belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Sabtu, 29 Mei 2010

ANALISIS TUJUAN, BAHAN LATIHAN, DAN METODE LATIHAN OLAHRAGA

Analisis Tujuan, Bahan Latihan, dan Metode Latihan Olahraga
A. Pendahuluan
Latihan adalah suatu proses yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dengan semakin hari menambah jumlah beban latihan. Latihan kondisi fisik memegang perenan sangat penting dalam program latihan atlet. Istilah latihan kondisi fisik, mengacu kepada suatu program latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana dan progresif. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh system tubuh, dengan demikian prestasi atlet akan semakin meningkat.
Faktor utama dalam latihan adalah dilakukan secara berulang-ulang dan peningkatan beban dilakukan berulang-ulang kekuatan dan daya tahan otot. Para ahli mengatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang direncanakan untuk mengmbangkan keterampilan olahraga yang kompleks dengan memakai isi latihan, metode latihan dan tindakan-tindakan organisasional yang sesuai dengan meksud dan tujuan-tujuan.
B. Pembahasan
1. Analisis Tujuan Latihan
Rencana program latihan merupakan salah satu strategi usaha untuk mencapai tujuan prestasi atlet secara optimal dimasa yang akan datang. Tujuan jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek rencana latihan merupakan mata rantai tujuan akhir, tujuan antara, dan tujuan oprasional yang obyektif dan terukur. Rencana program latihan harus mempertimbangkan faktor-faktor penentu untuk mencapai tujuan latihan, faktor-faktor itu antara lain : bakat atlet ; kemampuan atlet saat itu; umur atlet; umur latihan; sarana dan prasarana; dana; lingkungan atlet; tenaga pelatih dan waktu yang ada.
Tujuan latihan umumnya dibagi menjadi tiga yaitu
a) Tujuan jangka panjang (5 tahun- 12 tahun). Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir untuk cita-cita prestasi prima.
b) Tujuan jangka menengah (2 tahun-4 tahun). Tujuan jangka menengah merupakan pelaksanaan langsung jangka panjang.
c) Tujuan jangka pendek (1 tahun kebawah). Tujuan jangka pendek merupakan pelaksanaan oprasional rencana jangka menengah.
Manfaat tujuan latihan adalah :
1) Sebagai motivasi agar atlet berusaha keras untuk mencapai cita-cita juara
2) Sebagai pedoman arah kegiatan-kegiatan latihan dan usaha-usaha untuk mencapai tujuan latihan
3) Sebagai cambuk terhadapa atlet agar dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi dari prestasi sebelumnya
4) Sebagai alat untuk pembentukan sikap percaya diri, kemandirian tinggi, pendewasaan pikiran, daya juang yang tinggi.
5) Sebagai tempat meningkatkan kemampuan mawas diri (introspeksi) terhadap kondisi luar maupun kondisi dalam pribadi atlet dalam rangka mencapai cita-cita juara.
2. Bahan Latihan
Bahan latihan adalah meliputi jenis latihan, bentuk latihan, volume latihan, dan intensitas latihan.
a) Jenis latihan
Yang merupkan jenis latihan adalah :
(1) Latihan Fisik
Latihan fisik adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi fisik. Latihan fisik terdiri dari beberapa komponen yaitu ; daya tahan, stamina, kelentukan/kelenturan, kekuatan, power, daya tahan otot. Untuk meningkatkan prestasi harus mengikuti prinsip-prinsip latihan agar mencapai prestasi yang diingikan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain ;
- Prinsip beban lebih (over load) adalah prinsip latihan dengan penekanan pada pembebanan yang lebih berat, dari pada yang mampu dilakukan atlet. Dalam prinsip beban lebih ada beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu : istirahat yang cukup, latihan berat diselingi dengan yang ringan, rencana latihan harus disusun dalam siklus, dan sebaiknya menganut “system tangga”.
- Prinsip multilateral adalah sebaiknya diterapkan pada atlet-atlet usia muda. Pada permulaan latihan mereka harus dilibatkan dengan beragam kegiatan sehingga dengan demikian mereka dapat memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk keterampilan spesialisasinya kelak.
- Prinsip reversibility mengatakan, bahwa apabila kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali kekeadaan semula atau kondisinya tidak akan meningkat.
- Prinsip spesifik mengatakan, bahwa manfaat maksimal yang dapat diperoleh melalui rangsangan latihan hanya akan terjadi, apabila rangsangan tersebut sama atau menyerupai gerakan-gerakan yang dilakukan olahraga tersebut.
- Densitas latihan (kepekatan, kepadatan, kekeraban) adalah fekuensi atau kekerapan atlet dalam melakukan suatu rangkaian rangsangan persatuan waktu.
- Volume latihan ialah kuantitas beban latihan atau banyaknya materi latihan yang dinyatakan dalam totol waktu berlangsungnya latihan, jarak yang ditempuh atau beban yang harus diangkat persatuan waktu, dan jumlah repetisi dalam melakukan suatu latihan.
- Prinsip superkonvensasi adalahmengacu kepada dampak latihan dan regenerasi organisme tubuh kita, yang menjadi dasar biologis untuk persipan fisik dan mental dalam menghadapi latihan atau pertandingan.
(2) Latihan tehnik
Pada masa persiapan umum dalam latihan teknik bahan yang dilakukan adalah melakukan teknik-teknik dasar olahraga tersebut, misalnya dalam sepak bola melakukan dribbling, passing.
(3) Latihan taktik
Bersamaan dengan latihan fisik, atlet cabang permainan harus pula berlatih untuk teknik dan taktik. Dalam latihan taktik ini merupakan penyempurnaan taktik-taktik apa yang akan di lakukan dalam pertandingan.
(4) Latihan mental
Dalam latihan mental dapat meliputi penanaman masalah disiplin, semangat juang, percaya diri dan kejujuran.
2) Bentuk latihan
Bentuk latihan adalah materi latihan yang harus dilakukan atlet pada satu sesi lathan misalnya untuk latihan fisik umum bentuk latihannya adalah :
- Interval sprint
- Fartlek
- Cross country
- Dan lain-lain
3) Voume latihan
Volume latihan adalah jumlah aktifitas yang dilakukan dalam latihan, semakin tinggi prestasi atlet semakin banyak pula jumlah volume latihan yang harus dilakukannya.
4) Intensitas latihan
Intensitas latihan adalah jumlah kerja yang dilakukan dalam satu unit waktu tertentu, semakin banyak kerja yang dilakukan dalam suatu unit tertentu, lebih tinggi intensitas kerjanya. Apabila atlet berlatih melalui suatu program latihan yang intensif, yaitu program latihan yang secara progresif menambah program kerja, jumlah ulangan gerakan (repetisi), serta kadar itensitas dari repetisi tersebut.
3. Metode Latihan
Metode latihan adalah suatu cara yang sistematis dan terencana yang fungsinya sebagai alat menyajikan kegiatan olahraga yang bertujuan untuk suatu keterampilan gerak atau prestasi olahraga. Contoh-contoh metode latihan antara lain :
a. Daya tahan : Metode latihan yang dilakuan adalah fartlek dan interval training
b. Kelentukan dan kelenturan : metode yang dilakukan adalah peregangan dinamis, peregangan statis, peregangan pasif, peregangan PNF (proprioceptive neuromuscular facilitation)
c. Kelincahan : metode yang dilakukan adalah lari bolah-balik, lari zig zag, haling rintang, hexagonal dan lain-lain
d. Kekuatan, power, dan daya tahan otot : metode yang dilakukan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercise) dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban.
e. Kecepatan : metode yang dilakukan adalah interval sprint, lari akselerasi, uphill, downhill.

ANALISIS BIOMEKANIKA CABANG OLAHRAGA PERMAINAN TENIS LAPANGAN (SERVIS)

ANALISIS BIOMEKANIKA SERVIS
CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

A. PENDAHULUAN
Permainan tenis merupakan olahraga individu dan ganda dimana kerjasama antar pemain sangat dibutuhkan. Dalam permainan ini secara utuh permainan tenis terdiri dari banyak teknik dasar yaitu: servis, smash, forhand,backhand dan volley. Diantara teknik dasar yang ada servis merupakan pukulan yang sangat penting sehingga permainan dapat menghasikan angka.
Servis adalah teknik atau keahlian paling dasar yang harus di miliki oleh setiap pemain. Kemenangan seorang pemain banyak disebabkan karena pemain tersebut mahir dalam teknik servis. Mengapa servis sangat di butuhkan oleh setiap pemain karena servis adalah modal utama setiap pemain dan merupakan untuk memulainya suatu permainan
Peranan servis sangat penting dalam permainan tenis dikarenakan karena kesempatan mengolah bola sehingga daerah pertahanan lawan terbukadan kesempatan memperoleh angka lebih besar. Jika kondisi tersebut terjadi maka kendali permainan dapat dikuasai. Servis yang akurat dan tepat akan memberikan peluang terjadinya angka bagi pemain.
Ada empat kegunaan teknik servis dalam permainan tenis, yaitu:
• Memulai suatu permainan
• Kesempatan memperoleh angka lebih besar
• Pertahanan lawan lebih terbuka
• Kesempatan memblok serangan lawan lebih mudah
Selain itu ada delapan prinsip dasar dalam melakukan servis ketika seorang pemain akan melakukan servis yaitu:
1. Posisi berdiri (Stance)
2. Pegangan raket (Grip)
3. Ayunan ke belakang (Backswing)
4. Ayunan ke belakang,menekuk (Bend), dan mengulur (Extend)
5. Ayunan ke belakang,menekuk,mengulur,dan bergeser (Shift)
6. Ayunan ke belakang,lempar bola (Toss), dan pukul (Tap)
7. Ayunan ke belakang, lempar bola, pukul, dan bergerak
8. Ayunan penuh (Full swing)
Gerakan dasar servis diawali dari garis belakang dengan ayunan penuh dan peganggan raket yang tepat. Berdiri menyamping dari jaring,peganglah ujung atas raket mengarah kejaring dengan tangan yang tidak dominant dan peganglah ujung bawah raket dengan kuat seperti memegang palu menggunakan tangan yang dominan,lemaskan kedua tangan,lalu angkat tangan yang memegang raket hinga setinggi bahu dengan ruas jari mengarah keatas dan raket megarah ke belakang,lakukan ayunan kebelakang,tekuk siku tangan yang memegang raket,lalu ulurkan raket dengan tangan menghadap jarring,ulurkan raket lagi dan pindahkan berat tubuh dari kaki belakang ke kaki depan dengan menggeser pinggul menuju kea rah jarring dan tubuh bertumpu hanya pada ujung kaki belakang,berdiri dekat pembatas,ayunkan tangan ke belakang,lemparkan bola,tekuk lengan,ulurkan raket,lalu pukul bola ke pembatas,gunakan pegangan raket yang tepat dan pukulan yang keras,pukul bola melewati jarring,ikuti dengan gerakan pinggul menuju sisi yang lain,lakukan lemparan bola dan ayunan penuh ke belakang,pukulan,serta gerakan lanjutan ke depan dengan pelan.
Kegiatan pelatihan dan pembinaan cabang olahraga tenis merupakan suatu proses yang kompleks dan sebuah rangkaian system yang tak dapat berdiri sendiri hanya satu keilmuan saja. Oleh karena itu pembinaan olahraga harus ditunjang oleh berbagai disiplin ilmu antara lain: Biomekanika, anthopometri, fisiologi, belajar gerak dan kepelatihan. Dengan demikian diharapkan dapat dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan kualitas dan kapasitas fisik yang dimiliki. Untuk itu diperlukan pembinaan olahraga yang menggunakan pendekatan ilmiah, yang ditetapkan oleh para pelatih atau Pembina dalam proses pelatihannya.
Seorang pembina harus memiliki pengetahuan tentang ilmu biomekanika dalam penyusunan program latihan, baik secara mikro ataupun makro yang diwujudkan dalam metode latihan dan diterapkan dalam sesi latihan.
Mempelajari suatu teknik menjadi bagian sangat penting dalam proses latihan dimana harus mengkolaboarasikan berbagai bidang ilmu. Seorang pembina harus mampu mengidentifikasi segmen-segmen dalam suatu rangkaian gerak teknik tertentu.
Kajian biomekanika harus dilakukan oleh pembina olahraga dalam mempelajari teknik tertentu baik teknik dasar, menengah maupun teknik tingkat tinggi. Dalam cabang olahraga permainan tenis dikategorikan dalam keterampilan yang sangat kompleks, sebab dalam melakukan gerakan permainan harus melibatkan semua segmen otot dan sendi secara efektif dan efisien yang dilakukan secara benar.
Mengingat begitu pentingnya permainan tenis maka kami selaku mahasiswa program studi Pendidikan Olahraga (S-2) Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta mencoba menganalisis gerakan teknik servis (service) yang didasarkan pada kajian secara biomekanika.
B. PEMBAHASAN
Dalam permainan tenis, persendian yang paling penting adalah kaki, pinggang, bahu, siku dan pergelangan tangan. Bila beberapa persendian dilakkan dalam melakukan gerak maka urutan penggunaan dan ketepatan waktunya sangat penting. Azas ini menunjukan kepada kita kapan sendi itu digunakan. Gerakan itu dimulai dengan bekerjanya grup-grup otot besar dan terus bergerak secara progresif melalui otot-otot kecil.
Gerakan mengalir terus menerus ini menghasilkan suatu pengumpulan kekuatan yang disatukan. Kekuatan ini digerakkan oleh satu bagian tubuh yang terbentuk dari kekuatan sendi-sendi berikutnya. Dalam permainan tenis, gerakan servis mulai dengan sikap seimbang, pegangan raket, bola dipegang di ujung jari secara rileks, jaga agar siku tetap pada posisi, lihat target tanpa memperhatikannya, pandangan jauh ke depan sebelum melakukan servis
1. GERAKAN PERSENDIAN
Dimulai analisa persendian kaki atau kedua tungkai sebagai kaki tumpu pada gerakan awalan, kemudian posisi lengan,badan dan pergelangan tangan ketika memegang bola dan raket. Manakala gerakan melempar bola,mengayun raket posisi badan menghadap kearah jarring/net persendian bahu dan sikut sangat dominan berperan. Ketika lepasnya bola dari tangan dan ayunan raket ke belakang persendian pangkal tangan (pergelangan tangan) sangat dominan berperan.

2. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI GERAKAN SERVIS (analisis):
a. Force
1.) Forces/gaya yang di gunakan dalam gerakan servis adalah gaya internal (tekan) terutama saat melempar bola kearah atas;
2.) Vector/arah gaya terjadi pada saat gerakan tangan yang memegang raket memukul bola hinga posisi kembali seperti semula.
3.) External Forces/tenaga dari luar, Dari awalan sampai gerakan lanjutan, Di luar tubuh, Hambatan udara dan gravitasi yang berpengaruh pada saat melakukan gerakan.
4.) Colinear Forces/gaya yang bekerja pada gerak lurus, saat raket memukul bola kearah depan sasaran
5.) Net Force/ gaya murni yang bekerja pada benda, Hasil gerakan lemparan bola ke atas lengan dan tangan terhadap bola hingga lepasnya bola dari jari-jari,
6.) Resultante Force/hasil dari gaya-gaya yang bekerja, gerakan awalan memegang bola, melempar bola, mengayun raket,melecutkan pergelangan tangan, gerakan lanjutan dengan melangkahkan salah satu kaki kedepan searah pukulan bola.


b. Linear kinematics
Saat lengan melempar bola lurus ke atas dan arah bola setelah di pukul. Gerak lurus terjadi terutama pada saat melempar dan memukul bola .
1.) Rectilinear Translation/gerak lurus beraturan Linear Motion/gerak lurus, Saat tangan mengayun raket, menekuk siku kemudian saat lengan lurus akan memukul bola kearah sasaran,
2.) Position/posisi, sikap memegang bola dan memegang raket, tubuh dan kaki, pinggang, bahu, lengan dan tangan, posisi awal tubuh/sikap awalan dan posisi saat memukul.
3.) Resultante Displacement/perubahan posisi, dari posisi memegang raket,melempar bola,mengayun raket gerakan lanjutan dengan melecutkan pergelangan tangan kebawah yang dilanjutkan dengan melangkahkan salah satu kaki tumpuan.
4.) Acceleration/perubahan kecepatan, dari memegang raket dan bola pasif sampai gerakan melempar bola dan memukul bola kearah tertentu. Perubahan kecepatan gerakan anggota tubuh terutama kedua kaki tumpu yang sikap awalnya ditekuk secara cepat diluruskan atas, adanya perubahan kecepatan pada saat memukul bola.

c. Linear kinetics
1.) Hukum Newton satu yang berbunyi bahwa benda akan tetap dalam keadaan diam sampai ada gaya yang bekerja terhadap benda tersebut, hal terjadi manakala posisi siap diam yang dipegang sampai dengan terjadi lemparan bola;
2.) Newton's Law II/hukum Newton 2, yang berbunyi “Benda akan mengalami percepatan jika ada gaya yang bekerja pada benda tersebut dimana gaya ini sebanding dengan suatu konstanta (massa) dan percepatan benda”..hal ini dapat dilihat pada saat bola bergerak dilempar ke atas dan pada saat lecutan sendi siku untuk memukul bola sehingga terjadi pergerakan bola dari pelan menjadi lebih cepat saat bola lepas dari tangan dan saat ayunan lengan memukul bola.


d. The muscular system
Muscle Fiber/serabut otot, terjadi pada saat gerakan menekuk lutut adalah otot quadricep,mengayun raket adalah ototbagian belakang, memegang bola dan raket adalah , origo biseps, biseps, triseps, insersi triseps dan insersi biseps. saat melakukan lemparan, Tendon biseps dan tendon triseps berperan, tendon berfungsi untuk mengunci gerakan pada saat lengan melakukan pukulan, concentric contraction/memendek, saat menekuk pergelangan tangan, menekuk lutut, menarik siku,memukul bola setelah bola di pukul dan bergerak kearah depan.


C. PENUTUP
Demikanlah analisis biomekanika cabang olahraga permainan tenis yaitu pukulan servis (service) yang dilakukan, dengan memperhatikan aspek-aspek biomekanika yang menekankan pada analisis gerak.
Namun di dalam analisis ini kami merasa perlu memberikan beberapa kesimpulan, untuk mendapatkan kekuatan dan kecepatan memukul bola saat melakukan pukulan perlu dilatih kekuatan dan kecepatan otot biseps, triseps bahu,pinggang dan otot langan.

Latihan Sprint dan Daya Tahan

Latihan Sprint dan Daya Tahan

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan ilmu kedokteran, usaha-usaha di bidang kesehatan telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Olah raga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Olah raga terbukti pula dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani seseorang . Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani prima dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan optimal dan tidak cepat lelah, serta masih memiliki cadangan energi untuk melakukan kegiatan lain Telah disebutkan sebelumnya bahwa olah raga adalah usaha untuk menjaga kesegaran jasmani. Olah raga sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah olah raga aerobik, yaitu olah raga yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran oksigen, dan membutuhkan oksigen tanpa menimbulkan hutang oksigen yang tidak terbayar. Contoh olah raga aerobik misalnya lari, jalan, treadmill, bersepeda, renang. Sedangkan olah raga anaerobik adalah olah raga yang menggunakan energi dari pembakaran tanpa oksigen, dalam hal ini aktivitas yang
terjadi menimbulkan hutang oksigen. Contoh dari olah raga anaerobik adalah lari sprint jarak pendek, angkat beban, dan bersepeda cepat Dalam kesegaran jasmani, dikenal istilah Health related fitness dan Skill related fitness. Health related fitness diartikan sebagai kemampuan jantung, paru, otot, dan persendian untuk bekerja dengan optimal. Health related fitness meliputi ketahanan kardiorespirasi, ketahanan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh. Sedang Skill related fitness diartikan sebagai keahlian-keahlian yang menunjang performance seseorang dalam olah raga dan aktivitas
fisik lain. Yang termasuk dalam Skill related fitness ialah agility (kelincahan), balance (keseimbangan), coordination (koordinasi), reaction time (kecepatan reaksi), speed (kecepatan), dan power (kekuatan)

PEMBAHASAN

Latihan adalah suatu proses kegiatan yang mendasari fitness atau kesegaran. Berbicara tentang kesegaran tidak sama dengan apa yang dipahami oleh masyarakat awam, karena secara ilmu keolahragaan seseorang dikatakan segar apabila ia mampu melakukan aktifitas sehari-hari dan setelah itu ia masih mampu melakukan kegiatan ekstra tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani seorang atlit dalam suatu aktifitas yang dipilih.
Sprint (anaerob) selalu berhubungan dengan kecepatan. Berdasarkan pada bentuk-bentuk gerakan, kecepatan dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu : (1) kecepatan lari cepat, (2) kecepatan reaksi, dan (3) kecepatan bergerak. Kecepatan lari cepat adalah kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan cepat. Kecepatan reaksi adalah kecepatan menjawab suatu rangsangan dengan cepat, rangsangan dapat berupa suara atau bunyi. Kecepatan bergerak adalah kecepatan mengubah arah dalam gerakan yang utuh.
Sehubungan dengan hal tersebut, kecepatan dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu : (1) kecepatan gerak dari berbagai anggota tubuh, (2) kecepatan percepatan lari, dan (3) kecepatan lari maksimal. Kecepatan gerak dari berbagai anggota tubuh merupakan kecepatan yang dibatasi oleh faktor yang mengenai gerak masing-masing otot. Kecepatan gerak anggota tubuh sangat spesifik pada bagian tubuh, misalnya gerakan lengan lebih cepat daripada gerakan badan. Kecepatan percepatan lari dan kecepatan lari maksimal adalah produk yang dihitung dari frekwensi gerak dan amplitude gerak dalam menempuh jarak tertentu.
Kecepatan juga merupakan percepatan yang berkaitan dengan seberapa cepat seorang pelari dapat meningkatkan kecepatan larinya setelah start sampai mencapai kecepatan maksimal. Kecepatan iari maksimal berkaitan dengan seberapa jauh seorang pelari dapat mempertahankan kecepatan lari maksimalnya.
Sprint adalah merupakan salah satu nomor lari cepat, sprint menggunakan sistem energi anaerobik, dalam melatih sprint ini perlu jaga latihan kekuatan, latihan beban, kecepatan, frekuensi dan intensitas latihan. Daya tahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk terus menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya gerakan. Melalui suatu latihan seperti Sit-up sampai mencapai kelelahan merupakan suatu tes daya tahan kekuatan. Sifat kekuatan ini menentukan prestasi si atlet dimana suatu gerakan dilakukan berulang-ulang kali dalam waktu yang cukup lama.
Dalam melatih sprint dan daya tahan, diperlukan juga latihan interval. Mengulang kinerja keterampilan motorik tertentu tercakup dalam aktivitas dengan power yang tinggi, akan memberi kontribusi besar untuk meningkatkan prestasi. Latihan interval ini juga bisa dijadikan resep dengan mengindikasikan:
1. Waktu/jarak latihan
2. Jumlah repetisi per set
3. Jumlah set dan repetisi dalam satu sesi
4. Rasio kerja-rehat
5. Jenis interval kelegaan

Dalam melatih daya tahan juga dibutuhkan Frekuensi latihan, yaitu berapa kali latihan dapat dilakukan dalam 1 minggu/hari. Pada atlet daya tahan harus dilakukan 4 s/d 5 hari per minggu dan lamanya 12-16 minggu. Frekuensi latihan daya tahan dua atau lebih sesi perhari tidak boleh lebih produktif dari pada satu sesi per hari, jika untuk latihan non atlet daya tahan frekuensi latihan harus dilakukan 3 hari perminggu dan lamanya 8-10 minggu, untuk pelari sprinter adalah 5-6 hari per minggu. Intensitas latihan juga sangat mendukung agar prestasi yang diinginkan dapat tercapai, tingkat intensitas yang layak untuk atlet daya tahan ditentukan berdasarkan denyut nadi atlet. Intensitas yang dihasilkan harus berkisar antara 80-90 denyut nadi maksimal. Denyut nadi maksimal dapat diukur dengan menggunakan rumus: Nadi maksimal = 220-usia, dengan lebih banyak melakukan latihan sprint, denyut nadi harus 180 denyutan / menit.
Warming-up dan warming-down sangat perlu dilakukan dalam melatih, tujuan dari warming-up adalah menaikkan suhu tubuh dan otot, agar tubuh siap menerima kelatihan berikutnya. Pengaruhnya adalah akan menaikkan aliran darah dan menyediakan lebih banyak oksigen dalam otot. Warming-up juga dapat menghindari dari terjadinya resiko cedera, Warming-up sebaiknya dilakukan selama 15-30 menit dan dilakukan sebelum latihan formal atau pertandingan, dalam melakukan warming-up terdiri dari bentuk-bentuk latihan streching, kalistenik dan latihan formal, sementara kalau warming-down harus sama dengan warming-up, tetapi urutannya terbalik yaitu terdiri dari latihan formal, kalistenik dan streaching.
Fase transisi (masa peralihan)
Masa transisi (berakhirnya pertandingan), pada masa ini para atlet harus tetap melakukan aktivitas fisik agar kondisi fisik tidak menurun. Namun, aktifitas fisik yang dilakukan hanya aktifitas fisik yang ringan seperti joging, senam dan lain-lain. Pada masa peralihan ini merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan evaluasi, baik dari hasil pertandingan yang telah dicapai maupun program proses latihan mulai dari masa persiapan. Program latihan dijadwalkan 2 hari perminggu, dan lamanya 6-10 minggu.
Faktor genetika juga sangat berpengaruh terhadap penunjang prestasi atlet-atlet, terutama mempengaruhi kemampuan fisiologis atlet tersebut. Untuk itu peran pelatih dalam hal ini adalah mengembangkan potensi genetika atlet secara penuh dengan program latihannya, dan memberi kesempatan untuk berprestasi dalam latihan dan pertandingan, sesuai dengan faktor genetika atlet, tidak ada perbedaan yang mencolok dan penting antara atlet wanita dengan pria dalam memberi respon terhadap stres waktu latihan. Terhadap wanita dalam hal datangnya masa mensturasi merupakan hal yang menjadi kontropersi terhadap beberapa para pakar, pada umumnya daya tahan tubuh dan koordinasi gerak pada wanita akan menurun ketika mengalami masa mensturasi. Tetapi tidak ada pengaruh yang berdampak buruk pada tubuh dengan melakukan latihan ringan. Wanita yang melakukan aktivitas fisik (atlet) kurang mengalami dysmenorrhae (mens dengan rasa sakit) dari pada atlet yang tidak melakukan aktivitas fisik, latihan yang berat dan intensif akan menyebabkan amenorrhae (stop mens) bagi sebagian atlet, terutama pelari jarak jauh, pelari ringan (joging) dan pesenam. Amnorrhae ini bersifat temporer dan tidak menyulitkan. Untuk wanita juga bisa diberi latihan beban, wanita memberi respons terhadap latihan beban untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan sama dengan pria. Oleh sebab itu, latihan beban untuk atlet wanita juga harus mengikuti prinsip-prinsip umum yang sama dengan pria.
Kebanyakan pada manusia terutama usia lanjut mengalami kapasitas fisik kemunduran, ini adalah hal yang manusiawi dan faktor fisiologis manusia. Tetapi semua usia dapat memberi respons terhadap latihan, latihan juga sangatlah membantu orang-orang yang usia lanjut dalam menjaga kebugaran tubuhnya. Penambahan suplemen seperti vitamin-vitamin sangatlah di anjurkan untuk menunjang dalam menjaga stamina tubuh.
KESIMPULAN
Sprint adalah merupakan salah satu nomor lari cepat, sprint menggunakan sistem energi anaerobik, dalam melatih sprint ini perlu jaga latihan kekuatan, latihan beban, kecepatan, frekuensi dan intensitas latihan. Daya tahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk terus menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan.
Warming-up dan warming-down sangat perlu dilakukan dalam melatih, tujuan dari warming-up adalah menaikkan suhu tubuh dan otot, agar tubuh siap menerima kelatihan berikutnya. Pengaruhnya adalah akan menaikkan aliran darah dan menyediakan lebih banyak oksigen dalam otot. Warming-up juga dapat menghindari dari terjadinya resiko cedera.
Perlunya Program fase transisi (masa peralihan)
Masa transisi (berakhirnya pertandingan), pada masa ini para atlet harus tetap melakukan aktivitas fisik agar kondisi badan/fisik tidak menurun. Namun, aktifitas fisik yang dilakukan hanya aktifitas fisik yang ringan seperti joging, senam dan lain-lain. Pada masa peralihan ini merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan evaluasi, baik dari hasil pertandingan yang telah dicapai maupun program proses latihan mulai dari masa persiapan. Program latihan dijadwalkan 2 hari perminggu, dan lamanya 6-10 minggu.
Faktor genetika juga sangat berpengaruh terhadap penunjang prestasi atlet-atlet, terutama mempengaruhi kemampuan fisiologis atlet tersebut. Untuk itu peran pelatih dalam hal ini adalah mengembangkan potensi genetika atlet secara penuh dengan program latihannya, dan memberi kesempatan untuk berprestasi dalam latihan dan pertandingan, sesuai dengan faktor genetika atlet, tidak ada perbedaan yang mencolok/penting antara atlet wanita dengan pria dalam memberi respon terhadap stres waktu latihan. Wanita yang melakukan aktivitas fisik (atlet) kurang mengalami dysmenorrhae (mens dengan rasa sakit) dari pada atlet yang tidak melakukan aktivitas fisik, latihan yang berat dan intensif akan menyebabkan amenorrhae (stop mens) bagi sebagian atlet, terutama pelari jarak jauh, pelari ringan (joging) dan pesenam. Amnorrhae ini bersifat temporer dan tidak menyulitkan. Untuk wanita juga bisa diberi latihan beban, wanita memberi respons terhadap latihan beban untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan sama dengan pria. Oleh sebab itu, latihan beban untuk atlet wanita juga harus mengikuti prinsip-prinsip umum yang sama dengan pria.




Daftar Pustaka


C.K. Giam, Ilmu Kedokteran Olahragaan, Jakarta : Binarupa Aksara, 1993 (terjemahan)

M.Yunus Batubara, Apa itu Latihan, Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume 3 Nomor 2, Medan, 2005

Tudor O. Bompa, Theory and Methodology of Training, 1994 (terjemahan)

Minggu, 23 Mei 2010

PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI

A. Pendahuluan
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olah raga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. (Drs. Agus Mahendra, M.A. Falsafah pendidikan jasmani).
Pendidikan jasmani adalah satu program yang beragam dari aktivitas perkembangan, permainan, olah raga, irama yang sesuai dengan minat, kemampuan dan keterbatasan dari siswa yang tidak berkemampuan, yang mungkin tidak aman atau berhasil ikut serta dalam partisipasi tidak terbatas dalam aktivitas, yang cukup berat dari program pendidikan umum. (Commite on Adapted Physical Education 1952:15).
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neoromuskuler, interperatif, sosial dan emosional (Bocher, 1979).
Pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang didikutinya. (Melograno, 1996).
Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan, melalui kegiatan jasmani yang dirancang cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani dan sosial serta perkembangan kecerdasan.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan jecerdasan dan pembentukan watak. (Abdul Gafur, 1983:6).
B. Tujuan Pendidikan Jasmani
Apakah sebenarnya tujuan pendidikan jasmani? Menjawab pertanyaan demikian, banyak guru yang masih berbeda pendapat. Ada yang menjawab bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka. Hanya saja barangkali bisa dikatakan kurang lengkap, sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
• Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
• Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
• Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
• Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
• Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
• Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll.)
Dalam pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep kebugaran jasmani ini dengan konsep kebugaran motorik. Keduanya dibedakan dalam hal: kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan, dll. Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan konsep kebugaran jasmani tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di atas.
Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu.
Penekanan proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang bervariasi, sehingga setiap kali anak selalu mengerahkan kemampuannya dalam mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak. Dengan cara itu, kepekaan sistem saraf anak semakin dikembangkan.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang.
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun.
Di lain pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui perasaan oran lain. Karena itu pula empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial. “Cubitlah diri kamu sendiri, sebelum mencubit orang lain. Niscaya kamu akan mengetahui, apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan pada orang lain,” merupakan kearifan leluhur, yang jika diperas maknanya, tidak lain adalah penekanan kemampuan berempati.
C. Pembahasan
Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa.
Dunia anak-anak memang menakjubkan, mengandung aneka ragam pengalaman yang mencengangkan, dilengkapi berbagai kesempatan untuk memperoleh pembinaan . Bila guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya serta memperkaya keterampilannya.
Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan yang didapatnya ketika ia menyadari baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan. “Lihat, saya sudah bisa “ teriaknya kepada semua orang.
Belajar dan keceriaan merupakan dua hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini termasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kian banyak ia bergerak, kian banyak hal yang ditemui dan dijelajahi. Kian baik pula kualitas pertumbuhannya.
Perhatikan tiga kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Bagi anak, gerak semata-mata untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan tujuan tertentu. Gerak adalah kebutuhan mutlak anak-anak.
Sayangnya, ketika usianya semakin meningkat, aktivitas anak-anak semakin berkurang. Ketika memasuki usia sekolah, ia belajar dengan cara yang berbeda. Mereka lebih banyak diminta duduk tenang untuk mendengarkan penjelasan guru tentang berbagai hal. Lingkungan belajar pun semakin sempit, dibatasi oleh empat sisi dinding kelas yang membelenggu. Karena dipaksa untuk diam, dan mendengarkan orang lain berbicara, belajar tidak lagi menarik bagi anak. Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.
Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk.
Kehidu pan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa, tetapi juga sudah menyerang anak-anak.
Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para ‘pemalas gerak’ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan. Mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar.
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.
3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. Dalam hal ini berlaku dalil:
“… ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat.”
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.
4. Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.






















DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Pusat Perbukuan, 1998.
-------, Pokok-pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Jakarta, Pusat Perbukuan. 1997.
Syamsudin, Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, untuk SMP / MTs. Jakarta, Litang Prinade Medis Qusur, 2006.
Hansuki, Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 2003.
Muhajir, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, untuk SMP Kelas I, Jakarta, PT. Erlangga. 2004. s

UMPAN BALIK..(FEED BACK) DARI CHERRYL

A. PENDAHULUAN
Bagaimana cara bahwa lihat?" penari.minta tanya "Aku berpikir aku mampu menyimpan tulang panggulku berderet waktu itu."
Pemeriksaan-pemeriksaan seperti itu adalah hal yang biasa seperti pelajar-pelajar sering kali putaran kepada praktisi-praktisi untuk umpan balik. Umpan balik itu, menurut Chen (2001) , adalah wujud paling kritis dari bimbingan bahwa suatu praktisi dapat menyediakan suatu pelajar. Untuk memastikan bahwa umpan balik adalah efektif di dalam memudahkan belajar dan kinerja, jenis, isi, frekuensi dan pemilihan waktu harus secara hati-hati dipertimbangkan
Umpan balik dalam proses pembelajaran gerak sangatlah penting, karena dengan umpan balik dapat diukur sejauh mana siswa dapat melakukan gerakan yang telah diajarkan/ dilatih dengan baik dan benar

B. PEMBAHASAN
1. Jenis-Jenis Dari Umpan Balik
Umpan balik adalah suatu istilah umum digunakan untuk menguraikan informasi seorang pelajar menerima tentang kinerja dari suatu gerakan atau ketererampilan. Bahwa informasi dapat tersedia dari kedua-duanya sumber yang internal dan eksternal.
a. Umpan balik Intrinsik adalah informasi tanggapan yang dihasilkan yang ada tersedia kepada pelajar-pelajar dari sistim mereka yang berhubungan dengan perasaan kedua-duanya selama dan sebagai suatu konsekuensi dari kinerja. Contoh termasuk melihat bola setelah anda sudah membebaskan, melepaskannya dan perasaan yang anda mendapat ketika anda mulai untuk hilang keseimbangan mu.
b. Umpan balik ditambahkan, sebaliknya, adalah informasi yang diterima dari satu sumber eksternal bahwa melengkapi informasi kepunyaan berhubungan dengan perasaan pelajar itu. Contoh-contoh dari umpan balik yang ditambahkan termasuk suatu komentar-komentar praktisi, suatu pengulangan siaran ulang tv dari video. Pelajar yang melaksanakan suatu ketererampilan dan jarak, waktu atau score yang sebagai hasil kinerja nya yang ditempatkan oleh seorang pelatih.
c. Secara umum, informasi yang ditambahkan jenis ini yang diperkenalkan kepada pelajar mengikuti penyelesaian gerakan dan kemudian diberi label umpan balik terminal. Ada saat-saat ketika umpan balik yang ditambahkan dapat disediakan selama pelaksanaan suatu ketererampilan.
d. Umpan balik berbarengan disebut, contoh-contoh termasuk suatu teriakan pelatih ke luar merobek waktu untuk satu atlit selama suatu perlombaan atau suatu ingatan pelatih memperbaiki suatu penari untuk memelihara suatu kemiringan panggul yang baik selama satu latihan.
Umpan balik dapat lebih lanjut ditujuanongkan sebagai pengetahuan tentang hasil-hasil atau pengetahuan dari penampilan. Hasil-hasil dari Pengetahuan (KR) adalah umpan balik intrinsik atau tambahan bahwa menyediakan pelajar dengan informasi tentang hasil dari suatu tanggapan dan mempunyai kaitan dengan sukses dari tindakan yang diharapkan berkenaan dengan tujuan. Sebagai contoh, suatu pelatih akan mengatakan kepada seorang pelompat jauh bahwa kaki tumpunya 4 cm di atas papan tumpuan lepas landas, Seorang ahli terapi bisa mengatakan kepada suatu pasien hasil dari test jangkauan yang fungsional hanya melaksanakan dan membandingkannya dengan hasil-hasil yang sebelumnya atau suatu pelatih kebugaran yang pribadi akan mengakui adanya pemenuhan klien itu dari eksekusi yang benar dari suatu latihan. Sebagai tambahan, seorang pelajar dapat melihat di mana panah mengarah ke target . Informasi mengenai ciri khas dari penampilan yang menunjukkan kepada hasil dikenal sebagai Penampilan dari Pengetahuan (KP). Memberi tahu suatu pasien bahwa dia perlu untuk menggeser bebannya maju lebih sebelum mencoba untuk berdiri, menceritakan seorang siswa kayuhan sikunya itu di dalam gaya bebas itu harus yang lebih tinggi atau mempertunjukkan satu atlit suatu pengulangan video dari suatu usaha penampilan adalah beberapa contoh.
Gambar 11.1 Jenis-jenis dari Umpan Balik







Mengikuti statemen-statemen umpan balik yang ditambahkan dan menentukan apakah mereka adalah satu contoh dari pengetahuan tentang hasil-hasil atau pengetahuan tentang kinerja:
1. Penempatan kaki mu di balok itu harus lebih bersudut.
2. Anda harus tetap tenang menurun dan matamu hati-hati.
3. Itulah yang besar! Anda terus tinggal goyangan meja untuk 28 detik
4. Menurut senapan radar, bahwa titik lemparan adalah 92 mph.
5. Ketika anda mengayun kakimu melalui, mencoba untuk menarik atas jari kaki mu.
6. Anda perlu untuk menyilahkan beban menurun lebih pelan-pelan.
7. Memperhatikan pola dari dipukul anda sedang menembak dari ketinggian dan untuk hak.


Aktivitas Eksplorasi 11.1 Bimbingan pemahaman dari KR
Peralatan :
5 Jepitan Kertas
Mitra
Menutup Mata Dengan Kain
Pensil
Diagram di bawah
PROSEDUR
Seseorang, yang ditutup matanya dengan kain, akan usaha untuk meletakkan/ menjepit ekor (jepit kertas) di keledai. Setelah masing-masing mencoba, mitra itu akan mencabut itu jepit kertas dan pindahkan dengan suatu tanda pensil, menandakan di mana ujung jepit kertas telah ditempatkan. Proses ini akan berlanjut untuk lima percobaan. Untuk lima percobaan yang berikutnya, individu yang ditutup matanya dengan kain sama akan diberi KR bahwa menetapkan cincin?arena jepit kertas itu yang ditempatkan ke dalam dan apakah itu pada sisi kiri atau benar separuh dari garis tegak menggambar/menarik melalui pusat sasaran. Sama dengan dulu, tetapi menggunakan suatu simbol yang berbeda, mitra itu akan menggantikan jepit kertas dengan suatu tanda tanda pensil di mana ujung jepit kertas telah ditempatkan. Mengikuti penyelesaian semua 10 percobaan, setiap: mencoba untuk meletakkan/ menjepit ekor di keledai itu dapat mencabut menutup mata dengan kain dan memperhatikan hasil-hasil.
Pertanyaan-Pertanyaan
1. Apa yang merupakan hasil dari keduanya KR kondisi-kondisi (tanpa KR melawan KR)?
2. Mencerminkan pemikiran mu selama kondisi-kondisi keduanya. Adakah perbedaan-perbedaan?
3. Dengan syarat apa, di dalam. umum, Anda berpikir nya akan menjadi penting bagi menyediakan pelajar dengan KR? Lakukan setiap kondisi-kondisi ada di mana ketetapan KR tidak akan perlu?

2. Fungsi-fungsi Umpan balik Yang Ditambahkan
Umpan balik ditambahkan melayani tiga fungsi yang utama. Pertama-tama, itu menyediakan informasi tentang perbaikan kesalahan prestasi. Informasi ini bisa termasuk suatu uraian mengoreksi atau aspek salah dari kinerja, satu penjelasan seperti mengapa satu kesalahan terjadi, resep obat bagaimana caranya memperbaiki kesalahan atau memberi tahu pelajar dari hasil dari kinerja ( Christina &Corcos, 1988) . Informasi ini membantu memandu pelajar itu untuk memodifikasi gerakan berikut mencoba dalam satu usaha untuk meningkatkan didapatnya ketererampilan dan kinerja.
Umpan balik ditambahkan dapat juga memainkan suatu peran yang motivasional di dalam proses pelajaran. Ketika pelajar-pelajar menerima informasi mengenai kinerja mereka.

C. KESIMPULAN
Umpan balik yang instrinsik : informasi yang menghasilkan tanggapan ada tersedia kepada pelajar dari sistim mereka yang berhubungan dengan perasaan kedua-duanya selama dan sebagai suatu konsekuensi dari kinerja.
Umpan balik yang ditambahkan: Informasi menerima dari satu sumber eksternal bahwa melengkapi informasi kepunyaan berhubungan dengan perasaan pelajar itu.
Umpan balik terminal: Umpan balik ditambahkan yang diperkenalkan mengikuti penyelesaian gerakan.
Umpan balik berbarengan: Umpan balik menyediakan selama eksekusi suatu ketererampilan.
Pengetahuan tentang hasil-hasil (KR): Umpan balik bahwa menyediakan pelajar-pelajar dengan informasi tentang hasil dari suatu tanggapan dan mempunyai kaitan dengan sukses dari tindakan yang diharapkan berkenaan dengan tujuan.
Pengetahuan tentang penampilan (KP): Umpan balik ditambahkan bahwa menyediakan informasi tentang ciri khas dari kinerja yang memimpin kepada hasil.
Umpan balik ditambahkan melayani tiga fungsi yang utama. Pertama-tama, itu menyediakan informasi tentang perbaikan kesalahan prestasi. Informasi ini membantu memandu pelajar itu untuk memodifikasi gerakan berikut mencoba dalam satu usaha untuk meningkatkan didapatnya ketererampilan dan kinerja. Umpan balik ditambahkan dapat juga memainkan suatu peran yang motivasional di dalam proses pelajaran. Ketika pelajar-pelajar menerima informasi mengenai kinerja mereka.









REFERENSI
Chen, D.D. (2001). Trends in augmented feedback reseach and tips for the practitioner. JOPERD, 72 (1), 32-26

Christian R.W. & Corcos, D.M. Coaches guide to teaching sport skills. Champaign, IL : Human Kinetics Books. 1988

SUMBER
Cheryl A. Coker. Motor Learning and Control for Practitioners Published by McGraw-Hill Companies,Inc. New York. Copyright 2004.

KONSEP BELAJAR

KONSEP BELAJAR DAN KONSEP BELAJAR GERAK YANG MENDASARI PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
(Sekolah Dasar Kelas 1 Semester 1)

A. KONSEP BELAJAR DAN KONSEP BELAJAR GERAK
1. Konsep Belajar
Berbagai pendapat para ahli mengenai definisi belajar dalam Nyanyu Khodijah dapat disimpulkan sebagai berikut; belajar merupakan (a) sebuah proses (b) yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk pengetahuan, kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru (c) melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial (d) hasilnya ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik) dan (e) perubahan perilaku yang ditimbulkannya bersifat relative permanent. Kesimpulan ini diambil dari pendapat beberapa ahli di bawah ini; Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan dua konsep belajar dari Gagne & Bringgs dan Sumadi Suryabrata
Gagne dan Bringgs (1979: 154) belajar sebagai rangkaian proses kognitif yang mentranformasikan stimulasi dari lingkungan ke dalam beberapa fase pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru. Pendapat yang agak berbeda, Sumadi Suryabrata (2002:232), belajar merupakan proses yang memiliki tiga ciri, yaitu: (a) prosesetersebut membawa perubahan (actual maupun potensial), (b). perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan (c). dengan adanya usaha (sengaja).

2. Konsep Belajar Gerak
2.1. Definisi dari belajar gerak
Definisi dari belajar gerak mencerminkan empat konsep, yaitu: (a) suatu proses untuk memperoleh keterampilan, (b) akibat pengalaman praktik, (c) belajar tidak bisa terukur secara langsung (d) menghasilkan perubahan-perubahan permanen secara relatif di dalam perilaku sebagai hasil belajar, (schmidt, 1988). Studi tentang belajar motorik di dapat dari hasil modifikasi pergerakan dalam subjek normal. Pendapat pertama adalah belajar motorik ini diartikan sebagai media terapi atau ilmu pengobatan/klinis dari pada kelainan-kelainan fungsi fisik. Sebagai contoh Poebe J memberikan suatu tugas gerak pada seorang pasien berupa gerak berdiri secara simetris (dengan berat badan berada pada kedua kaki) pada sesi ilmu pengobatan, kegiatan ini dibeberikan secara berulang-ulang hingga pasien dapat berdiri dengan kedua kaki secara simetris. Dalam belajar gerak ini pasien diberikan stimulus tunggal secara berulang-ulang, sehingga sistem syarat dapat menterjemahkan tugas gerak yang diberikan, teori ini dibahas dalam teori clos-loop teori Adam (1971). Pendapat kedua adalah belajar motorik diartikan sebagai suatu pola latihan yang dilakukan secara terencana dengan baik sehingga seseorang dapat melakukan suatu gerakan dengan benar, dan dapat memperbaiki kesalah gerakan yang dilakukannya, teori ini dikupas oleh Schmidt, (1975).

2.2. Tahapan Belajar Gerak
a. Model Fitts dan Posner (Three-Stage Model)
Suatu model yang populer yang diusulkan oleh Fitts dan Posner (1967) menyatakan bahwa siswa menjalani tiga langkah-langkah yang terpisah jelas. Langkah yang pertama, cognitive stage, dinamai untuk derajat tinggi aktivitas teorinya. Selama cognitive stage ini, siswa pertama kali diperkenalkan dengan ketrampilan gerak yang baru, dan tugas yang utama itu untuk mengembangkan satu pemahaman persyaratan-persyaratan gerakan itu. Seorang siswa di dalam cognitive stage ini mungkin punya banyak pertanyaan-pertanyaan. Ciri-ciri khas pada tahap ini antara lain 1). Mengetahui dan memahami gerakan yg dipelajari berdasarkan informasi yang diterima baik secara verbal maupun non verbal, 2). Taraf mencoba gerakan, informasi diproses secara perceptual setelah prose itu kemudian mengambil keputusan dilakukan atau tidak gerakan tersebut, 4). Keputusan berupa merencanakan mengenai apa yang akan dilakukan dalam unjuk gerak terseut, 5).Pengerjaan tugas merupakan proses neuromuskular yang panjang.
Tahap yang kedua atau associative stage , ditandai oleh menandai perbaikan-perbaikan gerakan. Setelah mencoba banyak gerakan yang disertai dengan strategi gerakan, seorang siswa pada tahap ini menjadi merasa terikat dan memilih pada pola gerakan tertentu. Gerakan menjadi lebih konsisten, dengan sedikit kesalahan. Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/ kejadian dari luar dan juga memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan siswa untuk mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan
Pada tahap akhir pada model Fitts dan Posner adalah tahap automatisasi , tahap yang, memerlukan latihan dan waktu yang tak terbatas. Sebenarnya, tahap akhir ini tidak semua siswa akan mencapainya. Di dalam tahap automatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi dingotomatiskan. Perhatian siswa selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Akhirnya, siswa-siswa di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit; kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan.Ciri-ciri pada tahap ini adalah 1). fase akhir dalam belajar gerakmampu melakukan gerakan secara otomatis 2). melakukan gerakan tanpa terpengaruh meski tetap memperhatikan hal lain 3). pengerjaan (neuromuskular yang pendek, sudah banyak memori dalam syaraf pusat) 4). tahap ini tdk semua siswa dpt mencapainya 5). gerakan otomatis belum tentu efisien (contoh gerakan otomatis yang salah)
Gbr. Model Three-Stage Model of Learning





b. Gentile's Two-Stage Model
Model Gentile menekankan sasaran pada siswa dan pengaruh dari tugas dan karakteristik lingkungan pada perolehan hasil yang akan dicapai tersebut. Langkah yang pertama pembelajaran di dalam model Gentile disebut "getting the idea of the movement" (memperoleh gagasan untuk gerakan) Menurut Gentile, sasaran memperkenalkan siswa dengan suatu ketrampilan gerak yang baru untuk mengembangkan satu pemahaman persyaratan-persyaratan gerakan perlu mengimbangi permintaan pada karakteristik-karakteristik dari tugas dan lingkungan di mana tugas itu dilaksanakan dan sesudah itu mengorganisir suatu gerakan yang sesuai. Fixation/ diversification: Tahap kedua dan merupakan akhir dari tahap model pembelajaran Gentile; menyangkut mempertemukan pola gerakan yang baru kepada lingkungan tertentu di mana itu adalah untuk dilaksanakan. Fiksasi menekankan konsistensi dari gerakan merupakan sasaran untuk ketrampilan-ketrampilan yang tertutup (closed skill). Jika lingkungan itu adalah variabel, penganeka-ragaman pola gerakan ditekankan untuk mempromosikan perilaku yang fleksibel.

Closed Skill



Open Skill



Gbr. Gentile's Two-Stage Model

B. KONSEP HUMAN MOVEMENT
Gerakan sering digambarkan dalam konteks memenuhi tindakan tertentu. Sebagai hasil control gerak biasanya dipelajari mengenai hubungan tindakan-tindakan atau aktivitas khusus. Sebagai contoh, seorang ahli fisiologi motor kontrol bertanya: bagaimana orang-orang berjalan, lari, berbicara, senyum, meraih atau diam tidak bergerak. Para peneliti pada umumnya belajar kontrol gerak dalam konteks aktivifitas yang spesifik, seperti berjalan, dengan pemahaman, proses kontrol sehubungan dengan aktivitas ini akan memberikan pengertian yang mendalam ke dalam prinsip-prinsip untuk semua kontrol gerak. Kontrol gerak terpusat pada interaksi individu, tugas, dan lingkungan, sebagaimana yang tergambar pada gambar di bawah ini,

Gbr. Gerakan muncul dari satu interaksi antara individu,
tugas, dan lingkungan

Pengertian tentang kontrol pada tindakan menyiratkan pengertian keluaran gerak dari sistem syaraf ke sistem efektor tubuh atau otot-otot. Tubuh ini ditandai dengan suatu jumlah yang tinggi dari otot-otot dan persendian-persendian, semua yang harus dikontrolkan selama melakukan fungsi gerakan yang terkoordinir. Pertimbangkan dengan suatu isu yang utama yang sedang dipelajari oleh peneliti-peneliti kontrol gerak kontrol dan akan dibahas di dalam bab-bab yang kemudian. Sehingga mempelajari motor kontrol termasuk mempelajari sistem kontrol action (kontrol aksi)

C. KONSEP PERIODE, FASE DAN TAHAPAN
Pada anak Sekolah Dasar kelas II semester 1, anak masuk pada rentang usia 6 – 10 tahun. Adapun karakteristik anak SD tersebut dapat di lihat dalam buku
1. Karakteristik Masa Anak-anak (anak besar), usia 6 Sampai 10 Tahun ditinjau dari Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi Program Perkembangan Gerak

1.1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak
1. Anak laki;laki dan perempuan memiliki tinggi badan dari sekitar 44 sampai 60 inci (111,8-152,4 cm) dan memiliki berat badan 44 sampai 90 pounds (20.0-40.8 kg)
2. Pertumbuhan melambat, terutama dari usia 8 hingga terakhir dari periode ini. Ada saat pertumubuhan melambat tetapi masih ada kenaikan-kenaikan, tidak seperti keuntungan kecepatan penambahan tinggi dan berat selama masa pra-sekolah.
3. Tubuh mulai bertambah tinggi, dalam satu tahun tingginya bertambah dari 2 sampai 3 inci (5.1-7.6 cm) dan dalam satu tahun berat badan bertambah dari 3 sampai 6 pounds (1.4-2.7 kg).
4. Cephalocaudal (dari kepala ke kaki) dan proximodistal (pusat ke batas luar) prinsip-prinsip dari perkembangan di mana pada kenyataannya otot-otot yang besar dari tubuh itu lebih cepat perkembangannya dibanding otot-otot yang kecil.
5. Anak perempuan secara umum sekitar satu tahun di depan anak laki-laki di dalam perkembangan fisiologis, dan membedakan minat mulai muncul pada akhir periode ini.
6. Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan kiri
7. Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan.
8. Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar.
9. Mekanisme-mekanisme perceptual visual secara penuh dibentuk/mapan pada akhir periode ini.
10. Anak-anak memiliki penglihatan jauh selama periode ini dan secara umum tidak siap bagi periode untuk pekerjaan yang dekat .
11. Kemampuan-kemampuan gerakan yang paling pokok mempunyai potensi menjadi baik digambarkan oleh permulaan dari periode ini.
12. Keterampilan-keterampilan dasar penting bagi keberhasilan permainan menjadi modal untuk dikembangkan.
13. Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan.
14. Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan dan ketrampilan-ketrampilan atletis.

1.2. Karakteristik-Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif
1. Tahap perhatian adalah secara umum masih singkat pada awal periode ini, tetapi secara berangsur-angsur akan meluas. Bagaimanapun juga, anak laki-laki dan perempuan dari usia ini akan sering kali memanfaatkan jam untuk aktivitas yang menjadi minat besar mereka.
2. Mereka bersiap-siap untuk belajar dan untuk menyenangkan orang dewasa (orang di sekitarnya), tetapi mereka masih membutuhkan bantuan dan bimbingan di dalam membuat keputusan-keputusan.
3. Anak-anak mempunyai imajinasi yang baik dan penampilan kreatif yang sangat baik; bagaimanapun rasa malu kelihatan untuk menjadi suatu akhir dari periode ini.
4. Mereka sering tertarik akan televisi, komputer-komputer, game-game video, dan membaca.
5. Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih banyak kemampuan-kemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir periode ini.
6. Anak-anak dengan beralasan curiga dan ingin mengetahui "mengapa."

1.3. Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Afektif .
1. Minat dari anak laki-laki dan anak perempuan bersifat sebangun pada awal periode ini tetapi segera mulai untuk berbeda/ menyimpang.
2. Anak adalah berpusat pada diri sendiri dan bermain dengan kurang baik di dalam kelompok-kelompok yang besar untuk periode waktu yang lama selama tahun yang utama, situasi-situasi kelompok kecil dengan ditangani dengan baik.
3. Anak sering agresif, membual, kritis, reaksi yang berlebih, dan menerima kekalahan dan memenangkan dengan kurang baik.
4. Ada satu tidak konsisten tingkat kedewasaan; anak itu sering lebih sedikit bersikap dewasa di rumah dibanding di sekolah.
5. Anak mau mendengarkan yang berwibawa, "adil" hukuman, disiplin, dan penguatan.
6. Anak-anak bersifat ingin/gembira dan senang bertualang untuk dilibatkan dengan seorang teman atau kelompok para teman di dalam "berbahaya" atau "rahasia" aktivitas.
7. Konsep diri anak itu menjadi dengan kuat dibentuk/mapan.

1. 4. Pelaksanaan untuk Program Perkembangan Gerak
1. Harus ada peluang untuk anak-anak untuk menyuling kemampuan-kemampuan gerakan pokok di dalam bidang-bidang lokomotor, manipulasi, dan stabilitas sampai batas di mana mereka cairan dan efisien.
2. Bantuan kebutuhan anak-anak di dalam membuat transisi dari tahap gerakan pokok sampai tahap gerakan yang khusus.
3. Penerimaan dan pernyataan mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka mempunyai kelompok dan mengamankan tempat-tempat di dalam sekolah mereka dan rumah mereka.
4. Peluang besar untuk dorongan dan penguatan positif dari orang dewasa adalah perlu mempromosikan pengembangan yang dilanjutkan dari konsep diri yang positif.
5. Peluang dan dorongan untuk menjelajah dan eksperimen melalui gerakan dengan tubuh dan obyek mereka di dalam lingkungan meningkatkan efisiensi gerak perceptual.
6. Harus ada praktek agar merasakan di mana ada tanggung jawab lebih besar semakin diperkenalkan dengan mempromosikan kepercayaan pada diri sendiri.
7. Anak-anak belajar untuk melakukan penyesuaian kepada cara yang lebih berat pada tempat bermain dan lingkungan tanpa menjadi kondisi yang kasar atau diri mereka kasar.
8. Peluang untuk pengenalan berangsur-angsur untuk menggolongkan dan aktivitas regu harus disediakan di waktu wajar.
9. Aktivitas Imajiner dan meniru-niru bisa secara efektif disatukan ke dalam program selama tahun pokok karena imajinasi-imajinasi anak-anak itu masih bersemangat
10. Aktivitas yang dilakukan pada tingkat ini dengan melibatkan pemakaian musik dan irama bersifat menyenangkan dan bersifat berharga di dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan gerak pokok, kreativitas, dan suatu pemahaman dasar komponen-komponen dari musik dan irama.
11. Anak-anak pada tingkatan ini belajar terbaik melalui keikutsertaan yang aktif. Pengintegrasian konsep-konsep akademis dengan aktivitas gerakan menyediakan satu jalan lebar yang efektif untuk menguatkan ketrampilan-ketrampilan pemikiran kritis.
12. Aktivitas yang melibatkan memanjat dan menggantung adalah berpengaruh baik bagi perkembangkan batang tubuh bagian atas dan harus tercakup di program.
13. Diskusikan situasi dalam permainan termasuk peraturan permainan seperti itu seperti mengambil giliran, perlakuan wajar, tidak menipu, dan nilai-nilai yang umum lainnya sebagai alat penetapan suatu pengertian yang lebih lengkap dari yang benar atau salah.
14. Mulai untuk menekankan ketelitian, wujud, dan ketrampilan di dalam kinerja dari ketrampilan-ketrampilan gerakan.
15. Beri dorongan kepada anak-anak untuk berpikir sebelum mereka bertindak dalam satu aktivitas. Membantu mereka mengenali alat yang berpotensi bahaya sebagai alat mengurangi perilaku mereka yang sering kali sembrono.
16. Mendorong ke aktivitas kelompok kecil yang diikuti oleh aktivitas kelompok yang lebih besar dan pengalaman olahraga beregu.
17. Penampilan adalah penting. Aktivitas perlu untuk menekan kelurusan tubuh yang tepat.
18. Penggunaan dari aktivitas yang berirama untuk menyaring koordinasi yang diinginkan.
19. Keterampilan-keterampilan gerakan khusus dikembangkan dan dipilih pada akhir periode ini. Pentingnya waktu luang untuk praktek, dorongan, dan instruksi selektif.
20. Keikutsertaan yang muda di dalam aktivitas olahraga yang bersifat untuk perkembangan yang sesuai dan menghubungkan kebutuhan dan minat dari anak-anak harus diberikan dorongan.

2. Tahap Perkembangan Motorik
Dalam bukunya David. L. Gallahue., John C. Ozmun (1997). Understanding Motor Development (Infant, Children, Adolecents, Aduls), bahwa perkembangan motorik diklasifikasi ke dalam periode, fase dan tahapan perkembangan gerak. Pada setiap periode ditunjukkan oleh beberapa periode yang ini ditunjukkan oleh fase perkembangan gerak ini dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan sehari-hari, sebagai wahana rekreasi dan pemanfaatan kehidupan persaingan atau prestasi, dapat dilihat gambar berikut

Pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan
kehidupan kehidupan kehidupan
sehari-hari rekreasi persaingan







PERKEMBANGAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PERIODE UMUR MOTORIK





14 tahun keatas Tahapan pemanfaatan kehidupan
11-13 tahun TAHAP GERAKAN Tahap penerapan
7- 10 tahun KHUSUS Tahap peralihan

6-7 tahun Tahap Dewasa (Matang)
4-5 tahun TAHAPAN GERAKAN Tahap Dasar
2-3 tahun DASAR Tahap Awal

1-2 tahun TAHAP GERAKAN DASAR Tahap Pra-awas
dari lahir – 1 tahun BELUM SEMPURNA Tahap Hambatan Refleks

4 bulan -1 tahun TAHAP GERAKAN REFLEKSIF Tahap Penerimaan Informasi
masih janin – 4 bulan Tahap Penguraian Informasi


Gambar Tahap Perkembangan Motorik

Sebagai penjelasan dari gambar di atas sebagai berikut:

1. Tahap Gerakan Refleksif
Gerakan yang pertama kali dilakukan oleh janin bersifat refleksif. Refleks adalah gerakan yang bersifat tidak sengaja yang membentuk dasar tahap perkembangan motorik. Macam gerak reflek; refleksif sederhana (contoh: bayi mencari dan menyusu) dan refleksif postural adalah bentuk kedua dari gerakan tanpa disengaja/ kelihatannya disengaja (contoh: menggenggam pada tangan).
2. Tahap Gerakan Dasar Belum Sempurna
Tahap Hambatan Refleks (tahap hambatan refleks pada tahap pergerakan dasar mungkin dianggap sebagai permulaan kelahiran) dan tahap Pra-awas (setelah berumur sekitar 1 tahun, anak-anak mulai melakukan ketelitian dan pengawasan terhadap gerakan mereka).
3. Tahap Gerakan Dasar
Kemampuan gerakan dasar pada anak-anak merupakan hasil pertumbuhan tahap perkembangan dasar pada bayi. Tahap perkembangan motorik tersebut adalah; tahap awal, (menyajikan tujuan pertama anak-anak ketika berusaha untuk menampilkan kemampuan dasar), tahap dasar, (meliputi kontrol yang lebih besar dan koordinasi ritme gerakan dasar yang lebih baik), tahap dewasa/ matang), (karakteristk gerakan efisien, terkoordiasi dan terkontrol)
4. Tahapan Gerakan Khusus
Pada tahap ini sudah terbentuk dasar keterampilan stabilitas, lokomotor dan manipulasi yang sudah di kombinasi dan kolaborasi dengan beberapa jenis keterampilan

D. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Kelas I, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya 1.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
1.2 Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
1.3 Mempraktikkan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri


Penerapan teori dan konsep belajar, belajar gerak, human movement, periodi, tahap perkemangan, kareteristik perkembangan dan tahapan belajar gerak ke dalam sebuah rencana pengajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran kelas I semester 1 sekolah dasar.
SILABUS

Sekolah : SDN 207 Jati Bening Bekasi Barat
Kelas : 1 ( Satu )
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Semester : 1 (satu)
Standar Kompetensi : Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai
yang terkandung di dalamnya
NO Kompetensi Dasar Indikator Materi Pelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber
1 1.4 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
Kognitif:
• Memahami dan mengerti konsep tentang gerak dasar jalan, lari, lompat
Afektif:
• Memahami dan dapat mengambil nilai percaya diri
Psikomotor:
• Dapat berjalan dengan koordinasi gerak yang benar
• Dapat berlari dengan koordinasi gerak yang benar
• Dapat melompat dengan koordinasi gerak yang benar


• Pola gerak dasar lokomotor





• Guru menjelaskan konsep tentang gerak dasar jalan, lari, lompat serta nilai percaya diri
• Siswa mendiskusikan konsep jalan, lari, lompat
• Berjalan ke depan dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke belakang dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke kiri dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke kanan dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke kanan dan ke kiri dengan dengan sikap dan gerakan yang lebih cepat
• Variasi lari ke depan ke belakang ke kiri dan ke kanan
• Gerakan melompat melewati rintangan tali setinggi 10 cm
• Gerakan melompat ke berbagai arah • Tes Keterampilan 4 x 30 menit
Buku Penjaskes
Pluit
Stop Watch



Teori-teori yang dipakai dalam menyusun RPP ini adalah:

1. Belajar motorik diartikan sebagai suatu pola latihan yang dilakukan secara terencana dengan baik sehingga seseorang dapat melakukan suatu gerakan dengan benar, dan dapat memperbaiki kesalah gerakan yang dilakukannya, teori ini dikupas oleh Schmidt, (1975). Artinya: untuk mencapai tingkat keterampilan yang optimal harus dilakukan secara berulang-ulang. Empat konsep belajar gerak (a) suatu proses untuk memperoleh keterampilan, (b) akibat pengalaman praktik, (c) belajar tidak bisa terukur secara langsung (d) menghasilkan perubahan-perubahan permanen secara relatif di dalam perilaku sebagai hasil belajar, (schmidt, 1988).

2. Tahapan belajar gerak akan mengadopsi model Three-Stage Model (Fitts & Posner’s) dan Two-Stage Model (Gentile's), yaitu: kognitif, asosiatif, dan autonomus. Dan Gentile's Two-Stage Model yaitu belajar melalu pendekatan terbuka dan tertutup.

3. Konsep Human Movement, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi gerak manusia pada umumnya, yaitu : individu, lingkungan dan tugas. Artinya; individu adalah siswa kelas 1 sekolah dasar ; lingkungan termasuk ketersediaan sarana dan kemampuan guru dalam mengajar; task adalah tugas diberikan dalam bentuk yang bervariasi.

4. Konsep Periodisasi, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik: contoh yang dipilih adalah kelas 1 sekolah dasar, dalam hal ini masuk ke dalam periode usia 2 – 7 tahun, tahap awal, tahap dasar dan tahap dewasa (matang). Artinya; Keterampilan yang dipelajari siswa dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan zaherí-hari dan ajang rekreasi.

5. Karakteristik siswa kelas 1 sekolah dasar: Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan kiri, Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan, Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah, Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar, Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan, Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan, Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan dan ketrampilan-ketrampilan atletis, Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih banyak kemampuan-kemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir periode ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SD/MI : SDN 207 Jati Bening Bekasi Barat
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : I / 1 (ganjil)
Standar Kompetensi : Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/
aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar : Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam
permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran,
kerjasama, toleransi dan percaya diri

Indikator
Kognitif:
- Memahami dan mengerti konsep tentang gerak dasar jalan, lari, lompat
Afektif:
- Memahami dan dapat mengambil nilai percaya diri
Psikomotor:
 Dapat berjalan dengan koordinasi gerak yang benar
 Dapat berlari dengan koordinasi gerak yang benar
 Dapat melompat dengan koordinasi gerak yang benar

Alokasi Waktu : 4 x 30 menit (2 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat memahami konsep jalan, lari dan lompat
b. Siswa dapat berjalan dengan pola gerak yang benar
c. Siswa dapat berlari dengan pola gerak yang benar
d. Siswa dapat melompat dengan pola gerak yang benar

B. Materi Pembelajaran: Pola gerak dasar lokomotor
C. Metode Pembelajaran
 Demonstrasi
 Penugasan
 Ceramah
 Eksplorasi

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1 (2 x 30 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

 Melakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari kecil, dan melakukan penguluran untuk seluruh tubuh dipimpin oleh guru.
 Guru menjelaskan konsep jalan, lari dan lompat sambil memperagakan, dan siswa mencobakan gerakan tersebut. (Karateristik : Mereka belum mampu berpikir abstrak (Gallahue))
 Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang arti penting aktivitas jasmani bagi tubuh




2. Kegiatan Inti (40 menit)

 Berjalan ke depan dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke belakang dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke kiri dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke kanan dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke kanan dan ke kiri dengan dengan sikap dan gerakan yang lebih cepat
 Variasi lari ke depan ke belakang ke kiri dan ke kanan
 Gerakan melompat melewati rintangan tali setinggi 10 cm
 Gerakan melompat ke berbagai arah

3. Penutup (10 Menit)

 Pendinginan dengan melakukan aktivitas ringan
 Memberikan penilaian terhadap unjuk kerja teman




Pertemuan 2 (2 x 30 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

 Melakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari kecil, dan melakukan penguluran untuk seluruh tubuh dipimpin oleh guru.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang arti penting aktivitas jasmani bagi tubuh

2. Kegiatan Inti (40 menit)

 Permainan berjalan di atas garis lurus dengan posisi tubuh yang benar
 Berjalan ke perbagai arah dengan isyarat
 Permainan hijau dan hitam
 Permainan elang dan induk ayam
 Melompati angka-angka yang ditebar di lantai secara berurutan
 Melompati batu kecil yang di tebar di lantai dengan jarak antar batu 0,5 m, dengan mengasumsilkan batu sebagai kotoran

3. Penutup (10 Menit)

• Pendinginan dengan melakukan aktivitas ringan
• Memberikan penilaian terhadap unjuk kerja teman



KEPUSTAKAAN:

Anne Shumway-Cook & Marjorie H. Woollacott,(2001) “Motor Control” Theory and Practical Applications. Second Edition. Walnut Street Philadelphia Pennsylvania USA.

Cheryl A. Coker (2004). Motor Learning and Control for Practitioners. (Halaman 97-103) Library of Congres Cataloging in Publication Data. USA

David. L. Gallahue., John C. Ozmun (1997). Understanding Motor Development (Infant, Children, Adolecents, Aduls). Boston: MC. Graw Hill.

Depdiknas (2007). Permendiknas No. 22 tahun 2007 tentang “Standar Isi Pendidikan”. hal 705

Nyanyu Khodijah, Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Belajar Reflektif, (Pada Sebuah Desertasi)

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MOTORIK

1. Belajar dan Pembelajaran
1.1. Tinjauan dari segi Ontologi
Pengertian ”Belajar” sangat bervariasi menurut beberapa ahli, Gagne dan Briggs mendefinisikan belajar sebagai serangkaian proses kognitif yang mentransformasi stimulasi dan ling¬kungan ke dalam beberapa fase pemrosesan informasi yang dibutuh¬kan untuk memperoleh suatu kapa¬bilitas yang baru . Sedangkan menurut Bell-Gredler bahwa belajar sebagai proses perolehan berbagai kompetensi. keterampilan, dan sikap . Sedangkan definisi belajar yang didasarkan pada prespektif behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri, yaitu: (1) proses tersebut membawa perubahan baik aktual maupun potensial, (2) pe¬rubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan (3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja .
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar . Setyosari dan Sihkabuden berpendapat bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas komponen-komponen, yaitu: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, yang didalamnya termasuk penggunaan metode pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, serta penilaian hasil belajar . Menurut Sanjaya pembelajaran diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa .
Jadi dari definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

1.2. Tinjauan dari segi Epistomologi
Ada beberapa cara dalam melakukan proses belajar, diantaranya adalah melalui teori belajar kognitif yang menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-perubahan proses mental internal yang digunakan dalam upaya me¬mahami dunia eksternal. Perspektif kognitif. belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan pe¬rubahan perilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan. keyakinan. keterampilan, harapan dan me¬kanisme lain. Fokus teori kognitif adalah potensi untuk berperilaku dan bukan pada perlakunya sendiri. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses-proses mental seperti berpikif. dan memfokuskan pada apa yang .terjadi pada pemelajar. Proses ini memungkinkan pemelajar untuk menginterpretasi dan mengorganisir informasi secara aktif.
Cara melakukan proses belajar yang lain adalah dengan teori konstruktivis yang me¬mandang ilmu pengetahuan bersifat non-objective, temporer, dan selalu berubah. Pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognisi si pemelajar bukan berada secara terpisah di luar diri si pemelajar. Oleh karena itu, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai penyusunan pengetahuan dan pe¬ngalaman kongkrit, melalui aktivitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Activitas yang demikian memung-kinkan si pemelajar memiliki pe¬mahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pe¬ngalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikan¬nya.
Sedangkan cara belajar berdasarkan teori behavioristik menekankan proses belajar sebagai perubahan relatif permanen pada perilaku yang dapat diamati dan timbul sebagai basil pengalaman. Seluruh kegiatan belajar adalah didasarkan pada jaringan asosiasi atau hubungan (bonds) yang dibentuk antara stimulus dan respon, teori ini juga disebut trial and error learning. Hal ini karena hubungan yang terbentuk antara stimulus dan respon tersebut timbul terutama melalui trial and error, yaitu suatu upaya mencoba berbagai respon untuk mencapai stimulus meski berkali-kali me-ngalami kegagalan.

1.3. Tinjauan dari segi Aksiologi
Ada banyak manfaat dan hasil dari proses belajar, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang teradi pada diri individu yang belajar. Menurut Gagne dan Briggs, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh Se¬seorang setelah ia mengikuti suatu proses pembelajaran tertentu . Reige¬luth mengatakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang .
Menurut Bloom, bentuk hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran meliputi tiga domain, yaitu: kognitif, afektif. dan psikomotorik Kognitif adalah hail belajar berupa kernampuan mengingat atau me¬reproduksi hal-hal yang telah dipelajari, juga berupa kemampuan menyelesaikan tugas-tugas inte¬lektual guna menentukan masalah mendasar dan kemudian menyusun ulang bahan-bahan yang diajarkan atau mengkombinasikanya dengan ide, metode, atau prosedur yang dipelajari sebelumnya Afektif adalah basil belajar berupa kondisi pe¬rasaan, emosi. atau tingkat pe¬nerimaan atau penolakan terhadap din sendiri, guru. petajaran, atau semua hal yang berkaitan dengan apa yang dipelajari. Sedang psi¬komotorik adalah hasil belajar berupa kemampuan motorik. memanipulasi benda dan objek. atau melakukan tindakan-tindakan yang membutuh¬kan koordinasi neuromuscular.
Hasil pembelajaran dapat di¬kategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: efektivitas pembelajaran. efisiensi pembelajaran. dan daya tarik pem-belajaran . Efektivitas pembelajaran diukur dan tingkat prestasi yang dicapai siswa. Prestasi siswa bentuknya bermacam ¬macam mulai dari yang sifatnya pengetahuan genenik seperti mamptu memecahkan masalah. mampu me¬nemukan hubungan. mampu berpikir logis. hingga pengetahuan yang sifatnya spesifik.

2. Pembelajaran Motorik
2.1. Tinjauan dari segi Ontologi
Pembelajaran motorik didefinisikan sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran/keahlian motorik.
Ada empat konsep yang tercermin dalam pembelajaran motorik, yaitu: (1) Pelajaran adalah suatu proses dari memperoleh kemampuan untuk tindakan yang trampil. (2) Pelajaran diakibatkan oleh pengalaman atau praktek. (3) Pelajaran tidak bisa diukur secara langsung; sebagai gantinya adalah inferred dari perilaku. (4) Hasil belajar yang relatif ada perubahan yang permanen di dalam perilaku.
Closed-Loop Teori Adams menerangkan proses pengulangan tertutup, umpan balik yang berhubungan dengan perasaan digunakan untuk produksi secara berkelanjutan dari pergerakan yang trampil. Gagasannya adalah bahwa di dalam pembelajaran motorik, umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan telah dibandingkan di dalam sistem saraf yang disimpan dimemori dari pergerakan.
Menurut Teori Bagan Schmidt, teori bagan itu menekankan kendali proses pengulangan terbuka dan konsep program motor yang disamaratakan. Schmidt yang mengusulkan program motorik itu tidak berisi pokok-pokok dari pergerakan tetapi sebagai gantinya berisi aturan umum untuk suatu kelas yang spesifik tentang pergerakan. Ia meramalkan bahwa ketika belajar suatu program motorik yang baru, individu yang belajar suatu yang umum satuan perintah bahwa dapat diberlakukan diberbagai konteks.
Teori ekologis dari Karl Newell menyatakan bahwa pelajaran motorik adalah suatu proses meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan dengan cara konsisten dengan tugas dan batasan lingkungan.
Dari beberapa istilah diatas, dapat diambil benang merah menurut penulis, bahwa pembelajaran motorik adalah proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran/keahlian motorik yang digunakan secara berkelanjutan dari pergerakan yang trampil

2.2. Tinjauan dari segi Epistomologi
Langkah-langkah awal didapatnya ketrampilan dan menguraikan pembelajaran motorik yang terjadi adalah sebagai berikut:
2.2.1. Model Bagian - Fitts and Posner Three
Ada tiga bagian utama yang dilibatkan di dalam ketrampilan belajar motorik. Langkah yang pertama pelajar mempunyai hubungan dengan pemahaman sifat alami tugas, mengembangkan strategi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas itu, dan menentukan bagaimana tugas harus dievaluasi. Di langkah ini orang mengadakan percobaan dengan berbagai strategi, menunda. yang tidak bekerja dan memelihara yang dilakukan.
Langkah kedua yang didapatnya ketrampilan sebagai langkah associative. Pada waktu sekarang orang mulai menyaring ketrampilan itu. Selama langkah ini ada lebih sedikit variabilitas di dalam pencapaian, dan peningkatan juga terjadi pelan-pelan. aspek Langkah ini berlangsung hari ke minggu atau bulan, tergantung dengan pemain dan intensitas dari praktek.
Langkah yang ketiga digambarkan ini oleh automatis dari ketrampilan dan derajat tingkat yang rendah tentang perhatian yang diperlukan untuk pencapaiannya, langkah ini orang dapat memulai untuk perhatiannya kepada aspek lain dari ketrampilan secara umum, seperti membaca sekilas lingkungan untuk rintangan yang mungkin menghalangi capaian, atau memusatkan pada suatu tugas yang sekunder, atau menyelamatkan energinya agar menghindari kelelahan.
2.2.2. Model Bagian - System Three
Teori ini menyatakan bahwa ketika pelajaran bayi yang pertama adalah suatu ketrampilan yang baru, tingkatan kebebasan badan dibatasi ketika mereka melaksanakan tugas yang lebih mudah untuk dilaksanakan.
Langkah-langkah dari pembelajaran motrik ini adalah: langkah bayi, di mana pergerakan yang mudah untuk mengurangi tingkat kebebasan. Mereka menyatakan bahwa ini menggabungkan berbagai persendian bersama-sama sehingga mereka berpindah dengan perbaikan yang banyak dilibatkan di pergerakan.
Langkah yang kedua, yang disebut langkah tingkat lanjut, adalah mulai melepaskan tingkat kebebasan tambahan dengan membiarkan pergerakan pada persendian. Sekarang persendian dapat dikendalikan dengan bebas sebagaimana diperlukan untuk persyaratan tugas. Singkatan yang bersama tentang agonist dan otot lawan pada suatu persendian dikurangi, dan sinergi otot ke seberang sejumlah persendian digunakan untuk menciptakan suatu dikoordinir pergerakan yang lebih yang dapat menyesuaikan diri.
Langkah yang ketiga, memulai langkah yang lebih, dimana individu telah melepaskan semua tingkat kebebasan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas terbaik dan efisien dalam mengkoordinir jalan. Sebagai tambahan. Individu telah mempelajari untuk mengambil keuntungan dari mekanika dari sistem musculoskeletal dan tentang lingkungan dan untuk mengoptimalkan efisiensi dari pergerakan.

2.2.3. Model Bagian - Gentile’s Two
Di langkah yang pertama sasaran pelajaran adalah untuk mengembangkan suatu pemahaman dari dinamika itu. Pada pelajaran langkah ini adalah membawa gagasan untuk persyaratan dari pergerakan. Ini meliputi pemahaman sasaran tugas, mengembangkan strategi pergerakan yang sesuai menuju keberhasilan sasaran, dan pemahaman lingkungan yang kritis bagi organisasi dari pergerakan itu.
Di langkah yang kedua, fiksasi/ diversifikasi langkah itu, sasaran adalah untuk menyaring pergerakan itu. Pergerakan meliputi kedua-duanya yang mengembangkan kemampuan dari adaptasi pergerakan dan permintaan lingkungan dan melakukan tugas secara konsisten dan secara efisien. Suatu penyajian dari konsistensi pergerakan yang terjadi dengan praktek di bawah kondisi-kondisi yang tak berubah-ubah. Di dalam kontras, membuka ketrampilan ditandai dengan mengubah kondisi kondisi lingkungan dan oleh karena itu memerlukan penganeka ragaman pergerakan.

2.3. Tinjauan dari segi Aksiologi
Adapun manfaat atau tujuan dalam pembelajaran motorik diantaranya adalah sebagai berikut: untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan ketrampilan; dari hasil belajar motorik relatif ada perubahan yang permanen di dalam perilaku yang lebih benar dalam gerakan; selain itu umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan telah ada dan diterapkan di dalam sistem saraf yang disimpan dimemori untuk pergerakan; serta bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan secara konsisten dan automatis dari ketrampilan motorik dan untuk mengambil keuntungan dari mekanika sistem musculoskeletal untuk mengoptimalkan serta efisiensi dari konsistensi pergerakan.

PENILAIAN BELAJAR DENGAN MENGAMATI DAN LATIHAN,TES

Orang yang menilai belajar harus membuat kesimpulan dari
mengamati kinerja selama latihan dan tes
Setiap profesional terlibat dalam instruksi motor biasanya memiliki keterampilan untuk menyediakan beberapa jenis penilaian untuk menentukan apakah siswa atau pasien telah belajar apa yang telah diajarkan profesional. Kedua berikut situasi, umum dalam pendidikan jasmani dan pengaturan rehabilitasi, memberikan contoh menilai pentingnya belajar
. Dalam diskusi tentang penilaian pembelajaran, kita perlu menjaga dua istilah penting yang berbeda: kinerja dan belajar. Perbedaan ini membantu kita menetapkan definisi yang tepat untuk belajar istilah, melainkan juga membantu kita mempertimbangkan kondisi yang sesuai di mana kita harus melihat kinerja, sehingga kita dapat membuat kesimpulan yang valid tentang belajar.
Kinerja Dan belajar
Secara sederhana, kinerja adalah perilaku yang dapat diamati. Jika Anda amati orang berjalan di koridor, Anda mengamati kinerja keterampilan berjalan. Demikian pula, jika Anda mengamati seseorang memukul bola bisbol, Anda mengamati kinerja Keterampilan memukul bola. Ketika digunakan dengan cara ini, Kinerja merujuk pada pelaksanaan keahlian pada waktu tertentu dan dalam situasi tertentu. Belajar, di sisi lain, tidak dapat diamati secara langsung, tapi hanya dapat disimpulkan dari karakteristik kinerja seseorang.
Sebelum mempertimbangkan definisi yang lebih formal untuk belajar, berpikir tentang seberapa sering kita membuat kesimpulan tentang keadaan internal orang berdasarkan apa yang kita amati mereka lakukan. Sebagai contoh, ketika seseorang tersenyum (perilaku yang diamati), kami menyimpulkan bahwa dia senang. Ketika seseorang menangis, kami menyimpulkan bahwa dia sedih, atau mungkin sangat bahagia.



Kinerja Umum Karakteristik Skill Belajar
Kita dapat mengamati kinerja empat karakteristik umum sebagai keterampilan pembelajaran berlangsung.
Peningkatan. Pertama, kinerja keterampilan menunjukkan peningkatan selama periode waktu. Ini berarti bahwa orang tersebut melakukan pada tingkat yang lebih tinggi keterampilan pada beberapa waktu kemudian dari pada beberapa waktu sebelumnya. Penting untuk dicatat di sini bahwa pembelajaran tidak terbatas pada pengolahan essarily perbaikan kinerja. Ada kasus di mana hasil praktek dalam kebiasaan buruk, yang pada gilirannya mengakibatkan kegagalan kinerja yang diamati menunjukkan peningkatan. Bahkan, kinerja sebenarnya dapat menjadi lebih buruk sebagai praktek terus. Tapi karena teks ini berkaitan dengan perolehan keterampilan, kami akan berfokus pada belajar karena melibatkan perbaikan kinerja.
Konsistensi. Kedua, sebagai pembelajaran berlangsung, kinerja menjadi semakin lebih konsisten. Ini berarti bahwa dari satu upaya ke yang lain, tingkat kinerja seseorang harus menjadi lebih serupa. Pada awal belajar, tingkat kinerja biasanya cukup bervariasi dari satu upaya yang lain. Akhirnya, bagaimanapun, kinerja menjadi lebih konsisten. Sebuah istilah terkait di sini adalah stabilitas. Sebagai konsistensi kinerja meningkatkan keterampilan, karakteristik perilaku tertentu kinerja menjadi lebih stabil. Ini berarti bahwa perilaku baru yang diakuisisi tidak mudah terganggu oleh perubahan kecil dalam karakteristik pribadi atau lingkungan.
Ketekunan. Karakteristik penampilan ketiga umum kita amati dutrig belajar adalah ini: kemampuan peningkatan kinerja yang ditandai dengan peningkatan jumlah ketekunan. Ini berarti bahwa sebagai pribadi kemajuan yang belajar keterampilan, kemampuan performa yang ditingkatkan berlangsung selama masa-kekusutan dalam waktu. Karakteristik penting dari keterampilan belajar adalah bahwa orang yang telah belajar suatu keterampilan harus mampu menunjukkan tingkat peningkatan kinerja hari ini, besok, minggu depan, dan seterusnya. Karakteristik kegigihan berkaitan dengan penekanan pada definisi kita tentang belajar pada peningkatan kinerja yang relatif permanen.
Adaptasi. Akhirnya, sebuah karakteristik umum yang penting kinerja yang berhubungan dengan keterampilan belajar adalah bahwa peningkatan kinerja yang mampu beradaptasi-berbagai karakteristik konteks kinerja. Kami tidak pernah benar-benar melakukan keterampilan yang semuanya dalam konteks kinerja adalah persis sama setiap kali. Ada sesuatu yang berbeda setiap kali kita melakukan suatu keterampilan. Perbedaannya mungkin keadaan emosi kita sendiri, karakteristik kemampuan sendiri, perbedaan lingkungan seperti perubahan kondisi cuaca, tempat di mana kita melakukan keterampilan, dan sebagainya. Dengan demikian, kinerja keterampilan yang berhasil membutuhkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dalam pribadi, tugas, dan / atau karakteristik lingkungan.
Menilai Belajar dengan Mengamati Kinerja Praktik
Salah satu cara kita dapat menilai belajar adalah untuk merekam tingkat ukuran kinerja selama periode waktu praktek keterampilan seseorang. Sebuah cara yang umum untuk melakukan ini adalah untuk menggambarkan kinerja grafis dalam bentuk kurva kinerja. grafik dapat menggambarkan kinerja dengan mengembangkan kurva kinerja untuk mengukur hasil kinerja. Kinerja kurva untuk tindakan kinematik.Kita dapat merekam dan menampilkan grafis tidak ukuran hasil saja, tetapi juga mengukur kinerja produksi, seperti kinematika. Menilai Belajar dengan Tes Retensi
Sarana lain menyimpulkan belajar dari kinerja meneliti karakteristik kegigihan kinerja ditingkatkan karena berlatih b. keterampilan. Cara khas untuk mengelola tes retensi dalam situasi keterampilan motorik adalah memiliki orang-orang melakukan keterampilan mereka telah berlatih setelah jangka waktu tertentu selama mereka tidak benar-benar mempraktekkan keterampilan. Tujuan dari tes retensi adalah untuk menentukan derajat keabadian atau bertahannya tingkat kinerja yang telah dicapai selama latihan, memiliki periode waktu dengan praktek tidak memungkinkan jenis penilaian. Menilai Belajar dengan Transfer Tes berarti ketiga menyimpulkan belajar meneliti aspek adaptasi dari perubahan kinerja yang berkaitan dengan pembelajaran.
Kita telah membahas empat metode untuk menilai belajar. Satu metode adalah untuk mencari perbaikan dan karakteristik konsistensi kinerja sebagai praktek orang. Kita bisa melihat ketika kita plot kurva hasil kinerja atau ukuran kinerja kinematik selama latihan. Metode kedua adalah dengan menggunakan tes retensi. Dalam metode ini, tester menilai karakteristik kegigihan keterampilan belajar dengan mengharuskan seseorang untuk melakukan keterampilan dilakukan setelah periode waktu di mana dia tidak berlatih. tes Transfer adalah metode sepertiga dari jumlah menilai seseorang telah belajar, serta kemampuan-nya dibeli untuk beradaptasi dengan kondisi kinerja baru. Tes transfer memerlukan pelajar untuk melakukan baik keterampilan berlatih dalam situasi yang baru atau variasi baru.