawab lebih besar semakin diperkenalkan dengan mempromosikan kepercayaan pada diri sendiri.
7. Anak-anak belajar untuk melakukan penyesuaian kepada cara yang lebih berat pada tempat bermain dan lingkungan tanpa menjadi kondisi yang kasar atau diri mereka kasar.
8. Peluang untuk pengenalan berangsur-angsur untuk menggolongkan dan aktivitas regu harus disediakan di waktu wajar.
9. Aktivitas Imajiner dan meniru-niru bisa secara efektif disatukan ke dalam program selama tahun pokok karena imajinasi-imajinasi anak-anak itu masih bersemangat
10. Aktivitas yang dilakukan pada tingkat ini dengan melibatkan pemakaian musik dan irama bersifat menyenangkan dan bersifat berharga di dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan gerak pokok, kreativitas, dan suatu pemahaman dasar komponen-komponen dari musik dan irama.
11. Anak-anak pada tingkatan ini belajar terbaik melalui keikutsertaan yang aktif. Pengintegrasian konsep-konsep akademis dengan aktivitas gerakan menyediakan satu jalan lebar yang efektif untuk menguatkan ketrampilan-ketrampilan pemikiran kritis.
12. Aktivitas yang melibatkan memanjat dan menggantung adalah berpengaruh baik bagi perkembangkan batang tubuh bagian atas dan harus tercakup di program.
13. Diskusikan situasi dalam permainan termasuk peraturan permainan seperti itu seperti mengambil giliran, perlakuan wajar, tidak menipu, dan nilai-nilai yang umum lainnya sebagai alat penetapan suatu pengertian yang lebih lengkap dari yang benar atau salah.
14. Mulai untuk menekankan ketelitian, wujud, dan ketrampilan di dalam kinerja dari ketrampilan-ketrampilan gerakan.
15. Beri dorongan kepada anak-anak untuk berpikir sebelum mereka bertindak dalam satu aktivitas. Membantu mereka mengenali alat yang berpotensi bahaya sebagai alat mengurangi perilaku mereka yang sering kali sembrono.
16. Mendorong ke aktivitas kelompok kecil yang diikuti oleh aktivitas kelompok yang lebih besar dan pengalaman olahraga beregu.
17. Penampilan adalah penting. Aktivitas perlu untuk menekan kelurusan tubuh yang tepat.
18. Penggunaan dari aktivitas yang berirama untuk menyaring koordinasi yang diinginkan.
19. Keterampilan-keterampilan gerakan khusus dikembangkan dan dipilih pada akhir periode ini. Pentingnya waktu luang untuk praktek, dorongan, dan instruksi selektif.
20. Keikutsertaan yang muda di dalam aktivitas olahraga yang bersifat untuk perkembangan yang sesuai dan menghubungkan kebutuhan dan minat dari anak-anak harus diberikan dorongan.

C. KESIMPULAN
Pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di Sekolah Dasar harus dikemas secara lengkap dengan memperhatikan aspek gerak melalui permainan, karena dunia anak adalah dunia bermain. Guru harus mampu mendesain model pembelajaran penjasor SD dari sisi karakter anak, karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik serta keterampilan anak, maka ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak.
Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, maka ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4) karakteristik serta minat anak.
Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi yang termuat dalam Kurikulum SD sudah cukup relefan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan serta karakteristik anak, namun implementasinya dilapangan masih terdapat kekurangan. Guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya sering mengabaikan proses modifikasi model pembelajaran yang sesuai dengan aspek-aspek kebutuhan anak.






D. KEPUSTAKAAN

Darmawan Pura, dan dkk, Peneliti Bidang Pengembangan Kesegaran Jasmani dan Pendidikan Jasmani, http://www.adobe.com/rdrmessage-crate4-ENU, 2007

David. L. Gallahue., John C. Ozmun (1998). Understanding Motor Development (Infant, Children, Adolecents, Aduls).

Depdiknas, Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, 2001.

Harsuki H. Dan Elias Soewatini. Perkembangan Olaharaga Terkini, Kajian Para Pakar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Mahendra Agus, Falsafah Pendidikan Jasmani, CopyRight @Direktorat PLB 2004 Versi @ 2006.