belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Rabu, 01 Desember 2010

Kemampuan Gerak Dasar

Kemampuan Gerak Dasar

A.                                                                             Pendahuluan

Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak. Apa guna hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu : Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup. Bahkan manusia masih berada dalam kandungan sudah melakukan gerakkan yang merupakan fase gerak reflek.
Dalam kehidupan seorang anak saat mencapai usia tahun kedua, adanya tanda-tanda perubahan yang dapat diamati bagaimana cara mereka berhubungan dengan sekitarnya, dan di penghujung  usia yang kedua, mereka telah menguasai kemampuan gerak dasar yang dikembangkan sepanjang masa kanak-kanak. Bentuk kemampuan gerak ini adalah dasar yang dikembangkan tiap-tiap anak atau pola-pola gerak dasar pada masa kanak-kanak dini dan keterampilan pergerakan khusus pada masa kanak-kanak setelahnya serta masa remaja. Anak-anak tidak lagi dihentikan oleh ketidakmampuan untuk bergerak bebas atau dibatasi oleh tempat tidur mereka atau tempat bermain mereka. Sekarang mereka mampu menyelidiki potensi pergerakan tubuh mereka dengan bergerak antar ruang (daya gerak). Mereka tidak lagi tak berdaya melawan gaya gravitasi tetapi memperoleh peningkatan kontrol melalui kemampuannya terhadap gravitasi (stabilitas). Mereka tidak harus lagi melakukan raihan-raihan kasar yang tidak efektif, menggenggam, melepas benda-benda tertentu pada masa kanak-kanaknya tetapi dengan cepat mengembangkan kemampuannya untuk mengontrol dan melakukan kontak dengan objek secara akurat dalam lingkungannya (memanipulasi).

Anak-anak balita terlibat dengan proses pengembangan dan penyaringan kemampuan gerak dasar pada berbagai macam stabilitas/keseimbangan, daya gerak, dan pergerakan manipulatif. Artinya mereka harus terlibat dalam serangkaian pengalaman-pengalaman yang terkoordinasi dan berkembang untuk meningkatkan pemahaman tubuh dan potensinya untuk bergerak. Pengembangan pola gerak tidak hanya diperhatikan secara khusus pada pengembangan keterampilan tingkat tinggi dari sejumlah situasi pergerakan tertentu, tetapi juga pada pengembangan tingkat kecakapan (profisiensi) dan mekanik tubuh efisien yang dapat diterima dalam berbagai macam situasi pergerakan. Suatu gerak dasar melibatkan elemen dasar dari pergerakan tertentu saja. Gerak dasar ini tidak mencakup gaya-gaya individu atau penampilan unik personal. Gerak dasar juga tidak menekankan pada variasi-variasi gerak dasar yang masuk ke dalam keterampilan kompleks seperti lay-up shot dalam bola basket atau latihan lantai rutin dalam olahraga senam. Tiap-tiap pola gerak pertama kali harus terbebas antara satu gerak dengan lainnya, dan baru dihubungkan dengan gerak lainnya dalam berbagai macam kombinasi. Pergerakan-pergerakan dari daya gerak berlari, melompat dan melenting, atau pergerakan-pergerakan manipulatif dari melempar, menangkap, menendang, dan mengait merupakan contoh-contoh kemampuan gerak dasar. Pergerakan-pergerakan ini lalu dikombinasikan dan ditingkatkan dalam berbagai macam cara .

Pengembangan kemampuan gerak dasar merupakan dasar bagi pengembangan gerak anak.
1.      Menurut Johnson (1962), menggunakan sejumlah contoh anak laki-laki dan wanita dari kelas 1 sampai 6, ditemukan bahwa rata-rata angka pada item variasi performa gerak menunjukkan tren naik definit hingga kelas lima.
2.      Menurut Cratty dan Martin (1969) menyajikan urutan keterkaitan usia terhadap pencapaian dari berbagai macam daya gerak, manipulatif dan kemampuan perseptual dari 365 anak yang berusia 4 hingga 12 tahun.
3.      Menurut Williams’s (1970) rangkuman kemampuan gerak anak antara 3 – 6 tahun mengungkapkan bentuk pergerakan lebih lanjut seiring peningkatan usia.
4.      Menurut Sinclair (1973) mempelajari pengembangan gerak anak berusia 2 – 6 tahun. Hasil analisis film panjang dari 25 uji gerak selama interval 6 bulan memberikan asumsi dasar bahwa gerak adalah sebuah proses pengembangan selama awal masa kanak-kanak


B.      Pembahasan
1.     Anak-anak memiliki potensi pengembangan untuk memasuki usia matang dari sebagian besar keterampilan gerak dasar pada usia 6 tahun.

Studi pengembangan gerak normatif ini menarik dan informatif berisikan kuantitas dan hasil gerak yang mereka sebut “berapa jauh”, “berapa cepat”, “berapa banyak”. Hasilnya, sejumlah investigator,  untuk menganalisis aspek intraskill dari berbagai macam pola-pola gerak dasar, mulai menggumpulkan data untuk membawa menuju tahap konsep pengembangan gerak sepanjang awal masa kanak-kanak, sebagai berikut :
1)        Menurut (Halverson dan Roberton, 1966, 1979, Seefeldt, 1972, Wild, 1938). Seefeldt dan Haubenstricker (1976) dan beberapa lainnya melakukan penyelidikan penting ke dalam urutan intraskill dari berbagai macam uji-uji gerak dasar. Hasil dari investigasi ini menghasilkan 3 metode tabel populer tahap klasifikasi anak dalam pengaturan observasi aktual.
2)      Menurut McClenaghan dan Gallahue (1978b), dan Seefelt dan Haubenstricker (1976) telah sukses digunakan dalam penilaian observasi pada anak-anak. Metode Roberton memperluas tahap teori pada analisis komponen terpisah gerak di dalam pola yang diberikan dan biasanya disebut dengan pendekatan analisis bagian. Metode Seefeldt memberikan skor tahap klasifikasi keseluruhan (tahap1 sampai tahap 5) dan disebut dengan pendekatan konfigurasi tubuh total.
3)        Menurut Gallahue (1996) baru-baru ini memperluas dan merevisi metode tahap-tahap pengidentifikasian McClenaghan-Gallahue (1978) di dalam fase gerak dasar. Dalam buku Developmental Physical Education for Today’s Children (1996) ia menawarkan sebuah sistem praktis, mudah digunakan, dan terpercaya untuk mengklasifikasikan individu pada tahap-tahap dini, dasar, matang, atau tahap terampil olahraga, bersama dengan berbagai macam pengalaman gerak yang sesuai untuk dikembangkan untuk tiap-tiap tahap dalam 23 keterampilan gerak dasar. Metode ini mendorong penggunaan baik pendekatan secara konfigurasi tubuh total maupun pendekatan analisis bagian untuk menilai pengembangan pola gerak dasar.

2.     Beberapa teknik efektif telah diusulkan untuk penilaian observasi pola-pola gerak dasar.

Tidak semua pola gerak cocok dengan kemajuan tiga tahap yang ada. Aspek-aspek pengembangan dari beberapa gerak mungkin lebih lengkap digambarkan ke dalam empat, lima, atau bahkan delapan urutan tahap, tergantung pada pola spesifik dan tingkat kepuasan pengamat. Pendekatan tiga tahap digunakan pada bagian berikut karena pendekatan ini akurat dan cukup pas dalam urutan pengambangan pada banyak pola-pola gerak dasar dan memberikan dasar untuk alat penilaian observasi yang terpercaya dan mudah digunakan, diantaranya sebagai berikut :

1)      Urutan Kemunculan Kemampuan Keseimbangan yang Dipilih
Pola Gerak
Kemampuan yang Dipilih

Pendekatan Usia Subjek
Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan dinamis mencakup
menjaga keseimbangan seseorang
seiring pergeseran pusat gravitas





·   Berjalan lurus 1 inch (2,5 cm)          
·   Berjalan melingkar 1 inch (2,5 cm)
·   Berdiri pada balok seimbang yang rendah
·   Berjalan pada balok selebar 4 inch (10 cm) jarak dekat
·   Berjalan pada balok yang sama, dengan kaki bergantian
·   Berjalan pada balok 2 atau 3 inch (5,1 atau 7,6 cm)
·   Melakukan guling depan tahap dasar
·   Melakukan guling depan tahap matang                      
3 tahun
4 tahun
2 tahun

3 tahun

3–4 tahun

4 tahun
3–4 tahun
6–7 tahun

Keseimbangan Statis
Keseimbangan statis mencakup menjaga keseimbangan seseorang ketika pusat gravitasi tetap      
·   Bangunkan untuk posisi berdiri
·   Berdiri tanpa pegangan tangan
·   Berdiri sendiri
·   Keseimbangan di atas satu kaki 3 – 5 detik
·   Dukung tubuh untuk mencapai posisi dasar terbalik 3 titik
10 bulan
11 bulan
12 bulan
5 tahun

6 tahun
Pergerakan Aksial
Pergerakan aksial adalah postur statis yang mencakup melentur, meregang, membengkok, memutar dan sejenisnya
Kemampuan pergerakan aksial dimulai untuk
pengembangan dini masa kanak-kanak dan makin tersaring pada suatu titik di mana mereka mulai memunculkan pola-pola manipulatif seperti                melempar, menangkap, menendang, memukul,               mengait, dan aktivitas lain


  *Anak-anak memiliki “potensi” pengembangan untuk memasuki tahap matang. Pencapaian aktual tergantung pada faktor-faktor termasuk tugas, individu, dan lingkungan


2)      Urutan Kemunculan Kemampuan Daya Gerak yang Dipilih
Pola Gerak
Kemampuan yang Dipilih

Pendekatan Usia Subjek
Berjalan       
Berjalan mencakup menempatkan
satu kaki di depan kaki satunya
saat menjaga kontak dengan
permukaan              
·   Berjalan tegak lurus tanpa bantuan
·   Berjalan menyamping
·   Berjalan mundur              
·   Menaiki anak tangga dengan bantuan
·   Menaiki anak tangga sendiri – mengikuti langkah
·   Menuruni anak tangga sendiri – mengikuti langkah
    13 bulan
·              16 bulan
·              17 bulan
·              20 bulan
·              24 bulan
25 bulan
Berlari
Berlari mencakup periode singkat
kontak dengan permukaan
·   Jalan cepat (menjaga kontak)
·   Benar-benar lari (fase tanpa dukungan)
·   Lari efisien
·   Kecepatan lari meningkat, lari tahap matang                              
18 bulan
2–3 tahun                          4–5 tahun
5 tahun

Melompat
Melompat terdiri dari tiga bentuk :
  (1) melompat mencapai jarak
  (2) melompat mencapai tinggi, dan
  (3) melompat dari suatu ketinggian          melompat mencakup lepas landas     dengan 1 atau 2 kaki dan mendarat      dengan dua kaki
·   Turun dari objek yang rendah
·   Melompat ke bawah dari objek dengan satu kaki         
·   Melompat dari lantai dengan kedua kaki
·   Melompat mencapai jarak (sekitar 3 ft / 1 m)
·   Melompat mencapai tinggi (sekitar 1 ft / 30 cm)
·   Pola melompat tahap matang            

18 bulan
2 tahun
28 bulan
5 tahun
5 tahun
6 tahun
Meloncat
Meloncat mencakup lepas landas   dengan satu kaki dan mendarat   dengan kaki yang sama                                                             
· Meloncat sampai 3 kali pada kaki yang sama
· Meloncat 4 – 6 kali pada kaki yang sama
· Meloncat 8 – 10 kali pada kaki yang sama
· Meloncat sejarak 50 feet (15 m) sekitar 11 detik
· Meloncat dengan terampil dengan perubahan irama,
   pola matang

3 tahun
4 tahun
5 tahun
5 tahun
6 tahun

Mencongklang
Congklang adalah kombinasi jalan dan melompat dengan kaki yang   sama                
· Dasar tetapi congklang yang tidak efektif
· Mencongklang dengan terampil, pola matang
4 tahun
6 tahun
4 tahun
Lompat Tali
Lompat tali mengkombinasikan langkah dan loncatan dengan   suatu perubahan irama
· Loncat tali dengan satu kaki 
· Lompat tali dengan terampil (sekitar 20%)           
· Lompat tali dengan terampil semuanya*

4 tahun
5 tahun
6tahun   



* Anak-anak memiliki “potensi” pengembangan untuk memasuki tahap matang. Pencapaian aktual tergantung pada faktor-faktor termasuk tugas, individu, dan lingkungan









3.     Kondisi Gerak
Fase pengembangan gerak dasar telah dipelajari secara luas beberapa tahun belakangan ini. Sebagian besar sepakat bahwa fase ini mengikutsertakan sebuah perkembangan yang dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Kemajuan anak normal secara kognitif dan fisik dari satu tahap ke tahap lainnya dalam cara yang berurutan dipengaruhi oleh kematangan maupun pengalaman. Anak-anak tidak dapat mempercayakan begitu saja pada kematangan untuk mencapai tahap matang dalam kemampuan gerak dasarnya. Kondisi lingkungan yang mencakup kesempatan melakukan praktik, memberikan dorongan, dan instruksi adalah penting untuk pengembangan pola matang dari gerak dasar, hal ini sesuai dengan temuan :
1)      Miller (1978) menyelidiki fasilitas dari pembelajaran keterampilan gerak dasar anak usia 3 – 5 tahun. Ia temukan bahwa program instruksi dapat meningkatkan pengembangan pola gerak dasar melalui tingkatan yang dicapai daripada hanya sekedar mengandalkan kematangan. Ia juga menemukan bahwa program terinstruksi dalam pengembangan keterampilan lebih efektif daripada program bermain gratis dan karenanya orang tua yang bekerja melalui arahan-arahan dari instruktur spesialis dapat sama efektifnya dengan guru pendidikan jasmani itu sendiri dalam pengembangan keterampilan gerak dasar.
2)      Luedke (1980) menemukan hasil yang serupa, dengan memanfatkan dua metode instruksi melempar yang berbeda pada tahap matang dengan empat tingkatan anak laki-laki dan wanita. Kedua kelompok instruksi tersebut menjadi lebih pandai dalam bentuk dan performa daripada kelompok yang tidak diberikan instruksi. Interaksi lingkungan dan yang bergerak, serta tujuan pengujian dan yang bergerak, memiliki pengaruh yang dramatis terhadap pengembangan kematangan dari pengujian gerak dasar yang diobservasi.
a.     Kemajuan tahap matang dari pola gerak dasar tergantung pada berbagai macam faktor-faktor yang dialami, termasuk kesempatan melakukan praktik, memberikan dorongan, dan instruksi dalam suatu lingkungan yang kondusif untuk dipelajari.

Kondisi-kondisi alami termasuk lingkungan itu sendiri – seperti suhu, pencahayaan, luas permukaan, dan gravitasi – dapat mempengaruhi aspek kuantitatif dari uji gerak begitu juga aspek kualitatif. Begitu pula, kondisi buatan seperti ukuran, bentuk, warna, dan tekstur dari suatu objek dapat mempengaruhi performa secara dramatis hal ini sesuai dengan temuan :
a.)    (Payne dan Isaacs, 1995). Lebih jauh lagi, kondisi-kondisi seperti kecepatan objek, jalur, dan beratnya dapat mempengaruhi suksesnya intersepsi. Tujuan dari uji itu sendiri berpengaruh penting bagi status pengujian gerak dasar pengembangan yang diobservasi. Jika, sebagai contoh, difokuskan pada akurasi melempar, mungkin pada pelemparan permainan darts, maka itu masuk akal jika diasumsikan bahwa pola geraknya akan berbeda jika dibanding tujuan pengujiannya untuk melempar mencapai jarak tertentu.
b.)    Langendorfer (1988) mengobservasi dua kelompok subjek (anak-anak dan dewasa) menampilkan pola melempar dengan dua kondisi tujuan berbeda (kekuatan dan akurasi). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pola gerak tidaklah mutlak tergantung pada keadaan lingkungan. Beberapa individu dapat mengakomodasi gerak mereka untuk menggeser mengatasi hambatan lingkungan, tetapi beberapa lainnya tidak dapat. Individu yang terbatas kemampuannya untuk meningkatkan kecepatan lemparannya (akibat sistem mekanik yang tidak efisien atau karena kurangnya kekuatan) hanya akan dapat membuat penyesuaian yang sedikit saat berubah dari uji akurasi lemparan menuju ke uji jarak lemparan.

Mata rantai antara yang berpindah, kondisi lingkungan, dan kebutuhan akan pengujian itu sendiri tidak dapat dimengerti secara penuh. Menarik untuk dicatat bahwa banyak dari gambaran pengembangan dari pola-pola gerak dasar yang mengikuti dibuat secara laboratorium, mereka menghipotesis urutan pengembangan yang merupakan hasil riset dalam pengaturan buatan yang tidak serupa dengan kenyataan pergerakan anak. Hanya sedikit pengetahuan, tentang perubahan konteks lingkungan dan pengaruhnya pada status pengembangan gerak anak yang diobservasi. Seiring perubahan metode yang kita gunakan menjadi metode analisis gerak anak yang memakai pengaturan yang lebih alami kita mungkin akan dapatkan tahap pengembangan hipotesis ini menjadi sedikit banyak berbeda. Titik ini diutarakan oleh Roberton (1987), yang menunjukkan bahwa para peneliti telah begitu peduli dengan perubahan gambaran pada karakteristik gerak para partisipan penelitian dimana mereka seringkali gagal mempertimbangkan pengaruh kuat dari elemen-elemen lainnya (seperti kondisi lingkungan, dan tujuan pengujian) dalam menghasilkan status pengembangan pola gerak dasar yang diobservasi itu sendiri.

Ketika mengobservasi dan menganalisis kemampuan gerak dasar anak, akan segera tampak bahwa ada berbagai macam tahap pengembangan untuk tiap-tiap pola gerak. Akan menjadi jelas pula bahwa perbedaan kemampuan akan ada antara anak-anak, antara pola-pola, dan di dalam pola.

b.     Meskipun terkait usia, beberapa perbedaan akan tampak antara anak-anak, antara pola-pola, dan di dalam pola dalam pengujian performa gerak dasar.

Perbedaan antara anak-anak akan mengingatkan kita pada prinsip individu pada semua pembelajaran. Urutan perkembangannya dari tahap dini, dasar, dan tahap matang adalah sama pada sebagian besar anak. Lajunya akan bervariasi, tergantung pada faktor-faktor lingkungan dan keturunan. Apakah seorang anak mencapai tahap matang atau tidak terutama tergantung pada instruksi, dorongan, dan kesempatan untuk praktik. Jika hal ini tidak ada, perbedaan normal antara anak-anak akan diperbesar.

Perbedaan antara pola-pola akan terlihat pada semua anak. Pada beberapa uji gerak seorang anak mungkin berada pada tahap dini, beberapa anak lain berada pada tahap dasar, dan ada yang berada pada tahap matang. Anak-anak tidak berkembang sama rata dalam pengembangan kemampuan gerak dasar mereka. Bermain dan pengalaman disertai instruksi akan berpengaruh besar terhadap laju perkembangan daya gerak, manipulatif, dan kemampuan stabilitas.
Perbedaan di dalam pola adalah menarik dan seringkali menjadi fenomena yang penuh tanda tanya. Di dalam pola yang diberikan, seorang anak mungkin menunjukkan sebuah kombinasi dari elemen dini, dasar dan elemen matang. Sebagai contoh, dalam lemparan, gerakan lengan mungkin merupakan tahap dasar di mana gerakan kaki merupakan tahap matang dan gerak ikutan adalah tahap dini. Perbedaan pengembangan di dalam pola-pola adalah umum dan biasanya merupakan hasil dari : (1) ketidak lengkapan dari pemodelan gerak, (2) kesuksesan awal dari aksi yang tidak sesuai, (3) gagal mendapatkan meski sudah sekuat tenaga, (4) kesempatan pembelajaran yang tidak sesuai dan dilarang, atau (5) integrasi sensorimotor yang tidak lengkap. Anak-anak yang menunjukkan perbedaan ke dalam pola, harus dinilai menggunakan pendekatan analisis bagian. Ini akan mengijinkan pengamat untuk menentukan tahap pengembangan tiap-tiap bagian tubuh secara akurat. Dengan pengetahuan ini, strategi intervensi yang sesuai dapat dipetakan.

Pengajaran diagnostik dapat lebih dilakukan untuk membantu anak dalam pengembangan keseimbangan kemampuan gerak dasarnya. Penilaian observasi dari kemampuan gerak anak akan memungkinkan guru untuk merencanakan pengalaman dan strategi instruksi yang akan membantu anak menciptakan pola-pola gerak matang. Sekali kontrol gerak didirikan, pola-pola matang ini mungkin lebih jauh lagi disaring dalam bentuk produksi kekuatan dan akurasi dalam fase gerak khusus. Kegagalan mencapai kecakapan dalam berbagai macam kemampuan gerak dasar akan menghambat pengembangan keterampilan gerak yang efektif dan efisien yang mungkin diterapkan pada permainan, olahraga, dan aktivitas dansa yang mencirikan budaya anak.

Stabilitas adalah aspek pembelajaran gerak yang paling dasar. Stabilitas melalui dimensi ini yang diperoleh anak dan menjaga titik asal untuk eksplorasi yang mereka buat. Stabilitas melibatkan kemampuan untuk menjaga hubungan seseorang terhadap gaya gravitasi. Hal ini benar meskipun asal-usul penerapan suatu kekuatan mungkin berubah sebagai persyaratan perubahan situasi, mengakibatkan hubungan general dari bagian-bagian tubuh terhadap pusat gravitasi menjadi berubah. Pengalman gerak didisain untuk meningkatkan kemampuan stabilitas anak, memungkinkan mereka untuk mengembangkan fleksibilitas dalam penyesuaian fostur saat mereka bergerak dalam berbagai macam cara yang berbeda dan sering kali tidak biasa yang relatif terhadap pusat gravitasi, garis gravitasi, dan dasar pendukung.


c.      Keseimbangan merupakan aspek pembelajaran gerak yang paling dasar, karena semua geraknya melibatkan element keseimbangan.

Kemampuan untuk merasakan suatau pergeseran dalam hubungan antara bagian – bagian tubuh yang mengubah keseimbangan seseorang di perlukan untuk stabilitas yamg efisien. Kemampuan untuk mengkompensasi perubahan ini secara cepat dan akurat dengan pergerakan yang sesuai juga penting. Gerak pergantian ini harus dapat menjaga keseimbangan, tetapi tidak boleh berlebihan. Gerakan itu harus dibuat hanya dari bagian – bagian tubuh yang diperlukan dalam keseimbangan. Kemampuan stabilitas anak harus fleksibel sehingga mereka dapat membuat semua jenis pergerakan dalam kondisi apapun dan masih tetap dapat menjaga hubungan dasar mereka terhadap gaya gravitasi.

Harus dicatat disisni bahwa istilah stabilitas yang digunakan didalam teks ini diluar istilah gerak nonlocomotor atau nonmanipulative. Kategori stabilitas gerak meliputi istilah – istilah ini tetapi lebih jauh lagi menyiratkan penjagaan kontrol tubuh dalam gerak yang menempatkan sebuah premi dalam keseimbangan. Semua gerak melibatkan element stabilitas jika dipandang melalui perspektif keseimbangan. Oleh karena itu semua aktifitas gaya gerak dan manifulatif merupakan gerak – gerak stabilitas. Gerak dasar tertentu mungkin terpisah antara satu dengan lainnya yang membutuhkan keseimbangan terkontrol.

Gerak aksial dan berbagai macam postur keseimbangan statis dan dinamis dipertimbangkan sebagai komponen utama stabilitas. Gerak Aksial atau nonlocomotor, merupakan gerak terarah dari otot saat berada dari posisi statis. Membengkok, memutar, melentur, meregang dan mengayun adalah gerak – gerak aksial. Postur merupakan posisi tubuh lain yang menempatkan sebuah premium pada penjagaan keseimbangan saat berada pada posisi keseimbangan statis atau dinamis. Berdiri, duduk, terbalik, berguling, berhenti, menghindar dan mendarat, begitu pula berjalan dan keseimbangan satu kaki merupakan postur keseimbangan statis atau dinamis

C.                                                                             Kesimpulan

1.      Pengembangan kemampuan gerak dasar merupakan dasar bagi pengembangan gerak anak.
2.      Berbagai macam pengalaman gerak memberikan mereka kekayaan informasi yang mendasari persepsi mereka tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka.
3.      Dapat mengidentifikasi fase gerak     dasar pada setiap siswa
4.      Dapat merancang pembelajaran      yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan serta pola gerak dasar yang dimiliki pada setiap siswa
5.      Dapat memberikan pembelajaran gerak pada siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia anak/siswa
6.      Kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi sarana dan prasarana