belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Minggu, 23 Mei 2010

KONSEP BELAJAR

KONSEP BELAJAR DAN KONSEP BELAJAR GERAK YANG MENDASARI PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
(Sekolah Dasar Kelas 1 Semester 1)

A. KONSEP BELAJAR DAN KONSEP BELAJAR GERAK
1. Konsep Belajar
Berbagai pendapat para ahli mengenai definisi belajar dalam Nyanyu Khodijah dapat disimpulkan sebagai berikut; belajar merupakan (a) sebuah proses (b) yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk pengetahuan, kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru (c) melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial (d) hasilnya ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik) dan (e) perubahan perilaku yang ditimbulkannya bersifat relative permanent. Kesimpulan ini diambil dari pendapat beberapa ahli di bawah ini; Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan dua konsep belajar dari Gagne & Bringgs dan Sumadi Suryabrata
Gagne dan Bringgs (1979: 154) belajar sebagai rangkaian proses kognitif yang mentranformasikan stimulasi dari lingkungan ke dalam beberapa fase pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru. Pendapat yang agak berbeda, Sumadi Suryabrata (2002:232), belajar merupakan proses yang memiliki tiga ciri, yaitu: (a) prosesetersebut membawa perubahan (actual maupun potensial), (b). perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan (c). dengan adanya usaha (sengaja).

2. Konsep Belajar Gerak
2.1. Definisi dari belajar gerak
Definisi dari belajar gerak mencerminkan empat konsep, yaitu: (a) suatu proses untuk memperoleh keterampilan, (b) akibat pengalaman praktik, (c) belajar tidak bisa terukur secara langsung (d) menghasilkan perubahan-perubahan permanen secara relatif di dalam perilaku sebagai hasil belajar, (schmidt, 1988). Studi tentang belajar motorik di dapat dari hasil modifikasi pergerakan dalam subjek normal. Pendapat pertama adalah belajar motorik ini diartikan sebagai media terapi atau ilmu pengobatan/klinis dari pada kelainan-kelainan fungsi fisik. Sebagai contoh Poebe J memberikan suatu tugas gerak pada seorang pasien berupa gerak berdiri secara simetris (dengan berat badan berada pada kedua kaki) pada sesi ilmu pengobatan, kegiatan ini dibeberikan secara berulang-ulang hingga pasien dapat berdiri dengan kedua kaki secara simetris. Dalam belajar gerak ini pasien diberikan stimulus tunggal secara berulang-ulang, sehingga sistem syarat dapat menterjemahkan tugas gerak yang diberikan, teori ini dibahas dalam teori clos-loop teori Adam (1971). Pendapat kedua adalah belajar motorik diartikan sebagai suatu pola latihan yang dilakukan secara terencana dengan baik sehingga seseorang dapat melakukan suatu gerakan dengan benar, dan dapat memperbaiki kesalah gerakan yang dilakukannya, teori ini dikupas oleh Schmidt, (1975).

2.2. Tahapan Belajar Gerak
a. Model Fitts dan Posner (Three-Stage Model)
Suatu model yang populer yang diusulkan oleh Fitts dan Posner (1967) menyatakan bahwa siswa menjalani tiga langkah-langkah yang terpisah jelas. Langkah yang pertama, cognitive stage, dinamai untuk derajat tinggi aktivitas teorinya. Selama cognitive stage ini, siswa pertama kali diperkenalkan dengan ketrampilan gerak yang baru, dan tugas yang utama itu untuk mengembangkan satu pemahaman persyaratan-persyaratan gerakan itu. Seorang siswa di dalam cognitive stage ini mungkin punya banyak pertanyaan-pertanyaan. Ciri-ciri khas pada tahap ini antara lain 1). Mengetahui dan memahami gerakan yg dipelajari berdasarkan informasi yang diterima baik secara verbal maupun non verbal, 2). Taraf mencoba gerakan, informasi diproses secara perceptual setelah prose itu kemudian mengambil keputusan dilakukan atau tidak gerakan tersebut, 4). Keputusan berupa merencanakan mengenai apa yang akan dilakukan dalam unjuk gerak terseut, 5).Pengerjaan tugas merupakan proses neuromuskular yang panjang.
Tahap yang kedua atau associative stage , ditandai oleh menandai perbaikan-perbaikan gerakan. Setelah mencoba banyak gerakan yang disertai dengan strategi gerakan, seorang siswa pada tahap ini menjadi merasa terikat dan memilih pada pola gerakan tertentu. Gerakan menjadi lebih konsisten, dengan sedikit kesalahan. Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/ kejadian dari luar dan juga memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan siswa untuk mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan
Pada tahap akhir pada model Fitts dan Posner adalah tahap automatisasi , tahap yang, memerlukan latihan dan waktu yang tak terbatas. Sebenarnya, tahap akhir ini tidak semua siswa akan mencapainya. Di dalam tahap automatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi dingotomatiskan. Perhatian siswa selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Akhirnya, siswa-siswa di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit; kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan.Ciri-ciri pada tahap ini adalah 1). fase akhir dalam belajar gerakmampu melakukan gerakan secara otomatis 2). melakukan gerakan tanpa terpengaruh meski tetap memperhatikan hal lain 3). pengerjaan (neuromuskular yang pendek, sudah banyak memori dalam syaraf pusat) 4). tahap ini tdk semua siswa dpt mencapainya 5). gerakan otomatis belum tentu efisien (contoh gerakan otomatis yang salah)
Gbr. Model Three-Stage Model of Learning





b. Gentile's Two-Stage Model
Model Gentile menekankan sasaran pada siswa dan pengaruh dari tugas dan karakteristik lingkungan pada perolehan hasil yang akan dicapai tersebut. Langkah yang pertama pembelajaran di dalam model Gentile disebut "getting the idea of the movement" (memperoleh gagasan untuk gerakan) Menurut Gentile, sasaran memperkenalkan siswa dengan suatu ketrampilan gerak yang baru untuk mengembangkan satu pemahaman persyaratan-persyaratan gerakan perlu mengimbangi permintaan pada karakteristik-karakteristik dari tugas dan lingkungan di mana tugas itu dilaksanakan dan sesudah itu mengorganisir suatu gerakan yang sesuai. Fixation/ diversification: Tahap kedua dan merupakan akhir dari tahap model pembelajaran Gentile; menyangkut mempertemukan pola gerakan yang baru kepada lingkungan tertentu di mana itu adalah untuk dilaksanakan. Fiksasi menekankan konsistensi dari gerakan merupakan sasaran untuk ketrampilan-ketrampilan yang tertutup (closed skill). Jika lingkungan itu adalah variabel, penganeka-ragaman pola gerakan ditekankan untuk mempromosikan perilaku yang fleksibel.

Closed Skill



Open Skill



Gbr. Gentile's Two-Stage Model

B. KONSEP HUMAN MOVEMENT
Gerakan sering digambarkan dalam konteks memenuhi tindakan tertentu. Sebagai hasil control gerak biasanya dipelajari mengenai hubungan tindakan-tindakan atau aktivitas khusus. Sebagai contoh, seorang ahli fisiologi motor kontrol bertanya: bagaimana orang-orang berjalan, lari, berbicara, senyum, meraih atau diam tidak bergerak. Para peneliti pada umumnya belajar kontrol gerak dalam konteks aktivifitas yang spesifik, seperti berjalan, dengan pemahaman, proses kontrol sehubungan dengan aktivitas ini akan memberikan pengertian yang mendalam ke dalam prinsip-prinsip untuk semua kontrol gerak. Kontrol gerak terpusat pada interaksi individu, tugas, dan lingkungan, sebagaimana yang tergambar pada gambar di bawah ini,

Gbr. Gerakan muncul dari satu interaksi antara individu,
tugas, dan lingkungan

Pengertian tentang kontrol pada tindakan menyiratkan pengertian keluaran gerak dari sistem syaraf ke sistem efektor tubuh atau otot-otot. Tubuh ini ditandai dengan suatu jumlah yang tinggi dari otot-otot dan persendian-persendian, semua yang harus dikontrolkan selama melakukan fungsi gerakan yang terkoordinir. Pertimbangkan dengan suatu isu yang utama yang sedang dipelajari oleh peneliti-peneliti kontrol gerak kontrol dan akan dibahas di dalam bab-bab yang kemudian. Sehingga mempelajari motor kontrol termasuk mempelajari sistem kontrol action (kontrol aksi)

C. KONSEP PERIODE, FASE DAN TAHAPAN
Pada anak Sekolah Dasar kelas II semester 1, anak masuk pada rentang usia 6 – 10 tahun. Adapun karakteristik anak SD tersebut dapat di lihat dalam buku
1. Karakteristik Masa Anak-anak (anak besar), usia 6 Sampai 10 Tahun ditinjau dari Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi Program Perkembangan Gerak

1.1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak
1. Anak laki;laki dan perempuan memiliki tinggi badan dari sekitar 44 sampai 60 inci (111,8-152,4 cm) dan memiliki berat badan 44 sampai 90 pounds (20.0-40.8 kg)
2. Pertumbuhan melambat, terutama dari usia 8 hingga terakhir dari periode ini. Ada saat pertumubuhan melambat tetapi masih ada kenaikan-kenaikan, tidak seperti keuntungan kecepatan penambahan tinggi dan berat selama masa pra-sekolah.
3. Tubuh mulai bertambah tinggi, dalam satu tahun tingginya bertambah dari 2 sampai 3 inci (5.1-7.6 cm) dan dalam satu tahun berat badan bertambah dari 3 sampai 6 pounds (1.4-2.7 kg).
4. Cephalocaudal (dari kepala ke kaki) dan proximodistal (pusat ke batas luar) prinsip-prinsip dari perkembangan di mana pada kenyataannya otot-otot yang besar dari tubuh itu lebih cepat perkembangannya dibanding otot-otot yang kecil.
5. Anak perempuan secara umum sekitar satu tahun di depan anak laki-laki di dalam perkembangan fisiologis, dan membedakan minat mulai muncul pada akhir periode ini.
6. Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan kiri
7. Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan.
8. Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar.
9. Mekanisme-mekanisme perceptual visual secara penuh dibentuk/mapan pada akhir periode ini.
10. Anak-anak memiliki penglihatan jauh selama periode ini dan secara umum tidak siap bagi periode untuk pekerjaan yang dekat .
11. Kemampuan-kemampuan gerakan yang paling pokok mempunyai potensi menjadi baik digambarkan oleh permulaan dari periode ini.
12. Keterampilan-keterampilan dasar penting bagi keberhasilan permainan menjadi modal untuk dikembangkan.
13. Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan.
14. Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan dan ketrampilan-ketrampilan atletis.

1.2. Karakteristik-Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif
1. Tahap perhatian adalah secara umum masih singkat pada awal periode ini, tetapi secara berangsur-angsur akan meluas. Bagaimanapun juga, anak laki-laki dan perempuan dari usia ini akan sering kali memanfaatkan jam untuk aktivitas yang menjadi minat besar mereka.
2. Mereka bersiap-siap untuk belajar dan untuk menyenangkan orang dewasa (orang di sekitarnya), tetapi mereka masih membutuhkan bantuan dan bimbingan di dalam membuat keputusan-keputusan.
3. Anak-anak mempunyai imajinasi yang baik dan penampilan kreatif yang sangat baik; bagaimanapun rasa malu kelihatan untuk menjadi suatu akhir dari periode ini.
4. Mereka sering tertarik akan televisi, komputer-komputer, game-game video, dan membaca.
5. Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih banyak kemampuan-kemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir periode ini.
6. Anak-anak dengan beralasan curiga dan ingin mengetahui "mengapa."

1.3. Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Afektif .
1. Minat dari anak laki-laki dan anak perempuan bersifat sebangun pada awal periode ini tetapi segera mulai untuk berbeda/ menyimpang.
2. Anak adalah berpusat pada diri sendiri dan bermain dengan kurang baik di dalam kelompok-kelompok yang besar untuk periode waktu yang lama selama tahun yang utama, situasi-situasi kelompok kecil dengan ditangani dengan baik.
3. Anak sering agresif, membual, kritis, reaksi yang berlebih, dan menerima kekalahan dan memenangkan dengan kurang baik.
4. Ada satu tidak konsisten tingkat kedewasaan; anak itu sering lebih sedikit bersikap dewasa di rumah dibanding di sekolah.
5. Anak mau mendengarkan yang berwibawa, "adil" hukuman, disiplin, dan penguatan.
6. Anak-anak bersifat ingin/gembira dan senang bertualang untuk dilibatkan dengan seorang teman atau kelompok para teman di dalam "berbahaya" atau "rahasia" aktivitas.
7. Konsep diri anak itu menjadi dengan kuat dibentuk/mapan.

1. 4. Pelaksanaan untuk Program Perkembangan Gerak
1. Harus ada peluang untuk anak-anak untuk menyuling kemampuan-kemampuan gerakan pokok di dalam bidang-bidang lokomotor, manipulasi, dan stabilitas sampai batas di mana mereka cairan dan efisien.
2. Bantuan kebutuhan anak-anak di dalam membuat transisi dari tahap gerakan pokok sampai tahap gerakan yang khusus.
3. Penerimaan dan pernyataan mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka mempunyai kelompok dan mengamankan tempat-tempat di dalam sekolah mereka dan rumah mereka.
4. Peluang besar untuk dorongan dan penguatan positif dari orang dewasa adalah perlu mempromosikan pengembangan yang dilanjutkan dari konsep diri yang positif.
5. Peluang dan dorongan untuk menjelajah dan eksperimen melalui gerakan dengan tubuh dan obyek mereka di dalam lingkungan meningkatkan efisiensi gerak perceptual.
6. Harus ada praktek agar merasakan di mana ada tanggung jawab lebih besar semakin diperkenalkan dengan mempromosikan kepercayaan pada diri sendiri.
7. Anak-anak belajar untuk melakukan penyesuaian kepada cara yang lebih berat pada tempat bermain dan lingkungan tanpa menjadi kondisi yang kasar atau diri mereka kasar.
8. Peluang untuk pengenalan berangsur-angsur untuk menggolongkan dan aktivitas regu harus disediakan di waktu wajar.
9. Aktivitas Imajiner dan meniru-niru bisa secara efektif disatukan ke dalam program selama tahun pokok karena imajinasi-imajinasi anak-anak itu masih bersemangat
10. Aktivitas yang dilakukan pada tingkat ini dengan melibatkan pemakaian musik dan irama bersifat menyenangkan dan bersifat berharga di dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan gerak pokok, kreativitas, dan suatu pemahaman dasar komponen-komponen dari musik dan irama.
11. Anak-anak pada tingkatan ini belajar terbaik melalui keikutsertaan yang aktif. Pengintegrasian konsep-konsep akademis dengan aktivitas gerakan menyediakan satu jalan lebar yang efektif untuk menguatkan ketrampilan-ketrampilan pemikiran kritis.
12. Aktivitas yang melibatkan memanjat dan menggantung adalah berpengaruh baik bagi perkembangkan batang tubuh bagian atas dan harus tercakup di program.
13. Diskusikan situasi dalam permainan termasuk peraturan permainan seperti itu seperti mengambil giliran, perlakuan wajar, tidak menipu, dan nilai-nilai yang umum lainnya sebagai alat penetapan suatu pengertian yang lebih lengkap dari yang benar atau salah.
14. Mulai untuk menekankan ketelitian, wujud, dan ketrampilan di dalam kinerja dari ketrampilan-ketrampilan gerakan.
15. Beri dorongan kepada anak-anak untuk berpikir sebelum mereka bertindak dalam satu aktivitas. Membantu mereka mengenali alat yang berpotensi bahaya sebagai alat mengurangi perilaku mereka yang sering kali sembrono.
16. Mendorong ke aktivitas kelompok kecil yang diikuti oleh aktivitas kelompok yang lebih besar dan pengalaman olahraga beregu.
17. Penampilan adalah penting. Aktivitas perlu untuk menekan kelurusan tubuh yang tepat.
18. Penggunaan dari aktivitas yang berirama untuk menyaring koordinasi yang diinginkan.
19. Keterampilan-keterampilan gerakan khusus dikembangkan dan dipilih pada akhir periode ini. Pentingnya waktu luang untuk praktek, dorongan, dan instruksi selektif.
20. Keikutsertaan yang muda di dalam aktivitas olahraga yang bersifat untuk perkembangan yang sesuai dan menghubungkan kebutuhan dan minat dari anak-anak harus diberikan dorongan.

2. Tahap Perkembangan Motorik
Dalam bukunya David. L. Gallahue., John C. Ozmun (1997). Understanding Motor Development (Infant, Children, Adolecents, Aduls), bahwa perkembangan motorik diklasifikasi ke dalam periode, fase dan tahapan perkembangan gerak. Pada setiap periode ditunjukkan oleh beberapa periode yang ini ditunjukkan oleh fase perkembangan gerak ini dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan sehari-hari, sebagai wahana rekreasi dan pemanfaatan kehidupan persaingan atau prestasi, dapat dilihat gambar berikut

Pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan
kehidupan kehidupan kehidupan
sehari-hari rekreasi persaingan







PERKEMBANGAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PERIODE UMUR MOTORIK





14 tahun keatas Tahapan pemanfaatan kehidupan
11-13 tahun TAHAP GERAKAN Tahap penerapan
7- 10 tahun KHUSUS Tahap peralihan

6-7 tahun Tahap Dewasa (Matang)
4-5 tahun TAHAPAN GERAKAN Tahap Dasar
2-3 tahun DASAR Tahap Awal

1-2 tahun TAHAP GERAKAN DASAR Tahap Pra-awas
dari lahir – 1 tahun BELUM SEMPURNA Tahap Hambatan Refleks

4 bulan -1 tahun TAHAP GERAKAN REFLEKSIF Tahap Penerimaan Informasi
masih janin – 4 bulan Tahap Penguraian Informasi


Gambar Tahap Perkembangan Motorik

Sebagai penjelasan dari gambar di atas sebagai berikut:

1. Tahap Gerakan Refleksif
Gerakan yang pertama kali dilakukan oleh janin bersifat refleksif. Refleks adalah gerakan yang bersifat tidak sengaja yang membentuk dasar tahap perkembangan motorik. Macam gerak reflek; refleksif sederhana (contoh: bayi mencari dan menyusu) dan refleksif postural adalah bentuk kedua dari gerakan tanpa disengaja/ kelihatannya disengaja (contoh: menggenggam pada tangan).
2. Tahap Gerakan Dasar Belum Sempurna
Tahap Hambatan Refleks (tahap hambatan refleks pada tahap pergerakan dasar mungkin dianggap sebagai permulaan kelahiran) dan tahap Pra-awas (setelah berumur sekitar 1 tahun, anak-anak mulai melakukan ketelitian dan pengawasan terhadap gerakan mereka).
3. Tahap Gerakan Dasar
Kemampuan gerakan dasar pada anak-anak merupakan hasil pertumbuhan tahap perkembangan dasar pada bayi. Tahap perkembangan motorik tersebut adalah; tahap awal, (menyajikan tujuan pertama anak-anak ketika berusaha untuk menampilkan kemampuan dasar), tahap dasar, (meliputi kontrol yang lebih besar dan koordinasi ritme gerakan dasar yang lebih baik), tahap dewasa/ matang), (karakteristk gerakan efisien, terkoordiasi dan terkontrol)
4. Tahapan Gerakan Khusus
Pada tahap ini sudah terbentuk dasar keterampilan stabilitas, lokomotor dan manipulasi yang sudah di kombinasi dan kolaborasi dengan beberapa jenis keterampilan

D. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Kelas I, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya 1.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
1.2 Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
1.3 Mempraktikkan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri


Penerapan teori dan konsep belajar, belajar gerak, human movement, periodi, tahap perkemangan, kareteristik perkembangan dan tahapan belajar gerak ke dalam sebuah rencana pengajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran kelas I semester 1 sekolah dasar.
SILABUS

Sekolah : SDN 207 Jati Bening Bekasi Barat
Kelas : 1 ( Satu )
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Semester : 1 (satu)
Standar Kompetensi : Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai
yang terkandung di dalamnya
NO Kompetensi Dasar Indikator Materi Pelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber
1 1.4 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
Kognitif:
• Memahami dan mengerti konsep tentang gerak dasar jalan, lari, lompat
Afektif:
• Memahami dan dapat mengambil nilai percaya diri
Psikomotor:
• Dapat berjalan dengan koordinasi gerak yang benar
• Dapat berlari dengan koordinasi gerak yang benar
• Dapat melompat dengan koordinasi gerak yang benar


• Pola gerak dasar lokomotor





• Guru menjelaskan konsep tentang gerak dasar jalan, lari, lompat serta nilai percaya diri
• Siswa mendiskusikan konsep jalan, lari, lompat
• Berjalan ke depan dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke belakang dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke kiri dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke kanan dengan sikap dan tumpuan benar
• Berjalan ke kanan dan ke kiri dengan dengan sikap dan gerakan yang lebih cepat
• Variasi lari ke depan ke belakang ke kiri dan ke kanan
• Gerakan melompat melewati rintangan tali setinggi 10 cm
• Gerakan melompat ke berbagai arah • Tes Keterampilan 4 x 30 menit
Buku Penjaskes
Pluit
Stop Watch



Teori-teori yang dipakai dalam menyusun RPP ini adalah:

1. Belajar motorik diartikan sebagai suatu pola latihan yang dilakukan secara terencana dengan baik sehingga seseorang dapat melakukan suatu gerakan dengan benar, dan dapat memperbaiki kesalah gerakan yang dilakukannya, teori ini dikupas oleh Schmidt, (1975). Artinya: untuk mencapai tingkat keterampilan yang optimal harus dilakukan secara berulang-ulang. Empat konsep belajar gerak (a) suatu proses untuk memperoleh keterampilan, (b) akibat pengalaman praktik, (c) belajar tidak bisa terukur secara langsung (d) menghasilkan perubahan-perubahan permanen secara relatif di dalam perilaku sebagai hasil belajar, (schmidt, 1988).

2. Tahapan belajar gerak akan mengadopsi model Three-Stage Model (Fitts & Posner’s) dan Two-Stage Model (Gentile's), yaitu: kognitif, asosiatif, dan autonomus. Dan Gentile's Two-Stage Model yaitu belajar melalu pendekatan terbuka dan tertutup.

3. Konsep Human Movement, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi gerak manusia pada umumnya, yaitu : individu, lingkungan dan tugas. Artinya; individu adalah siswa kelas 1 sekolah dasar ; lingkungan termasuk ketersediaan sarana dan kemampuan guru dalam mengajar; task adalah tugas diberikan dalam bentuk yang bervariasi.

4. Konsep Periodisasi, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik: contoh yang dipilih adalah kelas 1 sekolah dasar, dalam hal ini masuk ke dalam periode usia 2 – 7 tahun, tahap awal, tahap dasar dan tahap dewasa (matang). Artinya; Keterampilan yang dipelajari siswa dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan zaherí-hari dan ajang rekreasi.

5. Karakteristik siswa kelas 1 sekolah dasar: Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan kiri, Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan, Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah, Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar, Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan, Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan, Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan dan ketrampilan-ketrampilan atletis, Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih banyak kemampuan-kemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir periode ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SD/MI : SDN 207 Jati Bening Bekasi Barat
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : I / 1 (ganjil)
Standar Kompetensi : Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/
aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar : Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam
permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran,
kerjasama, toleransi dan percaya diri

Indikator
Kognitif:
- Memahami dan mengerti konsep tentang gerak dasar jalan, lari, lompat
Afektif:
- Memahami dan dapat mengambil nilai percaya diri
Psikomotor:
 Dapat berjalan dengan koordinasi gerak yang benar
 Dapat berlari dengan koordinasi gerak yang benar
 Dapat melompat dengan koordinasi gerak yang benar

Alokasi Waktu : 4 x 30 menit (2 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat memahami konsep jalan, lari dan lompat
b. Siswa dapat berjalan dengan pola gerak yang benar
c. Siswa dapat berlari dengan pola gerak yang benar
d. Siswa dapat melompat dengan pola gerak yang benar

B. Materi Pembelajaran: Pola gerak dasar lokomotor
C. Metode Pembelajaran
 Demonstrasi
 Penugasan
 Ceramah
 Eksplorasi

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1 (2 x 30 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

 Melakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari kecil, dan melakukan penguluran untuk seluruh tubuh dipimpin oleh guru.
 Guru menjelaskan konsep jalan, lari dan lompat sambil memperagakan, dan siswa mencobakan gerakan tersebut. (Karateristik : Mereka belum mampu berpikir abstrak (Gallahue))
 Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang arti penting aktivitas jasmani bagi tubuh




2. Kegiatan Inti (40 menit)

 Berjalan ke depan dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke belakang dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke kiri dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke kanan dengan sikap dan tumpuan benar
 Berjalan ke kanan dan ke kiri dengan dengan sikap dan gerakan yang lebih cepat
 Variasi lari ke depan ke belakang ke kiri dan ke kanan
 Gerakan melompat melewati rintangan tali setinggi 10 cm
 Gerakan melompat ke berbagai arah

3. Penutup (10 Menit)

 Pendinginan dengan melakukan aktivitas ringan
 Memberikan penilaian terhadap unjuk kerja teman




Pertemuan 2 (2 x 30 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

 Melakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari kecil, dan melakukan penguluran untuk seluruh tubuh dipimpin oleh guru.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang arti penting aktivitas jasmani bagi tubuh

2. Kegiatan Inti (40 menit)

 Permainan berjalan di atas garis lurus dengan posisi tubuh yang benar
 Berjalan ke perbagai arah dengan isyarat
 Permainan hijau dan hitam
 Permainan elang dan induk ayam
 Melompati angka-angka yang ditebar di lantai secara berurutan
 Melompati batu kecil yang di tebar di lantai dengan jarak antar batu 0,5 m, dengan mengasumsilkan batu sebagai kotoran

3. Penutup (10 Menit)

• Pendinginan dengan melakukan aktivitas ringan
• Memberikan penilaian terhadap unjuk kerja teman



KEPUSTAKAAN:

Anne Shumway-Cook & Marjorie H. Woollacott,(2001) “Motor Control” Theory and Practical Applications. Second Edition. Walnut Street Philadelphia Pennsylvania USA.

Cheryl A. Coker (2004). Motor Learning and Control for Practitioners. (Halaman 97-103) Library of Congres Cataloging in Publication Data. USA

David. L. Gallahue., John C. Ozmun (1997). Understanding Motor Development (Infant, Children, Adolecents, Aduls). Boston: MC. Graw Hill.

Depdiknas (2007). Permendiknas No. 22 tahun 2007 tentang “Standar Isi Pendidikan”. hal 705

Nyanyu Khodijah, Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Belajar Reflektif, (Pada Sebuah Desertasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar