Matematika
Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang
yang ada pada matematika bersifat artifisial artinya lambang itu mempunyai arti
jika sudah diberi makna. Kekurangan yang ada dalam bahasa verbal dapat diatasi
dengan menggunakan matematika dalam berkomunikasi ilmiah. Hal ini dimungkinkan
karena Matematika itu bersifat:
1.
Jelas,
2.
Spesifik,
3.
Informative, dan
4.
Tidak emosional
Matematika mengembangkan bahasa kuantitatif, karena
dapat melakukan pengukuran secara eksak. Sifar kuantitatif dari metamtika ini
meningkatkan daya prediktif dan control dari ilmu. Oleh sebab itu matematika
dibutuhkan oleh setiap ilmu.
Matematika mengembangkan cara
berpikir deduktif artinya dalam melakukan penemuan ilmu dilakukan berdasarkan
premis-premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan hanyalah didasari atas
konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah sebelumnya yang telah ditemukan. Matematika
pada dasarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan
logika deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak dibuktikan secara empiris,
melainkan secara penalaran deduktif.
Aliran
Filsafat Matematika:
1.
Filsafat
Logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi Matematika merupakan
cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari
dunia empiris.
2.
Filsafat Intusionis, yaitu kebenarannya diambil
secara intuisi (perasaan secara tiba-tiba)
3.
Filsafat
formalis, berdasarkan lambang-lambang.
Statistika
Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan
konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra,
maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindra tersebut.
Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisfat umum
dari kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan
logika induktif. Di pihak lain penyusunan hipotesis merupakan penarikan
kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan
menggunakan deduksi. Jadi ada dua penarikan kesimpulan yaitu deduksi dan
induksi. Logika deduktif berpaling pada matematika dan logika induktif
berpaling pada statistika.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses
generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan terjadi secara kebetulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar