belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Rabu, 19 Oktober 2016

FASE LATIHAN

1.      SUPERCOMPENSATION CYCLE AND ADAPTATION.
Sebuah fenomena dalam pelatihan yang disebut supercompensation, atau yang lebih dikenal dengan istilah weigert’s law of supercompensation. Pertama dijelaskan oleh Folbrot pada tahun 1941 dan selanjutnya telah di diskusikan lagi oleh Hans Selye dalam bukunya yang berjudul The Stress Of Live, yang menyebutnya dengan general adaptation syndrome. Beberapa peneliti rusia, jerman timur dan amerika juga telah memberikan penjelasan lebih mengenai inti dari konsep pelatihan tersebut. jika diartikan secara umum maka yang dimaksud superkompensasi tersebut adalah hasil pasca periode pelatihan yang sangat mempengaruhi fungsi terlatih untuk memiliki kapasitas kinerja yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Inti dari teori selye tersebut adalah bagaimana cara untuk mengantisipasi adanya tingkatan stres yang tinggi dan tidak diinginkan sebagai akibat dari proses latihan yang malampaui beban maksimal yang bisa diterima oleh tubuh  atlet. seorang pelatih yang baik harus bisa memilah tingkatan – tingkatan pelatihan yang sesuai kemampuan fisik dan psikologi atletnya, sehingga seorang pelatih harus tahu Kapan saatnya memberikan alternatif pilihan latihan yang intensif, sedang, ataupun latihan ringan. Sesuai dengan konsep dari superkompensasi.
Banyak sekali hasil yang dapat diperoleh dari penerapan metode superkompensasi tersebut, beberapa diantaranya adalah :
·   Membantu atlet dalam menangani stres dan mengantisipasi proses latihan yang berintensitas tinggi
·         Membantu pelatih dalam membuat struktur sistem pelatihan
·         Menghindari serangan kritis dari kelelahan dan kelebihan beban latihan
·         Menyadarkan pelatih akan pentingnya melakukan alternatif intensitas latihan
·         Mengkombinasikan kedua unsur teknik fisiologi dan psikologi dalam berlatih
                     Sesi Latihan Supercompensation cycle

 Setelah mengikuti sesi latihan, para atlet dituntut untuk bisa menghilangkan kelelahan, memulihkan kondisi glikogen dan pospagen otot, mengurangi level sirkulasi cortisol, juga harus bisa menghadapi kondisi asam laktat yang telah terakumulasi. Masa pemulihan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya statistik latihan atlet, kontraksi otot yang terjadi selama proses berlatih, teknik pemulihan yang dilakukan, dan keadaan nutrisi tubuh yang dimiliki atlet tersebut. faktor nutrisi ialah merupakan hal yang paling utama, karena kondisi diet nutrisi yang tidak tercukupi akan memperpanjang masa pemulihan.
Fase superkompensasi.
a.       Fase pertama (durasi 1 – 2 jam)
Setelah selesai berlatih maka yang akan pertama kali dirasakan oleh tubuh kita adalah kelelahan. Berlatih mengakibatkan kelelahan yang terjadi baik pada pusat maupun sekitar sistem mekanisme tubuh kita. Ada beberapa hal penyebab kelelahan diantaranya adalah menurunnya keaktifan saraf otot sebagai dampak yang dihasilkan dari proses latihan, selain itu juga kelelahan disebabkan oleh terganggunya pergerakan saraf otot dan penyebaran impuls saraf, penurunan kalsium dalam tubuh yang dikendalikan oleh sarkoplasma retikulum, dan faktor faktor lainnya yang mengganggu proses kontraktil dalam tubuh.
b.      Fase kedua (durasi 24 – 48 jam)
Setelah sesi latihan berakhir maka fase berikutnya yang disebut kompensasi dimulai. Yang terjadi dalam fase ini adalah pemulihan ATP dalam jangka waktu 3 sampai 5 menit setelah latihan, yang dimaksud dengan ATP adalah sebuah molekul yang berfungsi sebagai sumber energi universal untuk reaksi seluler. Tetapi bila latihan yang dilakukan dalam intensitas yang tinggi, maka proses pemulihanATP tersebut berlangsung hingga 15 menit.
Dalam waktu 2 jam setelah berlatih ataupun pertandingan yang banyak melakukan kegiatan penyusutan peregangan seperti melompat, maka electromyographic (EMG) yaitu sebuah teknik untuk memeriksa dan merekam aktivitas sinyal otot akan sepenuhnya pulih bersamaan dengan pulihnya kekuatan yang terukur oleh maximal voluntary contraction (MVC). Pada fase ini pula kondisi glikogen otot pada dasarnya akan pulih, terkecuali jika ada cedera serius yang dialami oleh otot maka proses pemulihan akan terjadi lebih lama
c.       Fase ketiga (durasi 36 – 72 jam)
Dalam fase ini ditandai dengan adanya titik balik dari proses superkompensasi yang menghasilkan pengkatan kualitas performa. Diantaranya adalah kapasitas kemampuan tubuh meningkat, rasa sakit pada otot kembali pulih ke posisi semula. Terjadi peningkatan dalam aspek psikologis, seperti misalnya rasa percaya diri yang tinggi, berfikiran positif , dan bisa mengatasi rasa stres dan frustasi pada saat pelatihan.
d.      Fase keempat (durasi 3 – 7 hari)

Jika kita perhatikan tabel 1.1 diatas maka disana ada fase dimana setelah puncak dari superkompensasi, tubuh akan mengalami penurunan kembali yang disebut involution. Apabila seorang atlet tidak mendapat stimulus yang baik saat fase puncak dari superkompensasi maka munculah fase berikutnya yaitu involution yang menyebabkan penurunan hasil kompensasi latihan yang didapat terutama dari sektor psikologi. Maka untuk mencegah hal ini terjadi seorang atlet harus tetap menjaga proses latihan dengan diberikan rangsangan – rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan atlet tersebut untuk bisa mempertahankan performa dan kapasitas tubuhnya baik fisik maupun psikologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar