Sejarah Konflik Palestina – Israel dari Masa ke Masa
ada
tanggal 1 Januari 2009 ini serangan rezim zionis Israel ke Gaza atas bangsa
Palestina sudah berlangsung 5 hari (27
Desember 2008). Ratusan orang sipil Palestina tewas menggenaskan, sedangkan
ratusan lainnya luka-luka. Kutukan atas serangan tersebut berdatangan dari
berbagai negara, namun
sayangnya Amerika Serikat ternyata mem-veto resolusi PBB atas serangan Israel
ke Gaza tersebut
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak
Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi
Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil,
Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah
satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh
saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke
tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa
paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir.
Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap
sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar
dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa
Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan
Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka
taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut
ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir
menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah
Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami
sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah
perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”
(QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya
berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi
Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang
paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa
memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan
Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud
dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga
sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran
Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis
biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s.
diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang
saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua,
yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda
beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada
Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan
kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian
dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap
datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa
nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.”
(QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab
Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar
dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka
tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan
dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan
bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia
(Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa
Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam
bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai
imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin
gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa
Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib),
ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada,
bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina
dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar
Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian
tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina.
Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan
sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan
agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi
merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah),
kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi
perang antara Romawi dengan Persia.
621
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’
dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan
perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah
menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di
masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil
Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat
umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian
negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian
dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal
dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit)
dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab
Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra.
Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk
Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah.
Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga
Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual
yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya
adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa.
Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi
ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem
dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M
sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang
terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi
wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh
tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan
Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol
(reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka
terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma
diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah
Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol
secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan
etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme
(pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme.
Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera
dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa
melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat
kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti
mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas
bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru
dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus
kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa
dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal
lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan
perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke
belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa
diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi
masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis
mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya
Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme
yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu
mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di
Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya
sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan
perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina.
Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun
1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang
berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa
saat itu.
1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah,
menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang
saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus).
Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan
dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari
Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid
dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris.
Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di
Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi
tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk
hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut
tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang
bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah
protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut,
Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi
yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib
umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan
kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang
direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris,
Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram
wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka.
PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas
Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan
mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour,
dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild,
bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu
pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal
bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi
Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan
ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan
ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri
(terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda
politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih
berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau
kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara
terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke
Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong
keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua
negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di
Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel.
Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah,
hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir
dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak
eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula
kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab
tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh
Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun
1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan
PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya
berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina.
Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000
mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka
dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa
di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara
atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai
untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania
menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan
kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum
siap.
1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation
Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak
bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah
Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6
hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza
(Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).
Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu
informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik
USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena
Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan
tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242,
untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam
perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara
adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai
ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi
perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania
pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya
Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke
Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan
dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini
dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel
tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa
berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap
berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak.
Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338,
untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di
Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas
negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab.
Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai.
Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan
Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David
yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat
Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem
Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan
dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini
tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai
pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto
resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim
panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan
pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas
internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto
dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman
atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang
Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai
meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang
memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu
kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa
Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah
Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki
oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen
Palestina beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah
Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut
realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina
di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini"
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel "akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri" dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berturut-turut adalahEhud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya. Dan gambar peta (klik di sini) yang menggambarkan hilangnya tanah Palestina yang dicaplok oleh Israel sejak tahun 1946 sampai dengan tahun 2000. Lihat posisi Gaza yang terjepit di daerah kekuasaan Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar