belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Jumat, 11 Juni 2010

PRINSIP PEMBELAJARAN GERAK DAN TRANSFER


PRINSIP PEMBELAJARAN GERAK DAN TRANSFER
A. Motivasi dan teori drive
Motivasi dapat di devinisikan sebagai ‘mekanisme yang internal dan ransangan eksternal yang mempengaruhi prilaku secara langsung’ (Sage, 1977)
Ada banyak teori motivasi. Satunya teori drive, memandang belajar sebagai pengembangan terhadap ‘kebiasaan’, yaitu dalam hal ini kebanyakkan masalah respon tingkah laku cocok dengan masalah gerakan yang perlu untuk di pecahkan. .

Teori ini adalah suatu teori yang sangat kompleks dalam keseluruhan nya, tetapi penguraiannya sederhana dan berlaku untuk aktivitas fisik, kesannya bahwa bagaimana gerakkan itu muncul, sebagai contoh didalam seni dar tari koreografi atau penampilan keterampilan tertentu didalam suatu permainan, ini menghasilkan kebutuhan untuk kemampuan, kebutuhan untuk memecahkan masalah.
Kebutuhan ini pada gilirannya dikembangkan sebagai pengarah dan suatu perangsang untuk belajar atau untuk memecahkan masalah dan juga suatu kebiasaan cara melakukan ketrampilan. Maka kita mulai untuk praktek. Pada mulanya kinerja tidaklah efektif, tetapi sukses datangnya dirasakan sebagai reward dan bertindak sebagai reinforcement (penguatan). Sebagai hasilnya suatu simpanan memori ditempa melalui stimulus dan respon. Hubungan stimulus dan respon dapat digambarkan :

Sebagai peningkatan kinerja kita, agar kebiasaan diperkuat dan mendorong untuk melanjutkan pelajaran yang masih kurang. Dalam hal ini guru atau pelatih harus menyampaikan masalah ini untuk memlihara minat dan motivasi. Hal yang penting pada teori ini adalah bahwa belajar adalah penting untuk mengenali apa yang telah dipelajari tergantung dorongan, yaitu merangsang untuk melakukan dan menguasai keterampilan atau memecahkan masalah; tanpa pendorong, pelajaran tidak akan terjadi. Kita menganggap motivasi termasuk suatu konteks yang lebih luas.


B. Teori Asosiasi
Masing-masing psikolog tidak sama menyatakan arti pentingnya teori belajar dalam hubungannya dengan stimulus dan respon untuk (kinerja). Teori belajar, yang memusatkan pada berbagai cara yang memusatkan pada berbagai cara yang dikenal dengan ‘stimulus-respon (S-R)’ Atau’ Asosiasi’ Atau” Connectionst’ Teori. Menurut mereka terdapat dua macam condisioning yaitu Istrumental dan clasical.
1. Clasical Kondisioning
Ini adalah suatu format Dasar S-R belajar. Telah dipelajari oleh Pavlov, seorang Ahli Fisiologi Rusia yang menggunakan anjing sebagai obyeknya. Di dalam suatu eksperimen dikendalikan, ia memperkenalkan makanan kepada anjing lapar, lebih dulu memukul lonceng beberapa detik lalu memberi makanan. Mencium bau dan menglihat makanan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur secara otomatis, sebagai refleks. Pada mulanya, bel tidak punya efek pada anjing (stimulus netral), tetapi setelah beberapa percobaan anjing memulai menyatu dengan bunyi bel dan makanan, dan mulai untuk mengeluarkan air liur secepat bel dibunyikan, bahkan sebelum makanan di produksi. Ini menunjukkan kepada guru atau pelatih harus memberikan contoh bukan prilaku baru, tetapi untuk memberi tindakkan dengan cara yang sama kepada suatu stimulus yang pertama dengan yang kedua. Contoh dalam belajar gerak pelatih atau guru memberikan gerak tertentu secara berulang-ulang untuk membentuk respons secara refleks.
Jadi dalam belajar classical kondisioning, orang yang belajar tidak memiliki kontrol terhadap reinforcement. Atau dengan kata lain, reinforcement tidak bergantung pada respons yang jelas, tetapi dibuat oleh orang yang belajar dan terjadi secara alami.
2. Operant (Instrumental) Condisioning
B.F. Skinner mengatakan belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Walaupun banyak prilaku kita tidak reflaksif, tetap di kondisikan, tidak sama dengan metode klasik. Yang secara alami terjadi, perilaku yang dipelajari tersebut ‘operant’ prilaku. Jika prilaku ini diberikan dalam beberapa cara, kemudian ada suatu kemungkinan ditingkatkan kemudian bisa terjadi lagi; nampaknya kita memprogramkan untuk mencari reward atau kepuasan. Seorang perenang muda sedang belajar jatuh memutar. Usaha yang pertama di jungkir balik (operant prilaku, telah di pelajari) tidaklah sukses, tetapi cepat atu lambat, kemugkinan secara kebetulan, kakinya menyentuh dinding dan bertolak secara efektif. Ini adalah suatu perasaan baik, terutama sekali jika pelatih memberi pujian dan dorongan. Kepuasan ini bertindak sebagi suatu hal fositif reinforce. Memperkuat koneksi antara stimulus dan respons. Ini dapat dilihat dalam gambar ;

Penguatan positif adalah suatu konsep secara langsung. Rasa kepuasan dapat di hasilkan oleh hasil respon, ketika digambarkan contoh gerakan jatuh berputar tersebut di atas, atau dapat diberi oleh para guru dalam wujud pujian.
Perlu di ingat pujian merupakan salah satu reinforcer jika ingin diberi kepuasan kepada palajar.
Penguatan negatif adalah agak lebih sukar untuk dipahami. Adalah penting bukan untuk mengacukan penguatan negatif dengan hukuman. Hukuman diberi sebagai konsekwensi suatu respon, maka diberikan hukuman untuk mencegah respon itu terjadi lagi. Contoh jika seseorang melakukan pelanggaran maka diberikan hukuman untuk tidak mengulangi lagi.
Skinner memperluas teori operant pengaruh keadaan untuk meliputi konsep ‘membentuk’. Ia menyebutnya dengan keterampilan komfleks, sebagai contoh suatu servis tenis, kamu tidak bisa seketika menguatkan keseluruhan tindakan sebab tidak mungkin berhasil baik pada percobaan pertama. Pelatih mungkin:
• Memberikan keterampilan gerak dari yang kecil, kemudian dengan mudah dipelajari bagiannya dan semakin meningkatkan, untuk membangun keterampilan yang utuh.
• Atau memperkenalkan keseluruhan keterampilan, tetapi ‘membentuk’ dengan kendali tindakkan yang benar sekalipun.
Instrumental condisioning memudahkan awal belajar tentang keterampilan. Sekali keterampilan dipelajari, tidak ad kebutuhan untuk melanjut penguatan dan demikian dan dapat secara berangsur-angsur menari mundur dan ditransfer kepelajaran yang lebih mengedepankan keterampilan.
Jadi dalam belajar instrumental condisioning, orang yang belajar harus melakukan sesuatu lewat cara tertentu sebelum diberikan reinforcement. Atau dengan kata lain reinforcement tersebut bergantung pada perilaku seseorang merupakan instrumen dalam mendapatkan sesutu yang di inginkan.

C. Hukum Thorndike’s dalam Pembelajaran
Thorndike (1932) sangat dipengaruhi oleh teori S-R. ia mencetuskan tiga hukum belajar (Lae of reandiness, law of efek, dan low exercise) terutama penting sekali dalam belajar keterampilan.
1. Law of Radiness (hukum kesiapan)
Pembelajaran hanya dapat berlangsung ketika sistem nerves yang cukup matang untuk diberikan sesuai dengan koneksi S-R, dasar tubuh dan membentuk keterampilan, seperti olahraga senam sederhana, harus di kembangkan kemudian diimlementasi pada gerakkan striking dan keterampilan menangkap. Ini konsep sistm nerves ksiapan adalah sebagi tambahan pokok terhadap kekuatan otot dan sebagai kematangan, yang juga sebagai bahan pertimbangan yang sangat penting.
2. Law of Efek (Hukum efek)
Pembelajaran terjadi ketika respon tertentu mempunyai pengaruh terhadap orang yang belajar,yaitu ketika respon adalah reinforced (penguatan).reinforce yang memuaskan dan dapat meningkatkan kekuatan atas sistem S-R dan meningkatkan respon secara berulang. Dengan demikian untuk memungkinkan awal kesuksesan adalah penting bagi seorang pelatih atau guru untuk meggunakan feedback positif untuk penguatan dalam proses belajar.
Jika pelajar mengetahui apa yang sedang di lakukannya untuk mencapai sesuatu, hasil pengamatan dapat bertindak sebagai suatu reinforcer positif dan kegagalan sebagai hukuman, tanpa seorang guru atau pelatih hkuman bisa terjadi pengganti penguatan. Proses ini telah di kenal sebagai belajar ‘ trial and error’. Ini tergantung pada pelajar mampu mengenali sukses dan untuk merasakan kepuasan respon atau sebagai alternatif untuk mengakui bahwa respon tidaklah sesuai dan untuk mencoba yang lain lagi. Permasalahan ini mendekati belajar keterampilan yang dapat memberikan pelajar untuk menentukan ‘bad habit’ yaitu. Menanggapi dengan seketika langkah awal sukses, tetapi itu tidak memberikan pengembangan lebih lanjut.
3. Law of exercise (hukuman latihan)
Pengulangan memperkuat sistem S-R, karena itulah pentingnya latihan. Walaupun suatu keterampilan munkin kelihatannya telah dipelajari secara efektif, namun latihan lebih mengarahkan ke arah ‘ penguasaan belajar’. Pengusaan belajar memastikan bahwa suatu keterampilan tidaklah mudah dilupakan dan dapat yang dilakukan dalam keadaan sulit dan bervariasi.

C. Teori Kongnitif
Teori S-R telah menjadi sangat berpengaruh dalam membantu kita untuk memahami bagaimana orang-orang menjadi trampil, tetapi banyak fsikolog , khususnya sekaranga ini, tidak percaya keseluruhan pendapat terdahulu. Mereka membantah bahwa tingkat, variasi dan kesempurnaan manusia belajar tidak bisa di terangkan semata-mata dengan sistem S-R. Sejumlah teori alternatif, yang dikenal sebagai teori kognitif yang di kemukakan. Ini di sebut kogntif sebab arah penekanannya lebih cendrung kepada proses berfikir dan pada pemahaman bagaimana konsep berhubungan pada suatu dengan yang lain di banding dengan penjelasan dalam teori S-R.
Tolman (1946) percaya bahwa prilaku adalah di arahkan oleh tujuan dan harapan, maka pelajar termotivasi berbuat ke arah tujuan yang mereka inginkan. Di dalam olahraga dan keterampilan pengetahuan yang membuat aktifitas tertentu. Pelajar maju kearah tujuan ( sebagai contoh, menjadi mampu yang Tolman sebut dengan ‘kognitif map’ tentang aktivitas, yang menjadi lebih rumit dan canggih seperti pelajar lebih terampil.
Suatu kelompok psikolog yang di sebut dengan ‘gestaltists’ mencetuskan dua prinsip belajar:
• Pembelajaran dapat di percepat dengan penggunaan “insight (pengertian yang mendalam)’atau instuisi’ untuk memecahkan suatu masalah. Sebagai contoh, seorang ahli senam dan pelatihnya mungkin inginn merangkai dua gerak pada suatu rangkaian pada senam lantai, tetapi tidaklah pasti bagaimana cara melakukan itu. Ahli senam boleh mengadakan percobaan dengan bebeapa gagasan (trial and error ) yang membantu memperjelas permasalahan tersebut dan beragai kemungkinan, dan kemudian tiba-tiba berkata saya mengetahui, bagaimana tentang dan menghasilkan solusi gerakkan, ini yang di sebut insight atu intuisi.
• Pelajaran adalah paling efektif ketika suau masalah di lihat secara keseluruhan atau ketika keseluruhan pola gerakan dapat dilatih. Ini memungkinkan pelajar tersebut untuk memahami semua isu dan keterkaitan yang perlu untuk di pertimbangkan. Oleh karna itu Gestaltists mendukung pelajar itu pelatihan servis tenis dengan sempurna, tanpa telalu menekannya kebagian bawah.

D. Teori Belajar Situasi
Teori belajar sosial menjelaskan bagaimana prilaku kita di pengaruhi oleh prilaku dari orang lain. Pelatih dan para guru menggunakan teori ini ketika mereka mendemostrasikan kerjanya sebagai tehnik pembelajaran. Demonstrasi adalah suatu tehnik pengajaran yang sangat baik dalam membentuk keterampilan ang trampil.
Demonstrasi adalah aplikasi terhadap ‘ memperagakan’ atau belajar observasional. Teori ini meyakini bahwa banyak perilaku sosial yang dipelajari melalui model pengamatan, dan prilaku terampil tanpa kecuali. Datu permasalahan dalam belajar observasional adalah bahwa para guru dan pelatih tidak bisa selalu mengendalikan pemaindalam pembelajaran. Seorang anak muda mungkin beklajar banyak sekitar keterampilan dari menyaksiakan pahlawan sepakbolanya, tetapi ia boleh juga mengambil beberapa kebiasaan tidak baik juga.
Bandura (1977) menyatakan bahwa ada empat proses belajar observational.
• Perhatian dan ingatan, yang berhubungan dengan penggaandaan keterampilan;
• Reproduksi motor dan motivasi, menentukan hasil kinerja.
Pelatih dan para guru mnggunakan model ini ketika mereka:
• Menuntut bahwa pemain harus mengindahkan istruksi
• Ingatan adalah proses mengingat prilaku yang di peragakan. Pelatih membantu memproses atau mengulamgi gerakan keterampilan.
• Reproduksi motor mengacu pada usaha belajar keterampilan mana yang di peragakan. Adalah penting bahwa pelatih telah mempertunjukan dengan tepat dan juga pelajar mempunyai fisik untuk mampu lakukan tugas.
• Orang cenderung untuk meniru apa menarik baginya dan termotivasi untuk mencapai. Pelatih yang baik harus paham cara mmotivasi atau penguatan kepada pemain demi keberhasialan pemain.

F. Teori Bagan
Teori bagan (schmidt, 1977) mengetahui bahwa apa yanga di simpan dalam memori bukanlah menentukan pola gerak (proram), tetapi satu set hubungan atau aturan yang menentukan hasil keterampilan. Ini adalah’ bagan’. ‘Satuan hubungan’ dapat di anggap sebagai jenis program; tetapi sesuatu yang sudah umum yang lakukan dengan cara berbeda menurut permintaan situasi. Suatu schema terdiri dari dua elements-recall dan pengenalan. Recall schema adalah bagian yang berfungsi untuk menghasilkan gerakan. Dibuat atas simpanan informasi memori jangka panjang terdiri:
• Kondisi awal yang mempergerakan diproduksi, yaitu dalam hubungan dengan bola.
• Spesifikasi respon yang di perlukan, yaitu kebutuhan gerakan, yaitu bagaimana memulai dan bagaimana cara melakukannya.
Bagan pengenalan adalah bagan yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi respon gerakan. Pada awalnya informasi disimpan dalam memori jangka pendek beda dengan recall schema.
Unsur-unsur informasi adalah:
• Konsekwensi sensorik, yaitu kinaesthtetik perasaan terhadap gerakan.
• Hasil Respon, yaitu terjadi sebagai hasil pergerakkan.
Ketika suatu gerakan telah selesai, semua unsur-unsur ini di simpan dalam memori jangka panjang untuk masa depan gerakkan yang mungkin terjadi serupa.
Schmidt (1977) ada beberapa inplikasi penting yang dikembangkan oleh teori schma untuk pembelajaran keterampilan motor:
• Seseorang belajar dari kesalahan.
• Terminal feedback adalah penting dalam belajar, sebab memperkuat penyimpanan memori.
• Praktek hatus bervariasi dan relevan terhadap pemain atau kompetisi.

G. Belajar Motorik dan Feedback
Dua yang perlu kita catat :
• Kita ketahui bahwa pengetahuan adalah suatu aspek pengaruh utama dalam teori belajar S-R.
• Bagaimana feedback kinaesthtetic mempunyai peranan penting didalam belajar motorik.

Kita memahami peran feedback didalam belajar keterampilan sedikit lebih detil, khususnya bagaimana guru atau pelatih dapat membangun feedback untuk membantu pelajar. Ada beberapa jenis feedback yang berbeda-beda akan di tunjukan dalam gambar berikut. Sebagian besar penyelidikkan menyatakan bahwa feedback mempengaruhi pembelajaran.

Intrinsik > suatu konskwensi penampilan alami
Di sajikan Oleh teacher/coach /video < Pengganti (tambahan) Internal > Diperoleh dari Propricioption
Di peroleh dari luar tubuh < Eksternal itu Bersamaan > terjadi selama kinerja
Terjadi setelah kinerja < terminal Immediate > terjadi dengan seketika mengikuti tindakkan
Terjadi bervariasi periode setelah tindakkan< menunda Pengetahuan pada kinrja > feedback memberi informasi tentang gerakkan pada aksi
Feedback memberi informasi tentang
hasil akhir aksi < hasil pengetahuan

1. Feedback untuk informasi
Feedback informasi salah satu asfek instrinsik maupun sekaligus sebagai tambahan. Tambahan feedback harus di susun oleh guru atau pelatih artinya feedback harus memberi (1) reinforement terhadap perbaikkan kinerja dan (20 membantu dengan mngoreksi kesalahan. Hal ini meliputi :
• Hasi kinerja
• Mengoreksi dan kesalahan aspek;
• Apakah gerakan respon yang benar ingin dirasakan;
• Penjelasan penyebab kesalahan ;
• Perubahan tknik atau taktik untuk mengoreksi kesalahan;
• Mengapa perubahan ini di usulkan.
Pelatih yang baik memberikan feedback informasi fositif dulu, sebelum mngoreksi kesalahan (Gambar) dan kmudian mmberikan kata-kata motivasi. Sebelum memberi feedback, pelatih juga membri pelajar sedikit pemahaman untuk mengevaluasi diri dan kesimpulan tentang kinerja yang dia capai.
Untuk pemula, feedback informasi seharusnya ringkas, terperinci secara teknis, jelas dan sederhana. Dipusatkan pada urutan dan pemilihan waktu sedemikian rupa sehingga program motor dapat berjalan secara efektif.
Informasi diberikan sedikit-sdikit terapi pengulangan nya sering dan selalu di kaitkan dengan hasil atau kesuksesan gerakkan.
2. Feedback Reinforcement
Reinforcement (penguatan) umumnya di gunakan pada awal langkah-langkah pemblajaran, dan seluruh tahap keterampilan terbuka. Dapat brupa tambahan atau intrinsik. Penguatan positif diberikan untuk memperkuat teknik yang di inginkan dapat digunakan untuk ‘membentuk’ respon. Dalam sport konteks penguatan positif pada umumnya berbentuk pujian dan dorongan.
Memberi penguatan melalui pujian, berarti tingkah laku yang di tampilkan tersebut diterima atatu diinginkan. Efeknya adalah anak akan berusaha untuk mrningkatkan tingkah laku yang di tampilkannya. Contoh seorang pelajar telah melakukuan gerakkan guling kedepan. Bila kualitas geraknya itu bisa di anggap memadai walaupun tidak begitu baik, berikanlah penguatan dengan pujian agar pelajar tersebut berusaha agar gerakan lbih baik lagi.
3. Feedback sebagai Hukuman
Pelatih dan para guru yang ideal mestinya tidak harus menghukum, karena pmain bukanlah malaikat dan ada kalanya berbuat jahat atau keberatan untuk menerima seorang pelatih atu nasihat guru. Hukuman membawa resiko dan harus digunakan dengan pantas dan hanya saja jika semua bentuk feedback nampak tidak seprti efektif atau tidak pantas. Maka hukuman tersebut tidak brarti apa-apa bahkan dapat menurunkan semangat pemain untuk brkembang.
Hukuman mestinya tidak:
• Kontak fisik atau melibatkan fisik;
• Merusak harga diri pelajar
• Disampaikan saat frustasi atau kemarahan.
Hukuman perlu:
• Dirasa seprti halnya oleh plajar;
• Diberikan setelah peringatn;
• Digunakan secara konsisten dan wajar;
• Digunakan untuk mnghindari perilaku yang tidak di inginkan;
• Disertai dengan penguatan fositif dan feedback motifasional;
4. Feedback sebagai motivasi
Pelajar termotivasi ketika mempunyai tujuan yang jelas dan ingin mencapainya. Penentuan sasaran dalam olahraga adalah suatu unsur penting di dalam belajar dan guru atau pelatih yang baik mmastikan dngan jelas bahwa pelajar mempunyai, tujuan sistematis bisa di jangkau dalam melakukannya.
Fedback motivasional mmberi informasi kpada pelajar sekitar kemajuan mereka ke arah tujuan tersebut. Membantu mereka memahami sejauh mana ukuran penampilannya dapat diperlukan untuk mencapai tujuan mereka. Utamanya membri kepercayaan diri dan kepercayaan untuk melanjut latihan elalui untung dan ruginya blajar. Mencontohkan pengalaman kejuaraan nasional, kedalam tujuan (mungkin dalam kaitan dengan pengalaman terbaik pribadi atau posoisi di liga) adalah suatu strategi motivasional sangat menolong. Tabel perkembangan dan pelatihan atau buku harian kompetisi adalah bermanfaat dalam semangat, sebab membantu plajar untuk melihat peningkatannya. Tetapi kebanyakan memuaskan feedback motivasional tentang kemajuan dari pengakuan atau cerita guru dan pelatih.

H. Pembelajaran Transfer
Teori schema nampaknya mengandung aspek tertentu untuk mempelajari salah satu keterampilan dapat menentukan penampilan di situasi lainnya yang srupa. Singer (1982) mengacu pada ‘hubungan sekarang dengan kemudian’ dan menyatakan bahwa kita jarang belajar secara total tentang keterampilan baru stelah setahun. Ini adalah disebut’transfer’ keterampilan mendapat literatur.
Transfer didefinisikan sebagai efek pelajaran dan kinerja suatu keterampilan yang di pelajari dialihkan kesituasi lain yang berbeda. Sebagai contoh apakah keterampilan memasukkan bola basket yang dilatih khusus diluar permainan bisa dialihkan dengan hasil yang sama ke dalam permainan yang sebenarnya. Dan perlu dicatat bahwa tidak semua transfer dapat meningkatkan pelajaran. Para guru dan pelatih mencoba untuk menggunakan transfer positif kapan saja. Stallings (1982) mengidentifikasikan berbagai bentuk transfer sebagai tambahan terhadap kategori umum seperti pada konsep berikut.
1. Skil-To-Skill - Antar dua keterampilan. Fakta menyatakan sedikit positif jangka panjang transfer positif.
2. Practice-To-Performance - Transfer positif mungkin haya terjadi jika kondisi-kondisi lingkungan adalah serupa pada kedua situasi.
3. Abilities-To-Skill - Kemampuan tidak mentransfer secara total kepada penampilan keterampilan yang menopang, tetapi kontribusinya mantap.
4. Limb-To-Limb - (Bi-Lateral) – transfer positif belajar dan latihan terjadi diantara otot (hand-hand; leg-leg). Efek kebanyakan jelas nyata transfer dari lebih ocok dengan tubuh kepada yang tidak cocok.
5. Principles-To-Skill - Menurut kondisi-kondisi belajar tertentu (Stalling, 1982, P.213) mengetahui prinsip keterampilan, yaitu kecepatan badan berputan, akan meningkatkan pelajaran dan hasil keterampilan.
6. Stage-T0-Stage - Pengembangan keterampilan motorik tergantung pada masing-masing yang membuat keterammpilan baru dan mereka mempelajari sebelumnya. Pola gerak pundamental dan hirarki kendali motor utama.
Transfer adalah suatu konsep kompleks dan bukanlah mudah untuk menerapkan dalam proses belajar mengajar. Apa yang dapat kita belajar dari literatur riset ?
• Semakin besar persamaan yang nyata diantara beberapa keterampilan, lebih besar kemungkinan terjadi transfer positif.
• Semakin besar perbedaan, semakin sedikit kemungkinan ada transfer positif.
• Jika keterampilan beberapa bagian memiliki persamaan tetapi mempunyai perbedaan khusus ada terjadi transfer negatif.
• Atlet belajar taktik dan teknik baru lebih efektif jika pelajaran baru merupakan andalan dan terkait dengan keterampilan telah dipelajari.
• Pelatih atau para guru perlu menekankan persamaan diantara beberapa keterampilan ketika pengajaran untuk transfer (yaitu dengan praktek pemain dibiarkan melemparkan bola dengan tangan sebelum mencoba suatu exploitasi permainan dengan alat dan tongkat).
• Pemahaman taktis dapat ditransfer (yaitu zona pertahanan bola basket dan netball).
• Prinsip umum permainan pertahanan dan serangan dapat ditransfer ke permainan invasi.
• Semakin banyak keterampilan pada awalnya telah dipelajari semakin efektif dalam transfer.
• Pada aktivitas transfer bilateral adalah pendorong (yaiut dribling bola basket, menendang sepak bola), itu adalah penting bahwa keterampilan sungguh baik dipelajari, lebih cocok dengan anggota tubuh sebelum transfer dicoba kepada yang lain.
Transfer merupakan aspek penting dalam pembelajaran. Ini mendukung prinsip latihan yang menyatakan bahwa perubahan menetap yang terjadi sebagai hasil dari belajar harus bisa digunakan pada saat diperlukan. Dengan demikian, dalam suasana pembelajaran gerak aspek transfer nebhadu ciri utama keberhasilan pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar