belajar untuk meraih miimpi...

wen assallamualaikum..

Kamis, 01 Juli 2010

PENERAPAN KONSEP BELAJAR MOTORIK PADA SISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR


A. PENDAHULUAN

Dalam rangka mendukung pendidikan nasional, sekolah dasar (SD) merupakan suatu jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya. Sehingga peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Kedudukan SD dianggap sangat penting keberadaannya karena beberapa hal diantaranya adalah : (a). tanpa menyelesaikan pendidikan pada jenjang SD, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti pendidikan di SMP; (b). melalui SD anak dibekali kemampuan dan keterampilan dasar agar mampu mengantisipasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan olahraga, serta keterampilan hidup lainnya (life skill); (c). Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang membekali atau dasar-dasar dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
Pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar harus mengacu pada perkembangan dan karakteristik anak. Dalam paper ini akan saya coba untuk mengupas pengajaran penjas yang sesuai dengan konsep belajar motorik.
BAB II

B. PEMBAHASAN
Pasal 17 UU Siskornas menyatakan ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan :
1) Olahraga Pendidikan
2) Olahraga Rekreasi, dan
3) Olahraga Prestasi
Pada pasal 1 ayat 11 dinyatakan bahwa “Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani” .
Bab X Mengenai Kurikulum, Pasal 37 UU Sisdiknas berbunyi : Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a) pendidikan agama, b) pendidikan kewarganegaraan, c) bahasa, d) matematika, e) ilmu pengetahuan alam, f) ilmu pengetahuan sosial, g) seni dan budaya, h) pendidikan jasmani dan olahraga, i) keterampilan/kejuruan, dan j) muatan lokal.

1. Periode, Fase dan Tahapan perkembangan Gerak Anak
Anak kelas 4 SD kira-kira berusia 9 – 10 tahun. Periode usia siswa ini masuk dalam Fase Spesialisasi pada tahapan perkembangan peralihan.
Fase spesialisasi Gerakan digunakan sebagai alat untuk mengaplikasikan gerakan-gerakan yang sangat kompleks dalam kehidupan sehari-hari, rekreasi, dan keterampilan berolahraga..Gerakan stability, locomotor, dan manipulative semakin halus, dapat dikombinasikan dan dikolaborasikan untuk situasi yang diinginkan. Tahap Transisi anak mulai mengkombinasikan dan mengaplikasikan gerakan-gerakan dasar untuk menampilkan keterampilan khusus yang dibutuhkan pada aktivitas olahraga dan rekreasi.


Pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan
kehidupan kehidupan kehidupan
sehari-hari rekreasi persaingan







PERKEMBANGAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PERIODE UMUR MOTORIK





14 tahun keatas Tahapan pemanfaatan kehidupan
11-13 tahun Fase GERAKAN Tahap penerapan
7- 10 tahun KHUSUS Tahap peralihan

6-7 tahun Tahap Dewasa (Matang)
4-5 tahun Fase GERAKAN Tahap Dasar
2-3 tahun Fundamental
1-2 tahun Fase Rudimentary Tahap Pra-awas
dari lahir – 1 tahun Tahap Hambatan Refleks

4 bulan -1 tahun Fase GERAKAN REFLEKSIF Tahap Penerimaan Informasi
masih janin – 4 bulan Tahap Penguraian Informasi

Gambar Periode, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik

I. Karateristik Perkembangan Anak
Periode perkembangan gerak yang dipilih pada paper ini adalah periode usia 9 – 10 tahun, maka tahap karekteristik perkembangan yang dibahas adalah tahap karakteristik perkembangan anak usia 6 – 10 tahun.
a. Beberapa Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pertumbuhan berjalan lambat khususnya dari usia 8 tahun sampai akhir periode ini. Walaupun dalam keadaan lambat namun perkembangan tetap berjalan, tidak seperti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berjalan angat cepat selama masa pra sekolah.
2. Tangan yang digunakan lebih disukai 85% menggunakan tangan kanan dan 15% menggunakan tangan kiri.
3. Kemampuan reaksi berjalan lambat dikarenakan permasalahan koordinasi mata-tangan dan mata-kaki pada permulaan periode ini. Pada akhirnya kesemuanya secara menyeluruh akan ditampilkan dengan baik.
4. Anak laki-laki dan perempuan keduanya memiliki enerji yang penuh tetapi sering memiliki tingkat daya tahan yang rendah dan cepat lelah. Biar bagaimanapun, tanggap untuk berlatih mereka sangat baik.
5. Keterampilan dasar sangat diperlukan untuk keberhasilan bermain yang dapat menjadikan perkembangan yang lebih baik.
6. Aktivitas yang melibatkan mata dan anggota badan berkembang berjalan lambat seperti aktivitas melempar atau memukul, seperti menangkap dan melempar bola membutuhkan latihan untuk menjadi mahir
7. Periode ini menandakan transisi dari kemampuan gerak dasar yang sebenarnya ke transisi pemunculan gerak dasar yang mengarah ke permainan dan keterampilan atletik

b. Beberapa Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif
1. Rentang perhatian pada umumnya singkat, tetapi secara perlahan-lahan meningkat. Anak pada usia ini lebih sering menghabiskan waktu untuk aktivitas yang menarik perhatian mereka.
2. Mereka memiliki keinginan untuk belajar dan menjadi dewasa tetapi butuh bantuan dan bimbingan dalam mengambil keputusan.
3. Anak-anak memiliki imajinasi yang baik dan memperlihatkan pikiran yang sangat kreatif, kesadaran diri tampaknya menjadi unsur menuju akhir periode ini.
4. Mereka sangat menyukai televisi, komputer, video game, dan membaca.
5. Mereka tidak memiliki kemampuan berpikir abstrak dan cukup memahami contoh kongkrit dan keadaan situasi selama permulaan periode ini.
c. Beberapa Karakteristik Perkembangan ditinja Ranah Afektif
1. Anak-anak lebih sering bersifat agresif, sombong, kritis, bertingkah lebih, dan cukup buruk untuk menerima kekalahan dan kemenangan
2. Anak-anak tanggap terhadap kekuasaan, hukuman yang adil, disiplin dan penghargaan.
3. Anak-anak senang berpetualang dan melibatkan diri dengan teman atau kelompok pertemanan dalam aktivitas yang rahasia dan berbahaya, konsep diri anak-anak akan menjadi tumbuh kuat.

d. Implikasi Program Perkembangan Gerak
1. Ketertarikan antara anak laki-laki dan perempuan pada periode ini sama, tetapi untuk selanjutnya mulai menunjukan perbedaan.
2. Anak-anak akan terpusat pada dirinya sendiri dan lebih sedikit bermain pada kelompok yang besar sepanjang periode ini, meskipun situasi kelompok kecil dapat dikuasainya dengan baik.
3. Anak-anak lebih sering bersifat agresif, sombong, kritis, bertingkah lebih, dan cukup buruk untuk menerima kekalahan dan kemenangan
4. Anak-anak tanggap terhadap kekuasaan, hukuman yang adil, disiplin dan penghargaan.
5. Anak-anak senang berpetualang dan melibatkan diri dengan teman atau kelompok pertemanan dalam aktivitas yang rahasia dan berbahaya, konsep diri anak-anak akan menjadi tumbuh kuat.

II. Kategori dan Klasifikasi Keterampilan Gerak
A. Model Satu Dimensi
Pengklasifikasian Model Satu Dimensi didasarkan pada 4 aspek yaitu: Aspek penggunaan otot, Aspek waktu gerak, Aspek lingkungan dan Aspek Fungsi gerak .
Aspek Penggunaan Otot, keterampilan gerak diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
- Gerak Kasar adalah keterampilan yang ditentukan oleh kerja otot-otot besar.
- Gerak Halus adalah gerak dalam tubuh yang dilakukan oleh otot-otot kecil tubuh. Contohnya menulis, mengetik, melukis.


Aspek Waktu Gerak, keterampilan gerak ddibagi menjadi 3:
- Gerak Diskrit, mempunyai awal dan akhir gerakan yang jelas. Contoh melompat, menendang dan memukul bola.
- Gerak Serial, Adalah gerak diskrit yang dilakukan berlanjut beberapa kali. Contoh dribbling pada basket .
- Gerak berlanjut, adalah pengulangan gerak untuk satu waktu khusus. Contoh berlari, dan bersepeda.

Aspek Lingkungan , keterampilan digolongkan menjadi 2 yaitu :
- Gerak Terbuka, penampilan gerak pada kondisi lingkungan yang selalu berubah.
- Gerak Tertutup, keterampilan gerak yang ditampilkan dalam situasi stabil pada lingkungan yang konstan.

Aspek Fungsi Gerak
- Gerak Stabilitation, kegiatan dalam mencapai dan mempertahankan keseimbangan. Contoh gerak duduk dan berdiri, keseimbangan pada balok sempit.
- Gerak Lokomotion, gerakan yang melibatkan perpindahan posisi badan dari satu titik ke titik lain. Contoh jalan, berlari dan lompat.
- Gerak Manipulasi, Gerak melibatkan kegiatan memberi gaya atau menerima gaya dari benda. Contoh melempar, menangkap, menendang bola, dribbling bola basket.



B. Model Dua Dimensi
Klasifikasi keterampilan gerak Dua Dimensi Gallahue didasarkan pada: (1) Fungsi Tugas Gerak: stabilitas, Locomotor, dan manipulasi, (2)Fase Perkembangan Gerak seperti Fase Refleksif, Fase Gerak Dasar, Fase Gerak fundamental, Fase Gerak Khusus.

Model Dua Dimensi Klasifikasi Gerak oleh Gallahue

Fase Perkembangan Motorik

Fungsi Tugas Gerakan yang Diharapkan

Stability
(menekankan pada keseimbangan tubuh dalam situasi diam atau bergerak)
Locomotion
(menekankan pada perpindahan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain) Manipulation
(menekankan pada memberi gaya atau menerima gaya dari suatu benda)

Fase Gerakan Reflek
Gerakan tidak disengaja (involuntary subcortically) Kemampuan gerakan yang dikontrol pada masa kandungan dan masa pertumbuhan

Fase Gerakan Belum Sempurna (Rudimentary)
Tingkat kematangan yang dipengaruhi kemampuan gerakan pada masa pertumbuhan

Fase Gerakan Fundamental
Keterampilan gerak dasar pada masa anak-anak


Fase Gerakan Spesialisasi
Keterampilan yang kompleks pada masa akhir anak-anak dan sesudah itu
- Gerak reflek yang baik untuk mencari sesuatu
- Gerak reflek yang baik pada leher
- Gerak reflek yang baik pada tubuh


- Kontrol gerakan pada leher dan kepala
- Kontrol pada batang tubuh
- Kemampuan duduk tanpa dukungan
- Berdiri

- Keseimbangan di atas satu kaki
- Berjalan di atas balok titian
- Bergerak pada porosnya (axial)

- Melakukan gerakan keseimbangan di atas titian secara rutin di sanggar senam
- Mempertahankan tendangan bola dalam sepak bola

- Reflek merangkak
- Reflek awal melangkah
- Reflek berenang

- Merangkak
- Maju pelan-pelan
- Berjalan ke atas dengan baik

- Berjalan
- Berlari
- Melompat
- Meloncat

- Lari 100m
- Berjalan di tengah keramaian jalan
- Gerak reflek menggenggam
- Gerak reflek telapak kaki
- Gerak reflek menarik badan ke atas


- Meraih
- Menggenggam
- Melepaskan

- Melempar
- Menangkap
- Menendang
- Memukul

- Memasukan bola ke gawang pada permainan sepak bola
- Memukul bola dalam permainan baseball

III. Tahapan Belajar Gerak Model Fitts dan Posner

Tiga Tahapan belajar gerak Fitts dan Posner yaitu Tahap kognitif, Tahap Assosiasi dan Tahap Otomatisasi.
Tahap Kognitif
Tahap ini berkait erat dengan aktivitas kognitif. Peserta didik pertama kali diperkenalkan dengan keterampilan gerak baru. Siswa diberikan pemahaman menyeluruh mengenai yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan keterampilan gerak baru itu.
Tahap Assosiasi
Setelah mencoba berbagai kemungkinan strategi gerakan, pelajar pada tahap ini berkomitmen untuk menyempurnakan satu pola gerakan tertentu. Kinerja menjadi lebih konsisten, dengan semakin berkurangnya kesalahan. Pada tahap ini, peserta didik menjadi semakin mampu mendeteksi penyebab kesalahan gerak. Peran guru pada tahap ini bergeser dari memberikan instruksi menjadi praktek yang konstruktif.
Tahap Otomatisasi
Pada tahap akhir ini tidak semua siswa akan mencapainya. Di dalam tahap automatisasi, penampilan mencapai tingkat kemampuan paling tinggi dan gerakan telah menjadi otomatis. Pada tahap ini , tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Siswa pada tahap ini merasa yakin dan percaya diri, membuat sedikit kesalahan dan dapat mengoreksi kesalahan yang dilakukan.

IV. Penilaian dan Pengukuran
Belajar didefinisikan sebagai perubahan kemampuan seseorang untuk melakukan keterampilan yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman. Kinerja didefinisikan sebagai eksekusi dari suatu keterampilan.

Empat karakteristik umum kinerja pembelajaran keterampilan
1. Peningkatan
Kinerja keterampilan menunjukkan peningkatan selama periode waktu tertentu. Berarti pelajar melakukan keterampilan yang lebih tinggi dibandingkan waktu sebelumnya.

2. Konsistensi
Selama pembelajaran berlangsung, kinerja menjadi lebih konsisten. Sebagai konsistensi kinerja, karakteristik perilaku kinerja tertentu menjadi lebih tetap. Hal ini berarti perilaku baru yang dikuasai tidak mudah terganggu oleh perubahan lingkungan..

3. Ketekunan
Peningkatan kinerja ditandai dengan peningkatan jumlah ketekunan. Karakteristik penting dari keterampilan belajar bahwa orang yang telah belajar suatu keterampilan harus mampu menunjukkan peningkatan kinerja..

4. Adaptasi
Peningkatan kinerja mampu beradaptasi dengan berbagai karakteristik kinerja. Kinerja keterampilan membutuhkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dalam tugas, dan karakteristik lingkungan. Tingkat adaptasi tergantung pada keterampilan dan situasi kinerja.

V. Memilih Bahan Ajar

Bahan ajar yang saya pilih adalah mengenai permainan bola kecil atau bola kasti. Pemilihan materi ini didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pada pelajaran Penjaskes untuk kelas 4 semester 1 sekolah dasar.

Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar kelas 4 semester 1

Standar Kompetensi
Standar Kompetensi

1 Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung
1.1 Mempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran**)



2. Mempraktikkan latihan untuk meningkatkan kebugaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

2.1 Mempraktikkan aktivitas permainan sederhana untuk melatih daya tahan dan kekuatan otot, serta nilai kerja keras, dan disiplin

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SD/MI : SDN Aceh Jaya
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : IV (ganjil)
Standar Kompetensi : Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya
Kompetensi Dasar : Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola kecil beregu serta nilai kerja sama, toleransi, percaya diri, memecahkan masalah, menghargai teman keberanian**)

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat memahami konsep melempar, menangkap dan memukul bola dalam permainan kasti
b. Siswa dapat melempar bola dengan koordinasi yang baik
c. Siswa dapat menangkap bola dengan koordinasi yang baik
d. Siswa dapat bermain kasti dengan baik dan menerapkan nilai kerja sama, toleransi, percaya diri, dan sportifitas

B. Materi Pembelajaran: Permainan Kasti
C. Metode Pembelajaran
• Demonstrasi
( karena anak belum mampu berpikir abstrak, maka metode belajar yang dipakai demonstrasi, Karateristik : Mereka tidak mampu berpikir abstrak (Gallahue))
• Ceramah

D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 (2 x 35 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
• Melakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari kecil, dan melakukan senam untuk seluruh tubuh dipimpin oleh guru.

• Guru menjelaskan konsep melempar, menangkap, dan memukul bola sambil memperagakan, dan siswa mencobakan gerakan tanpa menggunakan bola.

2. Kegiatan Inti (45 menit)

• Melambungkan bola ke sasaran yang ditempelkan di tempat
• Melambungkan bola sambil berjalan
• Lomba melemparkan bola dengan lemparan dari atas sejauhnya
• Melemparkan bola ke sasaran yang ditempelkan di dinding
• Melemparkan bola ke sasaran yang bergerak
• Menangkap bola yang dilambungkan sendiri dengan dua tangan
• Menangkap bola yang dilambungkan teman
• Melempar dan menangkap bola secara berpasangan
• Melempar dan menangkap bola dalam kelompok

3. Penutup (10 Menit)
• Pendinginan dengan melakukan aktivitas ringan
• Memberikan penilaian terhadap unjuk kerja teman



Pertemuan 2 (2 x 35 menit)
1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
• Melakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari kecil, dan melakukan senam untuk seluruh tubuh dipimpin oleh guru.
• Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang arti penting aktivitas jasmani bagi tubuh
2. Kegiatan Inti (40 menit)
• Guru mengklasifikasi siswa berdasarkan tingkat kemampuannya dalam keterampilana yang akan dibelajarkan
• Melambungkan bola ke pemukul

• Melempar dan menangkap bola secara berpasangan dengan akurasi yang baik
• Melempar dan menangkap bola dalam kelompok dengan akurasi yang baik
• Memukul bola yang dilambungkan teman

3. Penutup (20 Menit)

• Pendinginan dengan melakukan aktivitas ringan
• Memberikan penilaian terhadap unjuk kerja teman


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : 4 ( Empat )/ I (Satu )

Pertemuan ke : 13 (Tiga belas )
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit


Standar Kompetensi: 2. Mempraktikkan latihan untuk meningkatkan kebugaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar : 2.1 Mempraktikkan aktivitas permainan sederhana untuk melatih daya tahan dan kekuatan otot, serta nilai kerja keras, dan disiplin

Indikator:
• Melakukan gerakanberangkai / sirkuit training.
• Melakukan gerakan lompat tali/skiping.
• Melakukan gerakan menggendong teman yang seimbang
I Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat melakukan bentuk latihan kebugaran
II. Materi Ajar (Materi Pokok):
• Latihan kebugaran
III. Metode Pembelajaran:
• Ceramah
• Demonstrasi

IV. Langkah-langkahPembelajaran :
A. Kegiatan Awal:
• Siswa dibariskan menjadi empat barisan
• Mengecek kehadiran siswa
• Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap
• Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti

TAHAP KOGNITIF

• Mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari
B. Kegiatan Inti:

TAHAP ASSOSIATIF
• Membagi kelompok menjadi beberapa kelompok
• Melakukan gerakan latihan berangkai : melakukan gerakan jalan kepiting, sit up, lari bolak balik, naik turun tangga, dan gerakan push up.
• Melakukan lompat tali

TAHAP OTONOM
• Melakukan gerakan mengangkat benda/teman yang seimbang dalam bentuk lomba

C. Kegiatan Akhir / Penenangan
• Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah dilakukan/ diajarkan
• Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan gerakan yang dilakukan
V. Alat dan Sumber Belajar:
• Buku Penjaskes kls. 4
• Lapangan
• Pluit
• Tali skiping
• Stop watch

VI. Penilaian:
ATekhnik :
• Non Tes
B Bentuk
• Tes Keterampilan/Perbuatan
C Instrumen
• Soal Praktek


Kesimpulan
Dalam menyusun dan membuat program pengajaran mata pelajaran pendidikan jasmani, hendaknya konsep-konsep belajar keterampilan gerak atau belajar motorik dipakai sebagai acuan atau landasan. Karena hanya degan cara ini maka kualitas pengajaran pendidikan jasmani di sekolah akan terjadi. Tanpa memperhatikan konsep-kosep belajar motorik maka pembelajaran penjas hanya merupakan kegiatan rutinitas saja tanpa arti.
Sebagai guru penjas kita harus sudah mulai berani menerapkan konsep-konsep belajar motorik pembelajaran baru kita.


DAFTAR PUSTAKA

UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,

Undang-Undang No.20 Tahun 2003,Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
David L. Gallahue, John C. Ozmun, Understanding Motor Development, (New York : MC. Graw Hill, 2006),
Cheryl A. Coker, Motor Learning and Control for Practitioners, (New Mexico State University, 2004 )
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang “Standar Isi Pendidikan”. Lampiran SK/KD, Depdiknas
Magill, A. Richard , Motor Learning Consep and Aplication , Lousiana State University, Fifth Edition

Tidak ada komentar:

Posting Komentar